44 52 15 33 44 54 / 44 52 34

7.6K 616 157
                                    

Hai, aku ga jadi hiatus deh. Tapi jarang up aja, hehe. Mungkin sebulan sekali hahahah. Atau paling cepet seminggu sekali, xixi.

Btw, jangan baper baca part ini, ya ...

***

Keyla turun dari motor besar milik seseorang yang sedari tadi membuatnya kepikiran sepanjang jalan. Bahkan, saat gadis itu bertemu Bu Sukma dan membantu wanita paruh baya itu menenangkan dirinya, tidak bisa dipungkiri bahwa tatapan teduh itu terbayang-bayang dalam otak Keyla.

Riyan-lah yang mampu membuat dirinya begini. Gadis itu membenarkan tas punggung yang masih dibawa-bawa, karena mereka belum pulang sama sekali ke rumah.

Saling bertatapan beberapa detik, Keyla hendak mengucapkan kata terima kasih. Namun, kata itu diserobot lebih dulu oleh lelaki yang memakai helm full face dengan kaca terbuka yang duduk di jok motornya.

"Thanks, ya, Key? Lo udah nemenin gue seharian," kata Riyan. Lelaki itu menyipitkan matanya, menandakan bahwa dirinya tersenyum tetapi tipis.

Keyla mengangguk. "Thanks juga atas tebengannya."

Belum juga Keyla berbalik badan untuk masuk ke rumah meninggalkan lelaki itu, Riyan sudah lebih dulu memanggilnya untuk memberanikan diri mengungkapkan sesuatu yang sedari tadi mengganjal hati.

Entahlah, apakah arti dari perasaannya kali ini.

Jujur, selama ini Riyan tidak pernah merasakan detak jantung berdegup-degup layaknya orang kasmaran. Riyan hanya tahu saat jantungnya berdegup, berarti lelaki itu merasa terancam di tengah-tengah medan perang.

Namun, ketika menatap mata indah Keyla, dirinya seakan seperti orang paling lemah sedunia.

Riyan menyukai gadis itu?

"Key?" panggil si lelaki yang sudah aneh sejak mereka makan di pecel lele itu.

"Hm?" Keyla membalasnya dengan dehaman, disertai wajah penuh tanyanya.

Berdeham sekilas untuk meminimalisasi rasa gugup yang tiba-tiba menjalar, Riyan pun melanjutkan, "Soal tadi ... lo lupain aja, ya? Gue tau, gue bukan cowok baik yang bisa dijadiin--"

"Pacar?"

Belum selesai Riyan bicara, tetapi Keyla sudah memotongnya. Alhasil, Riyan mengangguk.

Keyla tersenyum menatap lelaki itu. "Lo pernah baca novel?" tanya gadis itu, manis.

Menggeleng pelan, Riyan membalasnya dengan itu.

Keyla semakin menarik kedua sudut bibirnya ke atas, lalu menepuk bahu Riyan. Biasanya, lelaki yang dijuluki sebagai The King of Ambition ini akan biasa saja, kali ini seakan darah berdesir begitu deras.

Baru juga disentuh, rasanya Riyan ingin melayang.

Apakah lelaki itu terbawa perasaan?

Hanya dengan ditepuk begitu?

Ah, tidak-tidak.

"Gue punya semacam quotes dari salah satu author luar, namanya Susan Elizabeth Phillips yang dijuluki "Queen of Romantic Comedy.”." Keyla melanjutkan perkataannya untuk memberikan lelaki itu sebuah pemahaman.

Melihat Riyan yang hanya menanggapinya dengan wajah datar tetapi serius, Keyla menurunkan tangannya dan dimasukkan kedua tangan itu ke dalam saku jas.

Gadis itu kembali berkata, "The quotes is 'There's no accounting for the mysteries of the human heart'."

"And you don't know who I like, even though you are my favorite person. So, I want to try to make you into my boyfriend." Keyla menghela napas pelan. "Gue tau, di balik lo yang misterius, pasti ada sisi lo yang lembut. Dan, sisi lembut lo bisa gue lihat pas lo ketemu sama Bu Sukma."

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang