Bab 9 ~ Menghukum Bandit dengan Cambuk Petir~

25.9K 2.1K 25
                                    

Jalan yang di lalui bianca sangat sunyi mencekam seperti tak ada kehidupan hewan lainnya. Tujuan bianca kali ini akan berangkat menuju KOTA GALAKSI NEON, Kota ini berada di kerajaan Timur. Bianca harus beberapa kali singgah di desa yang masih didaerah kerajaan tengah, jika akan menuju kerajaan timur.

Lamunan bianca buyar saat serigala yang di tungganginya mencibir.

"Apakah Master kecil tidak merindukan Rumah?"

Bianca menggeleng keras seketika pikirannya menerawang kondisi istana yang di tinggalkannya sementara. Mungkin masih keadaan baik-baik saja, hilangnya satu putri tidak akan membuat Raja Xavier mengamuk kan? Pikir bianca.

"Tidak! Aku masih ingin mengumpulkan koin dan berpetualangan." tegas bianca.

"Haish! Kau keras kepala sekali master kecil"

"Terima kasih atas pujianmu paman jhon..." ucap bianca asal.

Serigala itu mendengus kasar, setelahnya Keadaan menjadi hening kembali. Sesaat indera tajam bianca mendengar suara perdebatan di depan jalan sebelum berbelok ke desa Ramayana.

"Berhenti paman jhon!" perintah tegas bianca.

Secara mendadak serigala salju berhenti dan memandang heran bianca yang di atas tubuhnya. "Ada apa master kecil?"

"Ada segerombolan orang di belokan menuju desa Ramayana paman!" Jelas bianca berfikir.

"Apakah paman bisa masuk kedalam ruang jiwaku dulu?" tanya bianca menatapa ragu serigala salju didepannya.

Tampaknya raut wajah serigala salju menolak ide dari bianca. Ia menatap Bianca penuh keraguan.

"Master masih terlalu kecil bila bertemu dengan mereka."

Bianca mendengus kasar, ia menatap paman Jhon dengan wajah cemberut. " Hey Paman serigala, bahkan aku bisa memanggang mereka dengan jentikan jari kecilku ini!"

Serigala salju ingat kalau masternya sangat luar biasa, Dengan terpaksa serigala salju masuk ke dalam ruang jiwa bianca dengan syarat akan segera keluar bila master kecilnya dalam bahaya.

Bianca bersenandung merdu melewati jalan yang licin karena rembesan air hujan dengan santai. Semakin jauh bianca berjalan, semakin terdengar jelas obrolan di depan. Ia berdiri memandang datar para gerombolan bandit di depannya.

"Heh! Lihat di depan sana ada anak kecil." teriak pemuda yang paling muda diantara mereka.

Tatapan mereka semua teralihkan menatap bianca sulit diartikan.

"Anak kecil? Mengapa kau berjalan kesini tanpa pengawasan orang tuamu?" tanya salah satu bandit bertubuh besar.

"Aku tersesat paman!" jawab bianca berpura-pura takut.

"Ku lihat dia memakai pakaian mewah boss" timpal si pria plontos.

Mereka semua menatap penampilan bianca yang memakai gaun hitam bercampur merah menyala selutut dengan sentuhan sulaman emas naga.

Tadi sebelum berangkat melanjutkan perjalanan, Bianca sempat mengganti gaunnya dengan gaun dari cincin penyimpanannya. Selain pakaian, ternyata cincin ini juga menyimpan senjata spritual tingkat tinggi hingga tingkat dewa. Kecuali senjata spritual pemberian para pamannya yang akan digunakan bianca bila lawannya tangguh.

"Wah... Kita bisa menculiknya boss, ia pasti anak keluarga terhormat. Dan kita bisa meminta uang tebusan!" usul pria Berkumis tebal sembari menatap Bianca penuh minat.

"Atau menjualnya di pasar gelap tempat pelelangan budak!" sambung pria muda yang pertama kali melihat Bianca.

Bos mereka si pria bertubuh besar hitam tersenyum menyeringai." tangkap gadis kecil itu dan kita jual di pelelangan budak, terlalu beresiko menahannya bersama kita."

Bianca menatap jijik segerombolan bandit di depannya. " ingin menculikku? Huh! Sebelum kalian menyentuh ku... Aku akan memanggang wajah pantat babi kalian." batin bianca emosi.

Bianca mundur tiga langkah ke belakang yang membuat para gerombolan itu menyangkah target mereka ketakutan dan akan segera kabur.

"Mencoba kabur gadis kecil? Lagipula desa disini masih jauh!" remeh pria plontos.

"Hehehe.... Jangan panggil aku anak kecil paman. Panggil aku master kematian." ujar bianca sembari mengeluarkan cambuk petir dari cincin penyimpanan galaksi. Cambuk itu mengeluarkan percikan kilat menyala terang.

Para kumpulan bandit yang akan menangkap bianca perlahan mundur ketakutan dengan pandangan terfokus pada senjata spritual di tangan mungil anak kecil di depan mereka.

"Oh Dewa! I-itu adalah Senjata spritual tingkat tinggi." ucap pria muda gemetaran. Kali ini mereka benar menggali kuburan sendiri. Senjata spritual mereka rata-rata di tingkat kelas rendah.

Ctarrrr....

Bianca mengayunkan cambuk dan mengenai tanah di sampingnya hingga tanah itu tandus dan retak.

Mereka semua menelan ludah gugup. Bahkan, sang ketua bandit gemeteran seluruh sendi tubuhnya.

"Kalian tidak akan ku maafkan!" sentak bianca mengangkat tangannya hingga cambuk itu mendarat di tubuh mereka sekaligus dalam satu kali hentakan.

Ctarrr....

Akh...

Akh...

Akh... Ampunilah...

Teriakan kesakitan menggema memecah kesunyian lembah abadi. Tubuh para bandit menegang merasakan aliaran listrik dan panasnya unsur petir membuat tubuh mereka menghitam.

"Aku masih memaafkan kalian." ucap bianca berlalu pergi setelah menyimpan kembali cambuknya di dalam cincin giok.

Bianca hanya mencambuk sekali tapi efeknya sangat menyiksa. Mereka masih hidup tapi dalam keadaan titik dantian elemen hancur dan tidak bisa lagi berkultivasi.

TBC...


THE GENIUS BABY PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang