44 52 15 31 51 15

7.7K 588 31
                                    

"Sejarah Perusahaan--"

"KAK ANGGA!"

"Astaga!"

Hampir saja, Dewangga melemparkan laptopnya ke seseorang yang datang mengejutkan dirinya. Lelaki itu berdecak kala Keyla sudah merangkul bahunya, menatap horor gadis tersebut karena merasa terganggu.

Ya, bagaimana tidak terganggu? Sedang asyik membuat laporan PKL malah dikejutkan seperti itu. Untung saja Dewangga tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

Dengan wajah sedikit emosinya, Dewangga menatap Keyla dan mengepalkan tangan. "Bisa gak, gak usah ngagetin?" decak Dewangga sekali lagi.

Namun, bukannya minta maaf, Keyla menunjukkan wajah tak bersalahnya. Gadis itu memunculkan cengiran kuda di wajahnya, membuat Dewangga kesal bukan main. Jika bukan adiknya, sudah ia lempar ke rawa-rawa, supaya Keyla dimakan serangga.

Keyla dengan santainya melepaskan rangkulannya, kemudian duduk di atas meja belajar dengan menghadap Dewangga. Melirik ke arah laptop lelaki itu yang masih menyala, Keyla bertanya, "Lagi bikin laporan, ya?"

"Menurut lo?" Wajah Dewangga belum berubah, masih menampilkan kekesalannya disertai putaran bola mata malas.

Jelas saja Keyla tidak peduli. Gadis itu mengedikkan bahu acuh. Kini, tangannya meraih lengan sang kakak dengan binar mata yang dibuat sedih seakan memohon sesuatu.

"Ajak gue ke mana gitu, kek, Kak. Healing liburan semester. Masa dua minggu gak ke mana-mana?"

Sudah Dewangga duga. Alasan Keyla mengganggu kakaknya ini adalah ingin lebih mengganggu lelaki itu lagi. Ah, melihat mata Keyla membuat Dewangga sulit untuk menolak. Namun, tetap saja hati nuraninya merasa tidak rela karena laporannya sisa sedikit lagi, setelah itu mau ia revisi supaya bisa cepat bebas dari tugas ini.

Dewangga melepaskan genggaman tangan Keyla dan menghiraukan tatapan penuh permohonan itu.

Dramatis, dasar.

"Gue lagi sibuk ngerjain laporan PKL. Ntar kalo udah selesai, baru deh kita healing."

"Tapi, kan, semester dua lo bakal disibukin sama jam tambahan, try out, simulasi, bimbel, ekstra belajar. Trus gue kapan healing-nya?"

"Ya, healing sendiri. Kalo gak, lo ajak aja si Pange. Dia pasti mau, tuh."

Keyla memberengut dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Bibirnya mencebik seperti anak kecil. Hal tersebut hanya mampu membuat Dewangga menghela napas.

Tanpa mengindahkan keberadaan sang adik, Dewangga mengambil alih laptopnya kembali untuk lanjut mengerjakan tugas laporan PKL-nya. Hingga, suara notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel Dewangga yang diletakkan di sebelah laptop.

Dewangga segera membuka pesan masuk itu yang ternyata dari grupnya, PARADUNGGA.

PARADUNGGA

2 pesan belum dibaca

Duta-Dutaan
Nongki, kuy! Bosen gue diomelin bonyok
Pangekkk
Kuylah! @Gue Dewangga lo harus ikut! Kalo nggak, blacklist dari PARADUNGGA!

Dewangga menghela napas kasar. Ada-ada saja para teman laknatnya ini.

PARADUNGGA

Raden Bocil
Shareloc gue nyusul
Duta-Dutaan
Basecamp anjir
Raden Bocil
Oh

Dewangga segera men-shut down laptopnya dan beranjak dari duduk. Ia memasukkan ponsel ke saku celana, kemudian mengambil jaketnya yang disampirkan di paku dinding dekat meja belajar. Melihat pergerakan Dewangga yang gesit setelah membaca grup, gadis yang sedari tadi bersama Dewangga di ruang belajar itu pun mencibiri sang kakak.

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang