❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜
"Aku dengar, kepala koki Tuan Besar dan beberapa pekerjanya dihukum mati. Mayat mereka digantung tanpa lengan."
Jungwon sedikit terkejut mendapati jika bukan pamannya yang telah menaruh racun pada makan siangnya kemarin. Sudah empat hari ini dia tinggal satu bangunan dengan orang yang memberikan titah menghabisi keluarganya. Ia diperintahkan datang ke kediaman sang paman karena mereka sudah tahu soal kabar pernikahan Jay dan Jungwon. Entah perlakuan macam apa yang akan Jungwon dapatkan. Yang jelas, maut selalu berdampingan dengan garis hidupnya. Satu hari ini dia bisa hidup, mungkin besok tak ada kesempatan lagi.
"Dan, apakah anak ini adalah si darah kotor yang selalu dibicarakan keluarga besar?" tanya seorang pemuda yang merupakan sepupu Jungwon. Masing-masing dari mereka tidak mau mengakui keterkaitan darah yang tersambung.
Seolah memang selalu menjadi bahan ejekan. Jungwon menduga bahwa seumur hidupnya ia akan mengalami berbagai sapaan kurang ajar dari tiap-tiap elemen manusia. Tentu Jungwon terusik dengan ejekan itu, tapi mau dilawan seperti apapun, nyatanya perkataan mereka benar. Dia hanya darah kotor yang beruntung masih bisa diampuni dan diakui oleh ketua klan.
"Kalau kalian lupa namaku, biar aku memperkenalkan diri sekali lagi." Jungwon menggunakan jari lentiknya berpindah tempat menyusuri dada bidang sepupunya. "Aku Hideyoshi Koga, anak tunggal Koga Yudai yang merupakan sulung kedua setelah Tuan besar. Derajatku masih jauh di atas kalian. Mskipun aku darah kotor, seharusnya kalian lebih menghormatiku."
Para sepupu Jungwon yang tadi menyapa dengan ejekan pun langsung terdiam. Mereka mematri sebuah senyuman dengan raut wajah yang memang pucat seperti mayat. Salah satu dari mereka lantas menjulurkan tangan kanannya, berharap Jungwon mau bergandengan tangan menuju ruang tamu utama di rumah ini. "Kalau begitu, mari makan bersama kami, Kakak."
Sorot mata sinis Jungwon seperti menelanjangi dua orang sepupunya, mengisyaratkan bahwa ia tak sudi. Tidak lupa pula meninggalkan senyum menyindir, Jungwon menoleh pada seseorang yang sedari tadi berdiri menyandar pada tembok dapur memandangi perdebatan kecil mereka bertiga. Sekilas berujar sebelum pergi. "Aku akan selalu mengikuti perintahmu, Paman. Kau tak perlu takut aku melarikan diri."
Tanpa menunggu sekedar anggukan sekalipun, Jungwon pergi meninggalkan dua sepupunya dan sang paman yang mematung di tempat. Bagaimana mungkin Jungwon mendapat keberanian sebesar itu untuk membuka pembicaraan lebih dulu dan berujar kurang sopan pada ketua?
Jungwon sudah tau ceritanya. Sang Ayah sadar tanpa klannya dia menemui banyak kesulitan hidup. Dia ingin kembali dengan menyerahkan bayinya yang dianggap aib. Kakak tertuanya menyuruhnya untuk melempar Jungwon yang baru lahir dalam kobaran api, dan Ibu Jungwon yang melakukannya, namun Ayahnya memungut bayi itu kembali, artinya dia bukan siapa-siapa lagi.
Itulah sebab mengapa Jungwon mempunyai bekas luka bakar di sekitaran kakinya.
❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜
Rumor mengenai sebuah hubungan terlarang yang terjalin di antara sang anak buangan dan pebisnis sukses belakangan ini panas di semua media kabar sehingga mampu menggemparkan para penerus klan, cukup membuat perdebatan tak berarti yang melejit tinggi.
Semua orang membicarakan nama pria itu—yang mereka kenal sebagai Jay Park— si biliuner muda yang mempunyai banyak nyali melanggar aturan klan mereka. Seorang asing begitu berani menikahi keturunan darah kotor tanpa sepengetahuan dan izin para tetua, seharusnya pasangan itu dihukum. Desas-desus tak benar mulai bicara, ada berita yang menyebutkan Jungwon tengah mengandung sebelum menikah dengan sosok tersebut. Maka, dengan ditaburkannya bara, api semakin berkobar tinggi seiring terus diterpa angin-angin badai.
Banyak hal telah terjadi selama mata terkatup tidur tanpa kenal letih.
"Kau bisa hidup karena pengorbanan banyak orang. Ibumu, juga seluruh keluarganya. Nafasmu adalah hasil dari kematian mereka, Hide." Satu perempuan yang merupakan adik bungsu dari persaudaraan Kei angkat bicara. "Begitu banyak darah yang mengalir di tanganmu, dan sekarang dengan tidak tahu malunya kau malah mengkhianati kami?"
Ya, Ibu Jungwon merobek perutnya untuk bunuh diri. Sedangkan Kei melakukan sisanya--membantai habis keluarga istrinya-- setelah mendapatkan kepastian jika Jungwon mendapat pengampunan. Sisa dari itu, dia akan menebas leher siapa saja yang tersisa. Mereka yang menghalangi jalan klan, akan berakhir pada bilah katananya yang selama ini dibiarkan lapar.
"Aku tahu." Jungwon menjawab singkat. "Aku juga tak mengharapkan pernikahan itu terjadi. Itu semua diluar kekuasaan dan kemauanku. Pernikahan kami hanya kontrak, semuanya akan berakhir dalam enam bulan ke depan." Ia menoleh pada satu-persatu orang yang duduk di meja makan panjang.
"Kami memberimu hidup." Sepupunya ikut mengompori.
"Tidak. Kalian hanya mendekatkan kematian pada orang-orang di sekelilingku," bantah Jungwon dengan wajah setengah merah padam. Ia sudah banyak minum sepanjang hari.
"Ya, dan kami akan melakukannya juga untuk yang satu ini."
"Kalau begitu lakukan saja. Suamiku tak selemah itu untuk kalian remehkan." Jungwon kelepasan satu cegukan kecil saat bicara pada yang lebih tua. Pandangannya sedikit buram, cara bicaranya membuat mereka yakin kalau sebenarnya Jungwon sudah rusak.
"Kemauanmu akan segera terkabul." Sulung tertua di ruangan tersebut angkat bicara. Sekaligus bangkit dari duduknya dan mengeluarkan sebuah telepon genggam.
"Aku akan segera menceraikannya." Jungwon bergumam lalu ikut berdiri. "Beri aku waktu, maka aku berjanji akan meninggalkannya." Ia mengambil nafas dengan berat, paru-parunya terasa sesak karena hampir kehilangan kesadaran atas pikirannya sendiri.
"Meninggalkan? Kau sudah banyak berjanji untuk meninggalkan tiap pasanganmu yang terdahulu, sekarang kau juga mau sebatas itu?"
"Apa lagi memangnya yang kalian ingin?"
"Kau tahu jelas jawaban dari pertanyaanmu." Pamannya angkat bicara, memberikan bahasa isyarat agar orang-orang yang tak berkepentingan seperti para sepupunya dibawa pergi dari meja makan.
Tangan Jungwon masih setia menggenggam sebuah garpu di atas meja, menggenggamnya erat sebagai pelarian rasa amarah yang membumbung tinggi sampai kepala. "Ya, tentu. Bodohnya aku sampai bertanya padamu." Dia tersenyum manis namun cenderung dipaksakan. "Kau cukup tentukan waktunya seperti biasa dan semua hal akan terjadi sesuai kehendakmu, bukan?" Jungwon memperjelas karakteristik sang paman.
"Satu minggu." Sang paman mengangkat satu jarinya pada Jungwon.
"Setidaknya berikan aku waktu dua bulan. Dengan jangka waktu itu, aku akan membuat biliuner itu tergila-gila padaku dan merasakan betapa menyedihkannya arti hidup."
"Satu bulan. Lebih dari itu aku sendiri yang akan turun tangan membunuh kalian berdua." Pamannya menyodorkan gelas kecil berisi cairan beralkohol tinggi. "Kau tahu kalau aku bukan orang yang suka menunggu, kan? Selesaikan semuanya seperti biasa."
Jungwon menerimanya dan langsung menghabiskan isinya dalam sekali teguk, dia mendecak kencang. Berdirinya mulai lemas. "Tentu, kau akan segera mendapat kabar bahagia itu, paman."
❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜
footnote:
Maaf malah gak double kemarin, ternyata ada beberapa chapter yang butuh revisi dan akhirnya nggak aku publikasi karena terlalu bertele-tele alurnya. Semoga kalian suka bagian ini~
Tanggokan lebaran dapet berapa, nih? Aku sih tim gak dikasih, soalnya kata mereka udah gede 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Heathcliff & Mortal ; Jaywon
Fanfiction(Season 1: Heathcliff & Season 2: Mortal) *** (S1: END) Selain bertugas sebagai agen sindikat penjualan obat-obatan terlarang, Jungwon juga lihai dalam hal mengiris daging setipis mungkin. Tak peduli apakah itu daging ikan, sapi, atau manusia sekal...