31. semakin rumit

400 25 3
                                    

Bandung banyak mengerti tentang insan kurang sempurna yang hanya ingin pulang.

_____••_____

Di bumi ini mereka mengerti betul arti memanusiakan manusia, tapi banyak yang ngak mengerti apa itu menghargai apa yang berbeda.

Siang itu begitu terik sampai sampai masalah di bumi ngak kunjung selesai. Dan kelimanya berpisah lagi setelah bell panjang berbunyi di penjuru lorong kosong.

Dari belakang sana sosok laki laki yang mereka pahami akan dari jauh mengikuti dari jauh di belakang sana, dan kelimanya tak hiraukan itu sebab dia benar benar sudah begitu lelah,

Dan Iqbal tarik ujung tas atta ketika keduanya ngak begitu jauh. dan Idan ngak tingal diam ia dorong laki laki itu Hinga menjauh dari pacarnya.

"Kalo gue bilang adek Lo pernah muasin gue, Lo percaya ngak?" Iqbal benar benar gila dia rela bongkar aibnya sendiri di depan atta dan juga yang lainnya.

"Sinting, ngak bakal."

"Orang gila emang kerjaannya cari masalah." Seru Nayla suaranya paling nyaring di belakang sana

Ngak butuh waktu lama Iqbal kirim video panas pada ponsel atta, dan dia percaya rencananya kali ini dapat goyahkan dua saudara yang saling menguatkan, dan benar jantung atta serasa mau turun di usus dua belas jari, pikirannya ke mana mana dan dia nga tau akan menyikapi seperti apa, yang dia tahu Dava cuma laki laki polos yang ngak banyak tau, namun kini berbeda 180°, ini bukan seperti Dava yang atta kenal, dia mirip dengan laki laki hiburan.

Awal mula saat Iqbal begitu benci pada sahabatnya waktu dia ngak sengaja mendorong atta Hinga berdarah di bagian kepala, dan mama menyalahkan Iqbal habis habisan dan juga mama beritahu latarbelakang atta yang belum dia tau, saat dia tau ngak buat Iqbal merasa sedih malahan dia begitu benci. Lalu hadir nya Dava buat nyatakan perasaan malah memperkeruh hati Iqbal.

"Orang stres emang ngak punya malu, malah bongkar aib sendiri." Suara Tama mencoba kuatkan dan bela sahabat nya yang kelewat sakit hati.

Namun Iqbal nga bergeming sama sekali. Dia memilih abai sebelum target yang dia mau merasa hancur.

"Ngapain Lo kasih liat ke gue?

"Gimana ya perasaan ayah Lo saat liat ini? Kira kira Lo atau Dava yang di pukulin? Lo ngak sih?" Ancaman Iqbal kali ini di luar kendali dan prediksi, mereka nga nyangka Iqbal berbuat sejauh ini.

"Otak Lo di pake anjing, Lo juga bakal keseret masalah TOLOL. pikirin mamah Lo, udah susah susah bela Lo yang dia kira putra nya normal tapi apa sekarang?" Dengan lantang suara Idan buyarkan semua lamunan Iqbal.

"Maksud Lo apa anjing? Gue belok? Gue homo?"

"Menurut Lo?"

Bughhhh
"Bangsat, banyak bacot Lo, mau mati aja banyak gaya." Kalimat Iqbal memang pedas dan membekas di inti hati tapi Idan ngak ambil pusing dan ngak peduli. Pukulan baru Idan terima lagi, dia sudah kebal akan pukulan karena pipinya sudah terasa kebas dan mati rasa.

"Seenggaknya gue ngak pernah bikin kotor anak orang" jawabnya seakan dia Banga akan hal itu, memang dia menyimpang namun dia berbeda dengan Iqbal yang kelewat bajingan. "Di pikir lagi, Lo kayak gini biar apa? Biar mama Lo tau kalo lo menyimpang terus di bela? Enggak, engak bego. Pikirin lagi jangan kebanyakan gaya dan sok kejagoan."

Dan benar menyimpang nya Iqbal sejak pergi nya mereka di Jogja waktu itu. Menyimpang nya Iqbal nga mau dia akui karena dia merasa biasa biasa saja dengan Dava dan ngak merasa jatuh cinta, yang dia lakuin cuman rencana semata.

"Maaf, susahnya adek gue Lo pada yang kena masalah" atta begitu malu karena dia merasa sebagai sumber masalah dan cobaan.

"Lo ngomong apa? Enga Lo nga salah, pacar gue ini ngak salah, udah jangan nyalahin diri sendiri. susah nya adek Lo biar dia sendiri yang tanggung, Lo jangan." Buru buru idan peluk manik cantik di depan nya karena maniknya saat ini merasa sedih dan sendu.

Pelangi di bulan Juli.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang