44 23 24 42 44 15 15 33

7.9K 712 33
                                    

Yuk bisa yuk vote dulu baru baca, hehe.

***

Seorang gadis cantik berambut hitam lurus yang kini sudah dikepang rapi itu tersenyum di depan cermin riasnya. Memasangkan outer untuk pergi ke perpustakaan kota, karena liburan yang sangat membosankan ini harus ia isi dengan hal-hal bermanfaat.

Namun, membaca buku di perpustakaan bukanlah tujuan utama gadis ini. Ia sengaja ingin pergi ke perpustakaan kota karena firasatnya mengatakan bahwa Raden ada di sana.

Keyla, gadis itulah yang memiliki tujuan bertemu Raden menggunakan instingnya. Ada hal penting yang memang ingin Keyla bicarakan dengan lelaki itu, walau hubungan di antara keduanya tidak pernah baik-baik saja.

Dekat sebagai teman saja tidak, 'kan?

Keyla menyampirkan tas kecil di bahu kanannya, setelah itu keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu per satu dengan semangat. Memilih sandal kesukaannya untuk bepergian, kemudian matanya tidak sengaja menatap seorang lelaki berusia di atasnya dua tahun mengenakan jaket tidak jauh dari meja makan.

"Kak Angga mau ke mana?" seru Keyla, mendekati sang kakak yang sepertinya sudah siap-siap juga.

Dewangga memutarkan tubuhnya. Lalu menyemprotkan parfum dan menjawab, "Ke Gramed, mau nyari komik. Kenapa?"

"Nah, cakep tuh. Kebetulan gue mau ke perpus kota. Anterin gue, ya, Kak?" pinta Keyla manja.

"Oh, boleh. Udah siap?"

"Udah." Keyla menatap Dewangga lekat. "Emang lo udah selesai ngerjain laporan PKL-nya? Tumben amat keluar rumah."

"Sebentar doang ini. Lagian gue juga sekalian nyari referensi."

"Oh."

"Ya udah. Udah, 'kan? Yuk, jalan!"

Keyla mengangguk. Dewangga pun segera menyambar kunci motornya di mana sebelum itu ia meletakkan kembali parfum ke tempat khusus menyimpan parfum.

***

Keyla turun dari motor sang kakak ketika mereka sampai di sebuah bangunan besar yang mana merupakan tempat favorit para pembaca. Perpustakaan kota, tempat healing terbaik dan paling tenang menurut Keyla.

Menyerahkan helmnya kepada Dewangga, Keyla berucap, "Makasih, Kak."

"Sama-sama."

Tanpa basa-basi, Keyla segera berlalu ke pintu masuk perpustakaan. Ia sama sekali tidak curiga dengan Dewangga yang belum pergi dari tempat itu.

Alhasil, karena rasa penasaran Dewangga sangatlah tinggi, lelaki itu pun memarkirkan motornya di tempat tersembunyi supaya Keyla mengira bahwa Dewangga benar-benar pergi. Kemudian, lelaki itu berjalan mengendap-endap melalui tepian dinding perpustakaan untuk menuju pintu masuk setelah Keyla benar-benar memasuki tempat itu.

Lelaki yang memakai jaket hitam khas anak tongkrongan tersebut mulai melangkah pelan memasuki perpustakaan, lalu sedikit menyembunyikan diri di area loker sebelum dirinya melakukan absensi.

Terlihat dari matanya, Keyla sedang mengetik di komputer perpustakaan khusus absen di mana Dewangga mencari tempat aman untuk bersembunyi. Entah mengapa, firasat lelaki itu mengatakan bahwa Keyla ke sini bukan untuk membaca buku. Apakah Dewangga sekhawatir itu meninggalkan Keyla sendirian? Ah, sepertinya iya.

Tidak lama, Keyla pergi dari sana dan kini Dewangga yang mengisi absensinya. Gerak-gerik Dewangga benar-benar tidak bisa dikondisikan, sampai ia mencoba menutupi sisi wajahnya menggunakan jaket, melirik-lirik ke arah Keyla yang sepertinya sudah menelusuri rak-rak buku.

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang