this forty

1K 163 5
                                    

❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜

Jungwon dapat merasakan datangnya bahaya. Udara jadi berubah dan setiap syaraf di tubuhnya langsung waspada. Biasanya itu adalah respon naluriah ketika berada dalam situasi terdesak. Jungwon melirik spion sekali lagi, benar saja, dua mobil sedan hitam mengikutinya secara terang-terangan.

Dorrr!

Jungwon bisa memutar kemudi dan mengendalikan jalan supaya tak tertembak. Baginya, menghindari peluru nyaris sama alamiahnya seperti bernafas. Sebenarnya bisa saja ia membuka kaca jendela dan balas melayangkan tembakan beruntun, tapi karena hamil dan dokter menekankan kalau kandungnya lemah, Jungwon jadi enggan membahayakan keamanan bayinya.

Dorrr!

Bukan kali pertama.
Dan juga tak akan menjadi tembakan terakhir yang mengudara.

Jungwon membuka sedikit kaca jendela dan membidik sewaktu ia melihat kilauan dari lapisan pistol lawan. Jebakan. Rahangnya terasa sakit. Suara tembakan yang terdengar lagi memberitahu Jungwon bahwa ini bukan soal melarikan diri dari mansion Jay. Ini soal nyawa anaknya.

Dorr!

Saat itulah dunia meledak di sekitarnya. Mereka sudah menyusun rencana dengan seksama, mengenakan rompi anti peluru, menyuruh anak buah kelas bawah menyerbu kediaman Jay, bahkan menaruh bom di mobilnya. Jungwon tak memperhitungkan akan ada bom. Kekuatan ledakan mengempas tubuh Jungwon yang sebelumnya sudah lebih dulu sadar dan meloncat keluar menghantamkan diri pada tanah. Api pun mulai berkobar tinggi, dan menyebar cepat.

***

Puluhan mayat berserakan di kediamannya. Bukannya kental akan suasana berkabung, senyapnya pagi malah dilalui dengan hinaan dan bentakan dari tuan rumah yang merasa kecewa. Anak buahnya menunduk segan, tak berani membantah apalagi melawan.

"Seharusnya kau melindunginya!" hardik Jay. Ludahnya sampai memercik. Mereka masih ada di lokasi. Aroma abu dan darah kental memenuhi udara.

Nicholas sudah menduga kemarahan Jay. Amarah yang sama, dibarengi dengan rasa takut begitu kencang bergelung di dalam dirinya. Di mana Jungwon?

"Suruh Niki menyalakan alat pelacak." Itulah rencananya, bukan? Nicholas memelototi Taki. "Aku curiga. Jangan-jangan kau yang selama ini berkhianat."

Taki berbalik menjauhi Nicholas sebelum dirinya takluk pada dorongan meninju wajah lelaki itu. Sewaktu berbalik, ia melihat Niki yang begitu sibuk dengan laptop dan ponsel sekaligus.

"Pelacaknya menyala," ujar Niki lirih.

Deg! Jantung Taki serasa dihempaskan dalam palung terdalam. Bagaimana mungkin ia lupa jika semua mobil Jay memiliki pelacak? Sekarang ia harus bagaimana? Pasti ada satu cara!

"Posisi Jungwon 15 kilometer dari sini, mengarah ke selatan."

Bagus.

"Kita terhubung dengannya dan ...." Niki terdiam, mengerutkan kening ke monitor kecil yang dipegangnya. Ia mendongak pada tiap-tiap orang di sana dengan wajah bingung. "Sinyalnya hilang."

"Kalau begitu cari lagi!" gertak Jay muak.

Niki mulai mengetik cepat. Pemuda itu mengetuk transmiter, berbicara dengan mantan anggota timnya di markas besar. Semua orang mulai berkeringat dingin. Niki menggeleng sebelum memberikan penjelasan.

"Alat pelacaknya mati."

Rasa takut mengarahkan amarahnya, mematahkan kendali diri. Taki seharusnya tak kembali ke sini. Jay sudah memberi tahu Niki dan Nicholas kalau rencana mereka payah. "Kenapa bisa alatnya tidak bekerja?"

Heathcliff & Mortal ; JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang