43 24 53

10.1K 713 19
                                    

Di ruang Bimbingan Konseling, seorang guru perempuan berambut ikal dengan panjang sebahu, memijat pangkal hidung yang mana terdapat kacamata bulat bertengger di sana. Melihat tiga muridnya yang melanggar aturan di hari baru menjadi murid ESENBI membuatnya pusing tujuh keliling.

Bu Nova, bersuara setelah memijat pangkal hidungnya. Lalu meletakkan tangan di meja dan bertanya kepada tiga murid yang duduk di hadapannya ini, “Kalian bolos bertiga ke tujuan yang sama?”

“Nggak.”

Riyan, Raden, dan Keyla membalas kompak pertanyaan Bu Nova. Ya, tiga murid yang tengah berada di satu ruang bersama Bu Nova adalah mereka.

Guru perempuan itu menghela napas. “Ada yang bisa menjelaskan ke saya, apa alasan kalian membolos? Kalian baru jadi murid ESENBI belum ada satu minggu, tidak mungkin kalian bosan belajar di sini, ‘kan? Ayo jelaskan ke saya!” pinta Bu Nova.

Keyla mengangkat tangannya.

“Silakan, Ananda Keyla Zeara.”

“Emm, sebenarnya saya gak ada niatan bolos, kok, Bu. Saya cuma keluar sebentar dari ESENBI tapi saya bingung harus balik apa engga,” cicit Keyla, tetapi masih terdengar oleh orang-orang yang ada di ruangan ini.

Riyan dan Raden serentak melirik ke arah gadis itu.

Dalam hati, Riyan dan Raden kompak membatin, Goblok. Alasan apaan begitu.

Bu Nova mengangkat sebelah alisnya, kemudian menatap Raden dan Riyan. “Kalau kalian berdua? Kenapa bolos?”

Raden angkat suara. “Saya rasa Bu Nova sudah tahu pasti jawabannya.”

“Oh, ya?”

“Langsung to the point, Bu. Kami akan melakukan hukuman apa pun itu untuk menebus kesalahan kami yang sudah melanggar aturan sekolah,” sahut Riyan tanpa basa-basi untuk menjawab pertanyaan Bu Nova. Kemudian melirik ke arah seseorang yang sedari tadi hanya diam berdiri di sebelah Bu Nova. “Kalau Bu Nova buang waktu dengan sesi tanya-jawab dan hukuman kami baru jalan setengah jam kemudian, bukankah waktu belajar kami akan habis hanya untuk menjalankan hukuman dan menjawab pertanyaan dari Bu Nova? Terlebih sekarang tengah berlangsung KBM mapel Pak Andra. Pak Andra juga harus kembali ke kelas untuk mengajar, bukan hanya mengurusi murid rusuh seperti kami. Bukan begitu, Pak Andra, Bu Nova?”

Guru laki-laki yang tengah berada di sebelah Bu Nova adalah Pak Andra, yang notabenenya adalah wali kelas Raden, Riyan, dan Keyla. Ucapan Riyan barusan benar-benar membuat Bu Nova tidak habis pikir. Ingin marah pun ia harus bisa lebih sabar menghadapi murid-murid kurang attitude ini.

Walau benar apa kata Riyan, sebenarnya sekarang ini mereka hanya membuang waktu belajar. Dengan Bu Nova yang terus bertanya dan tidak menyegerakan hukuman untuk mereka, jelas ketiganya akan melewatkan satu mata pelajaran. Bukankah ESENBI menetapkan sistem bahwa tidak akan ada jam kosong kecuali hal mendesak?

Diberi hukuman bukanlah hal mendesak. Hukuman hanya kegiatan untuk menegur murid-murid yang melanggar aturan seperti tiga murid ini.

Bu Nova mengembuskan napas pasrah walau sebenarnya ia sudah naik pitam. “Ya sudahlah. Sekarang jalani hukuman kalian sesuai arahan Pak Andra.” Guru tersebut akhirnya menoleh ke arah Pak Andra. “Pak Andra, titip mereka, ya? Hukum sesuai ketentuan yang ada.”

Pak Andra mengangguk patuh. “Baik, Bu Nova.” Lalu beralih ke arah murid-muridnya. “Kalian bertiga, ayo ikut Bapak!”

Riyan, Raden, dan Keyla pun bangkit dari duduk dan mengikuti langkah Pak Andra yang sudah berjalan menuju pintu ruang BK untuk keluar dari sana. Tetap di jalan yang sama, Pak Andra membawanya menyusuri koridor menuju laboratorium komputer.

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang