15 31 15 51 15 33

7.9K 624 16
                                    

Setelah seminggu ujian berakhir, biasanya SMK Nusa Bina akan mengumumkan lima besar melalui mading sekolah sebelum waktu pengambilan rapor tiba. Bisa dibuktikan bahwa seluruh murid SMK Nusa Bina sedang berdesak-desakan untuk melihat siapa saja yang akan memiliki lencana dan menikmati fasilitas khusus sekolah ini pada semester berikutnya.

Walaupun Keyla dan Reana yakin bahwa tidak akan ada nama mereka di mading, keduanya tetap penasaran siapa saja anak-anak yang akan menjadi sombong karena bisa menikmati fasilitas khusus dari sekolah.

Reana mendorong-dorong murid lain dengan berkata, "Misi, air panas. Misi, air panas."

Keyla yang berjalan di belakang gadis itu dengan memegangi jas belakang Reana hanya bisa menggeleng pelan, merasa aneh dengan sahabatnya ini. Bukan aneh, lebih tepatnya lucu saja mendengar Reana yang selalu mengandalkan kalimat itu ketika menerobos kerumunan.

Sampai pada akhirnya, mereka berdua berhadapan dengan sebuah mading. Seketika keduanya teringat beberapa bulan lalu, di mana Reana dan Keyla melihat penentuan kelas dan berpisah kelas. Reana di kelas X AKL 4, sedangkan Keyla satu kelas dengan pemilik NEM teratas, yaitu X AKL 1. Itu merupakan hari pertama mereka melihat nama masing-masing berada di urutan terbawah.

Kini, mata Reana dan Keyla terbelalak ketika melihat nama Keyla berada di urutan kedua dalam lingkup lima besar. Reana? Tidak ada nama gadis itu dalam daftar lima besar, yang mana artinya tidak ada harapan mendapatkan fasilitas khusus.

 Reana? Tidak ada nama gadis itu dalam daftar lima besar, yang mana artinya tidak ada harapan mendapatkan fasilitas khusus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saling pandang dengan tatapan tidak menyangka, bibir Reana terlihat bergetar. "K-Key? L-lo ... lo masuk 5 besar di posisi kedua. L-lo ... lo ngegeser posisi anak-anak pemilik NEM tertinggi tahun ini."

Keyla menggelengkan kepalanya. "Nggak. Nggak mungkin gue masuk 5 besar, Re. Ini pasti ada yang salah sama sistem."

Terlihat mata yang berbinar sendu dari Reana. Gadis itu memeluk Keyla, menepuk bangga punggung sang sahabat dengan berbisik, "Congrats, Key. Dari awal lo ditentuin masuk kelas AKL 1, gue udah yakin kalo lo bukan anak sembarangan. Lo jenius. Lo mampu masuk 5 besar. Gak kayak gue yang goblok, mau belajar giat pun gak akan--"

"Re? Nggak. Gue gak mau masuk nerakanya ESENBI," sela Keyla, melepaskan pelukan Reana yang dirasa sangat menyedihkan.

Dari tutur kata Reana, telinga Keyla cukup merasa terganggu karena sahabatnya ini seperti menyerah.

Reana tersenyum menatap Keyla, menghapus jejak air matanya yang berjatuhan itu. "Sekali lagi congrats, Key. Semester genap nanti, kita udah gak bisa makan di kantin yang sama, baca buku di perpus yang sama, naik tangga bareng ke kelas karena lo pasti bakal naik lift. Gue bangga sama lo, Key."

"Re ... kita masih bisa ngelakuin itu. Gue gak bakal make fasilitas itu. Lo jangan putus asa gini, please," mohon Keyla dengan menggenggam tangan sang sahabat.

Tengah serius bicara dengan Reana, tiba-tiba bahu Keyla disenggol oleh seorang siswi. Lencana emas nomor lima terpampang jelas di jasnya. Lalu, tampang yang tadinya terlihat sombong, kini berubah kecewa.

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang