"jika kamu hanya mementingkan ego, percayalah semuanya hanyalah penyesalan nantinya"
.
.
.
.
.
.
.
.seminggu lebih zee dan anin terdiam, bahkan keduanya tidak bertegur sapa. keduanya juga sudah seminggu tidak saling mengabari, zee bingung keduanya masih berhubungan atau sudah tidak.
zee juga mengiyakan permintaan anin untuk menjauh kekasihnya itu, bodoh memang. tapi zee terlalu nurut walaupun harus memendam rasa sakit saat kekasihnya berangkat ataupun pulang bersama marvel, ia dia sahabat kecilnya.
hah.. sudah berapa kali aku tidak menghargai perasaan ku sendiri demi menjaga perasaan dirinya. tidak adil, memang. zee ingin menarik lengan laki laki itu menjauh dari kekasihnya, namun sepertinya dia harus mengurungkan niatnya. karna dia terlalu takut membuat kekasihnya marah.
"princess, aku kayaknya gabisa jemput kamu nanti. aku ada kelas jam 3?" marvel terdengar mendengus kesal karna tidak bisa menjemput anin nanti.
"gapapa, vel aku bisa minta supir buat jemput. atau engga pesen go car, tenang aja gausa kawatir." anin tersenyum menyakinkan.
zee hanya melihat kekasihnya itu dari balkon kelasnya itu, "apa gue udah ga dibutuhin lagi, dia bahkan lupa gue pacarnya disini?" gumamnya pelan.
marvel mencium kening anin, apakah wajar jika sahabat saling mencium kening bahkan keduanya berlawan jenis.
apa yang tidak zee ketahui selama ini, "apakah keduanya kencan? apakah anin menghianati dirinya selama seminggu?"
shit.
zee tidak bisa berdiam diri disitu begitu saja, namun pergelangan tangannya ditahan oleh cio, "lepas" zee menghempaskan tangan cio dengan kasar.
cio menghadang jalan zee untuk turun ke bawah, "balik ke kelas, bentar lagi bel" ucap cio dingin.
"minggir" zee berusaha tidak menghajar lelaki didepannya ini.
"gue bilang masuk." jawab cio tegas.
"lo gatau masalahnya, mending diem!" zee menyenggol bahu cio dengan keras.
mau tidak mau cio memukul wajah zee yang sudah kepala batu itu, zee tengah emosi jika dia biarkan maka sesuatu buruk akan terjadi.
zee yang mendapat pukulan keras di pipinya kini membalas memukul cio, dia yang sedang emosi tidak memikirkan siapa yang tengah dia hajar. aldo dan gito baru saja menaiki anak tangga terakhir keduanya dari kantin untuk membeli kopi, namun yang membuat mereka terkejut cio dan zee tengah berkelahi. aldo menaruh kopi itu dan berusaha menghentikan keduanya, gito turun adil menahan tangan cio dan aldo menahan zee.
"lo mikir bangsat, kalo cewe lo di gitu sama cowo lain yang notabenya cuman sahabat itu gimana, dan hubungan lo juga masih belum baik" maki zee dengan emosi.
"dan lo juga ga mikir, lo turun lo ngehajar marvel. lo bisa di scorsing, lo tuh lagi emosi. kita juga lusa bakalan ujian kenaikan kelas." ucap cio dengan menggebu gebu.
"argh..." zee melepaskan tangan aldo yang menahan dirinya itu. zee melangkahkan kakinya gontai ke arah tangga menuju rooftop. biarlah dia bolos di waktu pelajaran pertama hingga istirahat, percuma juga dirinya mengikuti pembelajaran jika sedang kacau seperti ini.
ketiganya hanya menatap iba terhadap zee, ketiganya mau tidak mau harus membicarakan ini dengan anin. anin sudah keterlaluan jika seperti ini.
"istirahat kita bicarain sama ka anin" ucap gito mengelus punggung cio, ketahuilah bahwa cio benar benar mengkhawatirkan sahabatnya itu, dia bahkan menyayangi zee sudah seperti saudaranya itu. ketiganya masuk ke dalam kelas karna bel sudah berbunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Istimewa [END]
Teen Fiction"setidaknya aku pernah hadir, dan dicintai olehnya sedalam itu" zee. "aku beruntung pernah dicintai oleh laki laki sehebat dirinya, selalu menjadikanku wanita yang tidak pernah merasa sendirian. dia zee lelaki terbaik yang pernah hadir dihidupku. te...