44 52 15 33 44 54 / 43 15 51 15 33

7.3K 566 156
                                    

Hai, maaf ya aku baru update lagi dan tengah malam gini, wkwk. Otakku lancarnya pas mau tidur doang, selebihnya eror.

Dan kayaknya aku gak bisa setiap hari update, paling nggak seminggu dua kali ya.

Tapi makasih banget buat kalian yang setia nungguin cerita ini update.

Selamat membaca, ya!

***

Sepanjang dua insan ini berjalan sejajar tanpa berpegangan tangan, mereka juga tidak saling bicara. Ratu hanya mengikuti ke mana Raden akan membawanya. Namun, mereka memang tengah berada di salah satu lingkup apartemen mewah yang ada di Jakarta. Sepertinya Raden hendak membawa Ratu ke apartemen lelaki itu? Namun, setahu Ratu, Pak Gusti memiliki rumah. Mengapa mereka malah pergi ke sini?

Entahlah, suka-suka Raden saja.

Sesampainya mereka di tempat yang sudah akan Raden tunjukkan kepada Ratu, lelaki itu pun mempersilakan gadis yang diajaknya untuk masuk setelah pintu terbuka lebar.

Ratu melirik tajam ke arah Raden sebelum melangkahkan kakinya untuk masuk ke apartemen lelaki ini. “Lo gak bakalan ngapa-ngapain gue, ‘kan, Den?”

Raden mencibir dengan decihan kecil, “Kayak badan lo semok aja.”

“Heh! Mulut lo!”

“Nggaklah. Gue gak apa-apain lo, kecuali lo mau gue apa-apain,” deham Raden, membuat dirinya langsung mendapat tamparan maut dari Ratu.

“Sialan lo.”

Untungnya, bukan tamparan yang mendarat di pipi Raden, melainkan di bahu lelaki itu. Setelahnya, Raden berkata, “Udah, lo masuk aja, cepet.”

“Iya, iya.”

Setelah Ratu benar-benar masuk ke apartemen Raden, mata gadis itu langsung berbinar. Di sekelilingnya, Ratu seakan dibawa pergi jauh ke angkasa. Bukan, lebih tepatnya Ratu seperti tengah berada di dunia fantasi.

Beberapa kali Ratu mengusap-usap matanya, berharap ini hanya ilusinya saja. Namun, sayangnya ini nyata. Di dekat kaca besar yang mengarah pada balkon, terdapat robot sebesar dirinya dengan selang-selang berkilau di setiap sisi kaca yang menutupi robot tersebut. Selain itu, ada banyak alat elekro yang tidak begitu Ratu ketahui.

Pandangan Ratu beralih pada robot yang tidak dilindungi kaca yang ditaruh di meja sebelah komputer besar. Raden, lelaki itu membiarkan Ratu melihat-lihat isi apartemennya, kemudian pergi menuju dapur untuk membuatkan gadis itu minuman.

Ratu masih terbelalak kagum. Tidak pernah ada di bayangan Ratu bahwa ia akan dibawa ke tempat seperti ini.

Menakjubkan.

Penasaran, Ratu menyentuh robot berbentuk manusia yang seukuran dengan botol minum 1500 ml. Robot itu memakai helm canggih di mana ketika Ratu memencet tombol yang ada di sekitar telinganya, kaca helm itu terbuka dan menampilkan mata berlaser seakan tengah membaca Ratu.

“Hai, manusia di sana. Ar Ei Ai siap digunakan.”

Suara yang berasal dari robot itu membuat mata Ratu semakin terbuka lebar. “Gila! Namanya Rai?”

“Iya. Bagus, ‘kan?”

Ratu mengangguk antusias. Gadis yang biasanya angkuh dengan lawan bicaranya, kini terlihat rileks dan sepertinya mulai nyaman berada di dekat Raden. Terlebih, hal-hal menakjubkan ini mampu menyita perhatiannya.

Ketika Raden sudah duduk di sofa yang ada di sana, Ratu menatap ke arah lelaki itu. “Ini lo beli di mana, Den?” tanyanya dengan menunjuk robot bernama Rai itu.

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang