21 24 21 44 15 15 33

7.1K 608 32
                                    

Hai, siapa yang kangen aku up cerita ini? Hehe, maaf ya. Mohon dimaklumi karena kesibukanku. Semoga aku bisa namatin cerita ini dan semoga kalian suka sama cerita yang aku tulis ini.

Makasih banyak buat kalian yang udah mau nungguin aku update cerita ini.

Btw, happy 10k readers🥰

***

Raden membuang puntung rokoknya tepat di sebelah kaki kanan lelaki itu, kemudian ia injak untuk mematikan sisa percikan apinya. Raden mengecek kembali ponselnya untuk memastikan bahwa GPS yang tengah lelaki itu lacak adalah benar.

Mengerutkan kening heran, Raden bergumam, “Ini gak salahkah? Kok bisa Papa ke area sekolah gini?”

Ya, Raden tengah berada tidak jauh dari SMK Nusa Bina untuk mengikuti papanya, ingin tahu ke mana papanya pergi karena dia memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap sang papa. Kebetulan, Raden sengaja memasang pelacak di ponsel papanya yang terhubung dengan ponselnya, mempermudah lelaki itu untuk menemukan keberadaan sang papa.

Namun, mengapa harus ke sekolah?

“Papa gak mungkin jemput Pange, ‘kan? Pange punya motor sendiri,” gumam Raden lagi, memicing ke arah mobil yang terparkir di depan gerbang SMK Nusa Bina.

Salah satu alasan Raden belum mau pulang ke rumah dan belum berangkat sekolah adalah hal ini. Jika ia melakukan aktivitas itu, maka dirinya akan tertinggal oleh informasi-informasi akurat papanya.

Setelah beberapa menit menunggu, papa Raden keluar dari mobil dan mata Raden sontak saja membelalak ketika melihat siapa yang digandeng oleh papanya itu untuk dipersilakan masuk ke mobil pria paruh baya tersebut. Raden benar-benar memicing untuk memastikan bahwa apa yang dirinya lihat adalah salah.

"Ratu?"

Namun, mata Raden masih normal. Ia tidak mungkin salah lihat.

Raden pun memasukkan ponselnya terlebih dahulu, setelah itu menutup kaca helm full face-nya itu dan mulai menyalakan mesin motor, bersiap mengikuti ke mana mobil papanya itu pergi membawa gadis yang dikenal primadona sekolah.

Menghela napas, Raden menancapkan gasnya pelan sesuai kecepatan yang dilajukan mobil sang papa. Ia benar-benar menjadi penguntit, demi mendapatkan informasi yang selama ini ingin dirinya temukan.

Beberapa kali memang Raden memergoki papanya yang sering bepergian dengan style di luar pekerjaan. Bisa dikatakan lebih rapi dan lebih wangi. Benar saja dugaan Raden selama ini, rupanya papanya memang sedang pubertas kedua. Namun, gadis yang tidak pernah ada dalam pikiran Raden adalah gadis yang bersama papanya sekarang.

Ratu Ezz Queilona? Apa yang ada di pikiran gadis itu sehingga mau dengan papa Raden?

Raden menggeleng pelan, mengusir pikirannya yang belum tentu benar. Ia terus mengikuti mobil mewah itu, hingga mobil tersebut masuk ke sebuah restoran yang merupakan tempat makan kalangan menengah ke atas.

Memarkirkan motornya tidak jauh dari parkir mobil, Raden mengikuti papanya diam-diam dengan mengenakan topi hitam dengan bordir inisial R yang ia ambil dari dalam jok motor. Lelaki itu duduk di meja single yang tidak jauh juga dari tempat duduk Ratu dan sang papa.

Lelaki yang sudah seperti intel ini tersenyum smirk. "Ternyata bener yang gue curigain selama ini. Tapi kok Ratu mau? Apa karena papa gue kaya? Cih,” decihnya.

***

Mata Raden menyipit, melihat papanya menurunkan Ratu di gang sebuah komplek yang lelaki itu yakini adalah komplek perumahan Ratu. Saat mobil papanya menjauh dengan Ratu yang memilih jalan kaki menuju rumahnya, Raden pun mengambil alih di mana ia mendekati gadis tersebut.

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang