44 52 15 33 44 54 / 44 23 42 15 15

6.6K 561 58
                                    

Eyyow! Ada yang nungguin? Absen sini yang nungguin aku up!

Selamat membaca dan semoga suka

***

Seorang gadis dengan jantung yang berdetak dua kali lipat itu segera keluar dari lift ketika pintunya terbuka. Berlari walau napasnya terengah menuju parkiran, mencari motor sang kakak untuk ia tebengi.

Saat pandangannya terjatuh pada laki-laki yang sudah siap keluar dari area parkir, langsung saja gadis itu mendekat dan berdiri menghadang jalannya. Kedua tangannya direntangkan, membuat beberapa motor lain mengklakson karena menyebabkan kemacetan menuju gerbang sekolah.

Dewangga yang apes karena harus menuruti gadis di depannya ini, akhirnya memilih meminggirkan motor dan mempersilakan motor lain untuk lewat. Gadis yang menghadang motor Dewangga itu segera mengikuti sang kakak dan memainkan kaca spionnya.

"Gue pulang bareng lo, ya?" pinta Keyla, gadis yang hanya mampu berharap kepada Dewangga.

Sontak, Dewangga membuka kaca helmnya dengan alis kiri yang naik. "Dih, ngapain? Riyan mana?"

"Ada acara dia."

"Acara apa bolos?" tanya Dewangga.

Sudah tidak asing lagi jika Riyan tidak ada di sekolah, berarti lelaki itu bolos. Kalau tidak Riyan, pasti Raden. Hal itu bisa juga terjadi di jam yang sama kalau keduanya sedang ingin kabur dari sekolah.

Bukan karena tidak menyukai mata pelajaran atau guru yang mengajar, tetapi begitulah cara dua lelaki urakan tersebut mencari udara segar. Terlebih, otak mereka lebih menerima cara seperti itu supaya lebih jernih.

Keyla menabok kuat bahu Dewangga. "Ihh, Kak Angga! Kalo gak mau pulang bareng gue, gue aduin lo ke Papa," ancam Keyla dengan wajah kesalnya.

Bibir memberengut. Khas Keyla jika sedang kesal dengan Dewangga.

Dewangga berdecih, "Cepu lo."

"Biarin, wlek."

"Tapi gue gak bawa dua helm," lanjut Dewangga, berusaha berdalih supaya ia bisa pulang sendiri.

Siapa suruh tidak menceritakan apa pun kepadanya mengenai apa yang terjadi tadi pagi? Bahkan, Dewangga sama sekali tidak tahu bahwa Riyan dan Keyla bisa bersama. Padahal, lelaki itu pikir lingkaran yang Keyla ciptakan bukan untuk orang-orang seperti Riyan Adigara.

Keyla dengan santai membalas Dewangga, "Beli. Deket sekolah, kan, ada yang jual helm."

"Dih, sok kaya banget lo," sahut Dewangga.

"Kalo gitu minjem aja."

"Minjem sama siapa, njir?"

"Wait."

Keyla menjauh dari motor Dewangga, mencari-cari seseorang yang dirinya kenal di area parkir. Ketika netra itu mampu menangkap orang yang dicarinya, Keyla pun segera berlari dan menepuk bahu si pemilik lencana emas #4.

"Pang?"

Gadis itu mampu membuat Pangeran menoleh dengan menunjukkan raut penuh tanya. "Eh? Lo, Key. Kenapa?"

Terlihat, Keyla menampilkan raut tidak enaknya. Kedutan di bawah mata gadis itu membuat Pangeran menilai bahwa Keyla takut-takut untuk mengungkapkan sesuatu, padahal sesuatu yang satu ini bukanlah apa-apa.

Lama tidak mendapat jawaban dari Keyla, Pangeran pun kembali bertanya disertai kekehan, "Lo kenapa, hm? Aneh banget. Mau pulang bareng gue? Ngomong aja kali."

Gelengan tegas pun segera Keyla berikan sebagai jawaban. "Anu. Gue pulang bareng Kak Angga, tapi gak punya helm satu lagi. Lo bawa helm dua gak?"

"Yah, lagi enggak, Key. Gue lagi gak bonceng siapa-siapa hari ini. Tapi kayaknya gue lihat Raden bawa dua deh."

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang