44 23 42 15 15

12.2K 716 9
                                    

Keyla menguap, mencoba menyadarkan diri yang setengah terbangun. Entahlah, dia merasa haus sekarang dan ketika matanya terbuka, diliriknya jam dinding di kamar lalu mengembuskan napas.

"Masih tengah malam," gumam Keyla.

Gadis itu langsung saja turun dari kasur untuk menuju dapur karena persediaan air minum di kamarnya sudah habis. Ia juga yang lupa tidak mengisi kembali sebelum tidur tadi. Keyla mengambil botol minum yang biasa ia gunakan untuk menyimpan air minum di kamar, lalu berjalanlah Keyla, hingga dirinya berhasil memuaskan diri.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke tempat yang sudah menjadi tujuannya. Ia langsung saja mengambil gelas, mengisi air dari dispenser lalu duduk dan meneguk cairan bening itu untuk menghilangkan rasa hausnya.

Selesai itu, Keyla menoleh ke sekeliling yang sangat sepi. Rumahnya persis seperti rumah kosong yang tidak dihuni. Mengedikkan bahu acuh, Keyla memilih untuk mengisi botol minum yang ia bawa.

Setelahnya, Keyla berjalan menuju kamar Dewangga. Entah mengapa seperti ada sesuatu yang menariknya untuk pergi ke sana, padahal niat awal gadis itu hanya minum di dapur dan kembali ke kamar. Namun, baru juga kakinya melangkah sebanyak lima, tatapannya jatuh ke arah ruang belajar yang mana terdapat manusia tertidur pulas di meja belajar dengan lampu yang dinyalakan.

Keyla masuk ke ruang belajar dan melihat laptop milik Dewangga yang tidak ditutup.

Menggeleng pelan, Keyla menaruh botol minumnya itu dan mulai mengguncangkan tubuh sang kakak. "Kak, bangun. Pindah ke kamar, gih! Ngapain tidur di sini?"

"Eunggh."

Bukannya terbangun, Dewangga malah mengeluh, menarik Keyla hingga dipeluknya. Keyla pun langsung menepik tangan Dewangga hingga lelaki itu mengaduh tetapi matanya tetap terpejam dan kini mengelus tangan Keyla.

"KAK ANGGA BANGUN!" Keyla pun berteriak saking risinya. Hal tersebut langsung membuat Dewangga terlonjak.

"Buset! Budeg dah gua!"

"Sorry," ucap Keyla yang sudah lebih lembut dari sebelumnya. Ia melihat sang kakak yang tengah mengumpulkan nyawa. "Ya lagian lo kenapa malah tidur di sini? Kalau tidur, tuh, di kamar bukan di ruang belajar."

Dewangga mengerjapkan matanya, mencerna ucapan Keyla yang begitu saja lewat karena nyawanya belum terkumpul sempurna. Lelaki itu menatap Keyla setelah benar-benar bangun. "Oalah, ternyata lo, Key. Gue kira Mama."

"Lah? Gue kira malah lo tau ini gue."

"Kenapa?" tanya Dewangga, linglung. Ia jadi bingung sendiri.

Keyla menghela napas berat. "Lo pindah, gih, ke kamar. Jangan tidur di sini."

Sontak, Dewangga membulatkan mata. "Mati gue."

Segera, Dewangga membuka laptopnya lalu mengacak rambutnya frustrasi. Keyla pun melirik ke layar laptop milik Dewangga yang menyala. "Lagi banyak tugas, ya, Kak?"

"Iya. Gue lagi nyicil bikin laporan PKL."

Keyla mengerutkan dahinya. "Lho? Bukannya lo baru mulai PKL?"

Dewangga menyunggingkan senyum tapi dibuat-buat, lalu menoel hidung Keyla dan menjawab, "Gue PKL udah dari sebulan lalu, Cantik. Lagian lo kudet banget, sih, Keyla cimit."

"Ck, stop manggil gue cimit-cimit gitu! Gak suka. Lagian gue males banget nyari tau tentang MANTAN!" seru Keyla tepat di telinga Dewangga dengan menekankan kata "mantan".

Dewangga pun mengedikkan bahu acuh. "Cimit itu ciwinya dedemit. Lo sendiri yang bilang gue dedemit."

"Tapi gue udah bukan cewe lo lagi, Kak."

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang