44 23 24 42 44 54 / 44 23 42 15 15

3.6K 293 62
                                    

Hallo, kalian semua apa kabar?

Sudah lama aku tidak berkabar, wkwk.

Semoga selalu suka sama cerita ini, ya. Tinggalin komen biar aku tau kalian hidup, haha.

Btw, selamat membaca.

***

Lelaki yang dikenal dengan ketengilannya, kini merentangkan tangan selebar mungkin untuk menyambut kedatangan sang sahabat lama. Adik kelas yang selama ini menghindar, tetapi nyatanya bersatu juga.

Senyum tulus itu Dewangga tunjukkan sembari menepuk-nepuk pelan punggung Riyan ketika lelaki sedikit urakan itu membalas rentangan tangan Dewangga dengan berpelukan sekilas. Setelahnya, Riyan beralih pada Duta yang sedari tadi juga kelihatan happy menyambut kedatangan Riyan.

"Welcome, Bro!" ucap Duta yang segera dibalas anggukan kecil Riyan.

"Thanks udah bolehin gue gabung lagi, guys!" Tidak bisa dipungkiri bahwa Riyan sangat berterima kasih karena PARADUNGGA mau menerimanya kembali.

"Sans. Yang penting sekarang RAPARIDUNGGA comeback!" seru Dewangga. "Pang! Bawa 'kan jajanannya?"

Pangeran mengangkat tinggi-tinggi totebag bergambar burger itu. Pertemuan kali ini, sudah menjadi jadwalnya yang membawa makanan untuk mengisi perut mereka sebelum membahas hal-hal serius.

Dewangga segera meraih totebag dari tangan Pangeran, kemudian berlalu diikuti Dewangga, dan Raden yang baru selesai merokok dari area luar markas.

Tersisa lelaki perfeksionis dan lelaki dingin itu saja. "Yan! Ayo!" ajak Pangeran dengan menepuk-nepuk punggung Riyan sebanyak dua kali.

Riyan menghela napas kasar. Lalu, dia berjalan sejajar dengan Pangeran menuju ruang bawah tanah yang ada di sana. Ruangan di mana tempat mereka biasanya marahan.

Kakinya sampai di ruang bawah tanah tersebut setelah beberapa kali menuruni anak tangga yang terbuat dari batu. Tidak banyak yang berubah, di setiap sudut dindingnya ditempeli beberapa foto mereka yang pastinya merupakan momen-momen penting.

Mata Riyan langsung tertuju pada foto Duta dan Dewangga yang memakai jas jurusan dengan memamerkan lencana kelas 11 semester 2 itu. Tidak ada yang spesial menurutnya, tetapi melihat keduanya, Riyan merasakan sesuatu yang entah apa.

"Woi! Ayo makan!" Duta menepuk bahu Riyan yang fokus menatap foto-foto itu.

"Eh, iya, Kak. Sorry."

Berjalan menuju tempat duduk yang terbuat dari batu juga, Riyan bergabung bersama yang lain. Sepertinya merokok memang sudah mendarah daging untuk Raden. Terlihat bahwa lelaki itu sudah menyesap rokok yang baru ia nyalakan itu.

"Lo kalo mau ngerokok di luar, gih! Di sini ga ada ventilasi buat ngeluarin udaranya, njir," seru Duta. Ia sedikit risi melihat adik kelasnya satu itu yang selalu saja merokok.

"Gue matiin deh. Demi kalian," ucap Raden lesu. Kemudian, ia mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya sekaligus membuka jas merah itu.

Kebetulan, Raden tidak memakai jaket PARADUNGGA-nya.

"Gue udah dengerin berulang kali alat sadapnya sebelum ke sini. Gue kira rusak, ternyata emang gak ada apa-apa," ujar Raden, membuka topik mereka sembari menyantap burger dari Pangeran.

Dewangga yang mulutnya penuh dengan makanan itu mengangkat tangan. Mereka semua pun memusatkan perhatian pada lelaki tengil itu.

Selesai menelannya, Dewangga pun mulai bicara. "Lo gerak sebelum kita bikin plan B?"

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang