17. sebuah aksara penuh lara.

3.9K 361 43
                                    

Dari miliaran banyaknya luka, mengapa kehilangan mu itu begitu lara, hanya ada rasa sakit di dalam dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari miliaran banyaknya luka, mengapa kehilangan mu itu begitu lara, hanya ada rasa sakit di dalam dada.

_______••_______

Hari di mana semua duka tumpah ruah. Rapuhnya anak pertama yang di tinggal seorang ibu. Menyaksikan penuh haru sang ibu menyatu dengan bumi.

Tangis atta semakin deras sebab bunda tak lagi di samping nya pelukan terakhir mungkin bisa sedikit obati rasa sakit, tapi tak bisa simpan dan ingat rasa hangat.

Tanah pusara sedikit berantakan dan basah tandanya baru saja di gali, bunda sudah di kebumikan. Beberapa bunga mawar hiasi pusara bunda.

Ayah masih di belakang sana melihat bunda di kuburkan dari jauh, mata ayah memerah artinya ia habis menangis.

"Ayo pulang.." ajak paksa ayah pada Dava bahkan ayah sempat menyeretnya. Ayah sengaja tak mengajak atta karena ayah tau di antara mereka hanya atta yang paling kehilangan bunda.

Dava menggeleng kencang ia tak mau tangis nya semakin kencang saat Dava jauh dari pusara, Dava ingin melihat bunda namun ayah menariknya untuk pulang.

Dava Berteriak dan memberontak agar sang ayah melepaskan genggaman nya. Ia masih ingin di samping kakaknya.

"Ta.. kita turut berduka. Pergi nya bunda di ikhlas in ya? Bunda udah di surga sekarang." Ucap Nayla ia juga ikut menangis memberi sebuah pelukan pada sahabat nya itu mungkin membut atta lebih baik namun tak bisa gantikan pelukan bunda. Linggar dan Tama ikut merasakan duka pada atta, mereka melihat jelas atta  begitu kehilangan sosok bunda apa lagi bunda satu-satu nya rumah selain Idan kekasihnya.

Atta mengangguk mengerti ia mencoba untuk merelakan namun tak semudah itu untuk melupakan.

"Idan di mana? Kenapa dia ngak kesini?" Tanya atta pada ketiga sahabatnya dengan suara serak. Mungkin kemarin ia terlalu banyak berteriak dan menangis.

Wajar saja jika atta bertanya kemana kekasihnya nya pergi karena dari kemarin semenjak bunda tiada Idan  tak ada kabar. Tentu atta sangat khawatir. rasanya hati Atta begitu banyak menampung duka, belum sembuh malah terluka lagi.

Tak ada satupun dari mereka yang menjawab mereka terdiam hanya ada suara pohon yang tertiup angin mereka takut untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Kenapa pada diem? Idan ke mana?"

"Idan ngak bisa ke sini dia titip salam. Kemarin dia kurung di kamar sama mamahnya." Kali ini Linggar yang bersuara ia tak tega harus mengatakan yang sebenarnya namun ia juga tak tega atta menangis bertanya tentang kekasihnya.

"Kenapa kemarin Lo ngak bilang?" Tanya atta kalimat nya sedikit meninggi, rasa sakit di hati kembali hadir rasa khawatir mulai hadir.

"Ngak mungkin gue bilang sama Lo.. kemarin kondisi Lo aja kayak gini.. Lo fokus dulu sama bunda, bunda sedih ta liat Lo kayak gini." Ucap lingar sedikit menekan pada kalimat nya.

Pelangi di bulan Juli.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang