Sebelumnya, aku mau ucapin terima kasih ke kalian yang udah mau nunggu cerita ini dan udah dukung cerita ini.
Mungkin, setelah ini aku akan lama hiatus. Tapi aku usahain buat tetep up! Jangan lupa untuk selalu tinggalin jejak biar aku inget lagi nulis cerita ini, ya, hehe.
Selamat membaca, ya!
***
Pergantian semester sudah dimulai. Gadis cantik yang rambut hitamnya diikat satu dengan rapi menginjakkan kakinya kembali di SMK Nusa Bina setelah libur dua minggu. Walau liburannya terasa membosankan karena tidak pergi ke mana-mana, tetapi gadis itu sangat menikmati hari-hari tanpa belajarnya.
Keyla melangkah menuju ruang kepala sekolah. Terkhusus nama-nama yang sudah ditetapkan menjadi lima besar semester ini, ia harus menemui Bu Anya untuk menerima fasilitas yang sudah dijanjikan sesuai kebijakan sekolah.
Di sinilah Keyla berada, berdiri tepat di depan pintu ruang kepala sekolah. Gadis itu pun mengetuk pintu ruangan dan tidak butuh waktu lama untuk dibuka, karena pintu tersebut terbuka karena remot yang digunakan Bu Anya.
Jadi, ruang kepala SMK Nusa Bina ini cukup canggih, di mana jika ingin membuka pintu dari luar, maka hanya bisa dibuka oleh Bu Anya karena yang terkoneksi hanya sidik jari kepala sekolah tersebut. Jika dibuka dari dalam, maka Bu Anya dengan mudah menggunakan remot.
Entahlah, mungkin di luar sana banyak yang menggunakan ini atau mungkin seperti kantin dan perpustakaan khusus lima besar yang menggunakan kartu akses khusus.
Keyla melihat Bu Anya yang sudah duduk tenang di kursi kebanggaannya. Wanita yang memakai blazer navy itu memajukan kursi putarnya dan membuka laci tanpa basa-basi, mengeluarkan lencana dan kartu khusus lima besar untuk murid tersayangnya. Murid-murid lima besar setiap jurusan memang selalu menjadi kesayangan Bu Anya.
"Silakan duduk dulu, Ananda Keyla Zeara," ucap Bu Anya dengan senyum tipis tetapi penuh arti.
Keyla duduk di kursi depan Bu Anya, menghela napas untuk meredakan rasa gugupnya. Baru kali ini Keyla berhadapan langsung sendirian dengan Bu Anya, dan atmosfer yang ia rasakan sangat menegangkan bagi gadis itu.
Bu Anya menyodorkan lencana emas berbentuk bintang dengan ukiran nomor dua dan kelas X AKL 1 ke arah Keyla, kemudian menyerahkan kartu khusus di mana identitas Keyla sudah tercantum di sana.
"Sebelum kamu ambil dua benda penting ini, saya mau bertanya." Keyla terlihat tegang dengan raut datarnya, menatap Bu Anya dengan sedikit menurunkan pandangannya supaya tidak terlihat seperti tengah menantang kepala sekolah itu. "Selama berada di kelas AKL 1, apa kamu senang, Ananda Keyla? Bagaimana perasaanmu menetap di kelas yang katanya berisi anak-anak ambis itu?"
Jujur, Keyla menjawab, "Sebenarnya biasa aja. Ambis itu, kan, hal yang wajar untuk setiap siswa maupun siswi."
Bu Anya mengangguk-anggukkan kepalanya paham dengan ucapan Keyla. "Baiklah. Silakan ambil lencanamu dan kartu akses fasilitas lima besar. Kamu bisa pakai di area tertentu seperti kantin, perpustakaan, dan lift. Saya harap kamu bisa bergabung dengan anak lima besar lain dengan baik. Saya ucapkan selamat kepada kamu, Ananda Keyla Zeara."
Keyla menunduk dan mengangguk pelan. Kemudian mengambil lencana dan langsung memasangnya di jas merah gadis itu. Ia juga mengambil kartu akses khusus lima besar itu dan memasukkan benda tipis tetapi berarti tersebut ke saku jas merahnya.
"Terima kasih, Bu. Kalau begitu saya permisi," ucap Keyla sopan, beranjak dari duduk dan mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan kepala sekolahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy Class
Mystery / ThrillerDisatukan dengan murid-murid ambisius bukanlah keinginan seorang Keyla Zeara. Entah keberuntungan apa yang membuat dia mendapatkan beasiswa hingga bisa masuk ke sekolah gila ini. Keyla pikir, hanya dia yang pintar. Keyla pikir, kepintarannya tak ada...