44 23 24 42 44 54 / 44 52 34

5.9K 417 109
                                    

Suara riuh di area lapangan utama SMK Nusa Bina menjadi pengisi agenda hari ini yang mana sekolah tersebut sudah resmi membuka acara bazarnya untuk khalayak umum.

Masing-masing dari kelas per jurusan sudah mulai menyerukan produk yang mereka jual untuk dikenalkan kepada konsumen yang berdatangan. Cukup ramai, karena bazar SMK Nusa Bina yang selalu diadakan tiap semester pastinya mendatangkan banyak keuntungan.

Dari mulai yang muda hingga yang tua mulai berdatangan ke area sekolah kejuruan manajemen dan bisnis terfavorit tersebut.

Berbeda dengan kebanyakan stan di sana, ada satu stan yakni X AKL 1 masih sibuk berdiskusi mengenai siapa saja yang akan membagikan brosur mereka dan beberapa masih ada yang telat datang membawa produk setengah jadinya. Terlihat, Riyan, Raden, Ratu, dan Pangeran memberikan kode lewat mata untuk mulai melancarkan aksi yang sudah mereka rencanakan saat mereka berkumpul di rumah sakit kala itu.

Saat itu, Ratu, Raden, Riyan, dan Pangeran berada dalam satu kafe yang sama setelah keluar dari RS Nusa Jakarta. Mereka sengaja berkumpul di luar area rumah sakit untuk membahas masalah Pak Andra yang masuk ke ruangan papanya Ratu.

Raden mengacak rambutnya frustrasi ketika dipaksa berpikir. Dia membenci pikirannya karena memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak usah ada dalam pikirannya.

"Kenapa kita harus pusing, sih? Ngurusin hidup sendiri aja ribet, ini sok-sokan mau mecahin misteri Pak Andra yang ke RS-nya Ratu," ucap Raden dengan nada seakan penuh emosi.

Bukan karena ia menyalahkan tiga orang yang duduk bersamanya ini, tetapi ia menyalahkan dirinya sendiri yang ikut penasaran mengapa sepertinya dari gerak-gerik Pak Andra terlihat begitu mencurigakan saat masuk ke ruangan Papa Ratu.

"Hari ini Pak Andra gak masuk, ya?" tanya Pangeran yang dijawab anggukan oleh Ratu.

"Kayaknya iya," balas gadis itu yang sudah melepas topi dan masker hitamnya.

Lama-lama Ratu sudah seperti buronan di rumah sakitnya sendiri gara-gara memakai serba hitam itu untuk meminimalisasi keberadaannya yang membolos sekolah.

"Sebenernya bukan urusan kita juga gak sih kalo semisal Pak Andra punya penyakit?" tanya Ratu kepada tiga laki-laki yang duduk bersamanya.

Gadis satu-satunya yang berada di antara tiga laki-laki berbeda sifat dan karakter itu mencoba untuk mulai bertukar pikiran. Ia rasa, apa yang harus mereka rundingkan mengenai keberadaan Pak Andra yang memeriksa kesehatannya di RS Nusa Jakarta?

Bukan urusan mereka, 'kan?

"Harusnya sih iya. Tapi, kalo ternyata penyakit Pak Andra serius? Kan kasihan," balas Pangeran.

"Bokap lo ahli bedah, 'kan, Tu?" Tiba-tiba Riyan bertanya tentang profesi khusus Papa Ratu yang diangguki gadis itu. "Jangan bilang kalo Pak Andra mau operasi organ? Hati? Ginjal? Jantung? Bisa aja, 'kan?"

"Tapi yang paling umum, sih, ginjal atau gak jantung. Eh, bentar. Pak Andra keliatannya sehat-sehat aja, kok," sahut Pangeran yang ikut berpikir.

"Kalaupun iya, urusannya sama kita apaan elah? Bener kata Ratu, kita gak harus mikirin ini," balas Raden yang kelihatan begitu frustrasi.

Lelaki urakan itu tidak mau menambah beban pikirannya.

Sumpah, mendengar papanya yang mau dioperasi saja membuat Raden tidak tenang. Sekarang harus banget memikirkan kesehatan orang lain? Ah, Raden tidak bisa. Ia tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.

Namun, Ratu sepertinya tidak sejalan lagi dengan pikiran awal. Gadis itu mulai menanyakan ke mereka mengenai isi kepalanya.

"Tapi, Den, gak sembarang orang bisa konsultasi sama bokap gue. Biasanya, bokap gue itu ngatasin pasien yang emang bener-bener butuh dokter spesialis bedah paling bagus. Dan itu bokap gue," ujar Ratu.

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang