❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜
"Kau sendirian di sini, manis?"
Jungwon mendongak sejenak, dia kembali menenggak minumannya tanpa menghiraukan perkataan basa-basi barusan. Wajahnya telah memerah sempurna, kepalanya berdenging ngilu. Pandangannya linglung saat menatap ke sekeliling ruang yang memburam.
"Wah, aku diabaikan begitu saja."
Jungwon mengangkat gelasnya. Menatap orang itu dengan mata setengah terpejam dan tertawa renyah. "Kau mau kubunuh dengan cara apa? Aku punya pistol."
Orang yang mengganggunya tersebut nampak tidak percaya dan menertawakan perkataan Jungwon. Dia pikir Jungwon melantur karena mabuk. "Daripada saling menembak, lebih baik kita melakukan sesuatu yang panas malam ini, amour."
"Aku akan menembak keluar isi kepalamu karena berani menganggu waktuku," ancam Jungwon terakhir kali. Dia mengeluarkan pistol yang tadinya merupakan alat untuk membunuh Jake, senjata itu ia arahkan tepat ke jantung pria tadi.
DOR!
Karena penglihatannya yang mengabur, pelurunya sedikit meleset dengan bersarang pada leher saja. Jungwon mendecak malas, kemudian kembali bersandar pada sofanya. Orang-orang di sekelilingnya sudah terbiasa dengan letusan peluru. Matanya terpejam beberapa kali karena terlampau lelah dan muak.
"Kau membuat kecerobohan lagi, Yang Jungwon," ujar seorang pria dengan masker hitam dan kupluk kepala yang mendekat ke arah mejanya.
"Pergilah," usir Jungwon tanpa membuka matanya. Padahal dia tidak tahu siapa yang sedang berbicara dengannya.
Orang itu mengode beberapa pengawal di belakangnya agar membereskan mayat pria kurang ajar tadi, sementara dia sendiri mendekat ke arah Jungwon yang terlihat damai tertidur di sofa. "Yang Jungwon, aku akan membawamu sebentar." Dia mulai menyelipkan tangannya di bawah lutut dan leher yang lebih muda.
"Ethan Lee ... kau bajingan," racau Jungwon dalam dekapannya.
"Siapa Ethan?" Dia bertanya pada salah satu pengawalnya, yang dibalas gelengan.
Orang itu tersenyum lembut sembari mengelus kening Jungwon yang berada di atas pahanya. Mereka sudah ada di dalam van hitam besar dan mewah miliknya, mobil yang akan membawa keduanya pada tempat-tempat yang indah. Dia mendekatkan wajahnya, mencium kedua pipi Jungwon sambil berbisik.
"Aku akan membunuhnya untukmu."
❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜
Niki: Hei, Jay. Kau melupakan perjanjian judi kita malam ini di Vegas.
Notifikasi itu dibiarkan seiring berjalannya waktu. Sang pemilik tengah asyik berada di atas ranjang menciumi setiap inci wajah Jungwon yang hanya terdiam dan sesekali membalas.
"Jungwon..."
Jungwon tidak menjawab, dia jelas-jelas masih mabuk dan tidak sadar atas semua hal yang terjadi. Begitu tangan Jay membuka jaket denimnya dan kancing kemejanya dengan kasar, Jungwon tetap memandangi wajah lelaki itu tanpa melawan sedikitpun.
Jay mundur perlahan untuk membuka bajunya, Jungwon menarik tangannya dan mencium Jay lebih dulu. Seingat Jay dia belum mengunci pintu, tapi siapa peduli. Tidak akan ada orang yang berani mengintip mereka melakukan hubungan ranjang.
Jungwon mulai kehabisan nafas, Jay bisa merasakannya, dan dia menghentikan ciuman itu, napas mereka terengah-engah. Jungwon terlihat makin panas karena bibirnya yang basah dan bengkak. Jay tidak tahan untuk segera mencium pemuda itu lebih ganas lagi. Dia mengalihkan perhatiannya pada leher seputih gading tersebut, menciuminya sambil sesekali meninggalkan bekas gigitan. Erangan tertahan Jungwon adalah melodi yang candu.
Mereka saling menatap satu sama lain, tatapan Jay dipenuhi oleh rasa ingin memiliki, sedangkan Jungwon terlihat sayu. Satu tangan Jay mulai melepaskan celana panjang hitam yang dikenakan Jungwon, membuangnya asal ke lantai.
"Ya Tuhan, kau cantik sekali. Aku tidak sabar untuk menyentuh seluruh tubuhmu."
"Kalau begitu, lakukan," bisik Jungwon.
Rasa penasaran Jay nyaris tak tertahankan, tapi ia tetap ingin menundanya. Ingin menbuat semuanya berlangsung lebih lama. Memperlambat semua gerakan supaya mereka bisa sama-sama jatuh dalam hasrat yang luar biasa hanya dengan saling menatap.
Lalu kedua tangan Jay bergerak. Perlahan-lahan jari-jarinya bergerak ke lekukan hidung Jungwon, menyusuri alisnya, menuruni ke pipi dan bibirnya, rahang, kemudian leher, serta tulang belikat. Ketika dia sampai pada bagian dada Jungwon, ia berhenti sejenak pada putingnya untuk menekan dan melingkarinya. Jay akhirnya bergerak lagi, menyebrangi perutnya, kemudian ke pangkal pahanya.
Jay berhenti di sana. "Sangat cantik."
Jari-jarinya berpindah, mengeksplorasi, masuk dan keluar, tapi selalu kembali lagi satu tempat mungil itu. Jungwon tersentak kaget. Kakinya gemetar selagi Jay terus menyentuhnya, menekan, mangusap, dan masuk ke dalamnya. "Ah.."
"Panggil aku Jay." Sambil beringsut menjauh dari Jungwon, Jay mulai melepaskan celananya dengan gerakan cepat dan singkat.
Ya Tuhan. Jungwon memandanginya tanpa berkedip. Bahunya bidang, bisepnya terbentuk dengan indah. Dadanya mulus dan gagah. Pinggulnya sempit, kakinya panjang, dan itu ... cukup besar dibanding dengan milik Jungwon.
"Santai," kata Jay. "Aku ingin merasakan dirimu pada seluruh tubuhku."
"Kita tidak perlu terburu-buru malam ini," ujar Jay. "Kalau kita punya tiga kesempatan aku akan membuatnya patut dinikmati. Jadi ... sekarang aku ingin mendengarmu mendesahkan namaku." Jay mengulum nipple Jungwon sensual.
"Ha-ah ... Jay ...." Jungwon reflek mencengkeram bahu sang dominan.
"Good boy."
❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜
footnote:
Kita lanjutin adegan mature di chapter selanjutnya. Semangat nunggu sampe minggu depan, gais! (ketawa jahat) Jangan lupa tinggalin jejak supaya aku tau siapa aja yang mampir ke Heathcliff dan nungguin cerita ini update ^-^
KAMU SEDANG MEMBACA
Heathcliff & Mortal ; Jaywon
Fanfiction(Season 1: Heathcliff & Season 2: Mortal) *** (S1: END) Selain bertugas sebagai agen sindikat penjualan obat-obatan terlarang, Jungwon juga lihai dalam hal mengiris daging setipis mungkin. Tak peduli apakah itu daging ikan, sapi, atau manusia sekal...