matahari mulai memancarkan sinarnya dengan terang mencoba membangunkan seseorang yang mungkin masih terlelap dengan mimpinya. namun matahari itu kalah cepat dengan pemuda yang sudah siap dengan seragam abu abunya itu, pemuda itu tengah bercermin melihat seragamnya apakah sudah lengkap? atau masi belum. setelah dirasa cukup pemuda itu menoleh kearah pintu yang sudah diketok terlebih dahulu tok..tok...
"sebentar" ucap zee.
zee mengambil sepatunya yang berada di rak dekat gantungan jaket dan mengantungkan tasnya di bahu kanan lalu membuka pintu itu. muncul wanita yang memamerkan senyum manisnya walaupun bibirnya sedikit pucat. ia dia adalah anin yang tadi mengetok pinyu kamarnya, anin fikir zee belum bangun ternyata dia salah zee bahkan sudah rapi.
"pagi ka, mau berangkat kah?" tanya zee sambil memasang sepatunya itu lalu mengandeng tangan anin turun kebawah.
"pagi juga, makan dulu dibawah ayah sama bunda udah nunggu" balasnya.
zee sangat diterima baik oleh bunda lita bahkan zee sudah dianggap seperti anak sendiri, tidak ada kecanggungan diantara mereka. menikmati sarapan pagi dengan hikmat. zee memilih menginap dirumah ayahnya berkat suruhan risa katanya biar lebih dekat. selesai makan keduanya berpamitan untuk berangkat.
"yah,bun zee sama ka anin pergi dulu ya" pamit zee sambil menyalami kedua orang tuanya, yang di ikuti anin.
"hati hati nak" balas lita.
"zee ayah harap kamu bantuin ngehandle perusaan yang dibandung" pinta keynal.
"zee pasti bantuin sebisa zee kok tapi zee belum tau apa apa" ucap zee yang mengaruk tenguknya yang tak gatal dia bingung. karna belum pernah mendapat tanggung jawab sebesar ini oleh siapapun, sebenarnya dia bisa saat bersama papanya itu cuman dia masi dibimbing oleh nanda, lah ini dia langsung dipasrahkan begitu saja.
"yah kasi om devan aja gimna? om devan kan bisa bimbing zee, anin ga tega harus ngeliat zee bolak balik bandung jakarta" saran anin dia tidak ingin jauh jauh dengan zee.
"zee gabakalan bolak balik nin dia bakalan kesana seminggu sekali kok" balas keynal.
"tapi anin boleh ikut kan?" tanya anin.
"perasaan pas ayah kebandung kamu gapernah mau nemenin? kenapa sekarang beda?" ledek keynal.
"ga beda kok cmn anin mau refresing aja kapan lagi jalan coba kebandung" alibi anin.
"bilang aja gamau jauh jauh" cibir keynal."zee mending kita berangkat aja males ayah udah mulai nyebelin" anin tidak ingin terus terusan diledek ayahnya itu, yang akan membuat pipinya memerah seperti tomat karna godaan dari keynal.
"anin ga ngijinin ayah buat nyuruh zee kebandung kalo anin ga ikut" ucap anin.
"loh kamu siapa? masi pacar bukan istri" ucap keynal masi saja suka meledek anak gadisnya itu entah keynal ngerasa lucu saja.
"bundaaa!" rengek anin.
"aduh nin udah gede juga gausah ngerengek gitu iya iya zee ga akan bunda ijinin kalo di suruh ayah, kamu juga mas gausa bikin anaknya kesel gitu loh" cubit lita pada pinggang suaminya itu dan menyuruh anin untuk berangkat.
"galaknya" keynal masi nengusap pinggang bekas cubitan suaminya itu.
"mendingan kan dicium gitu dicubit mulu kdrt nih" ucap keynal pelan yang masi bisa zee dengar.
"yah jangan sampek zee punya adek loh" ucap zee sambil tertawa cekikikan lalu pergi dari sana menghampiri anin yang sedang memakai sepatu.
setelah zee berada didepan anin dia berjongkok dan mengikat sepatu anin."udah kan ayok" ajak zee sambil menarik tangan anin dengan lembut.
"masih jam 6.15 zee terlalu pagi gausah ngebut ngebut" ucap anin memperingati zee saat sudah berada di atas motor.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Istimewa [END]
Teen Fiction"setidaknya aku pernah hadir, dan dicintai olehnya sedalam itu" zee. "aku beruntung pernah dicintai oleh laki laki sehebat dirinya, selalu menjadikanku wanita yang tidak pernah merasa sendirian. dia zee lelaki terbaik yang pernah hadir dihidupku. te...