this twenty nine (21+)

3.2K 196 6
                                    

Warn! 21+
(uke on top) 🌝

❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜

"Hentikan semua kepalsuan yang kau perankan ini." Jay tak mempermasalahkan Jungwon tentang penggunaan barang terlarang, tapi ia merasa keberatan jika Jungwon selalu bersandiwara ketika berada di dekatnya. Anehnya, Jungwon tidak membantahnya seperti biasa.

Sudut bibir pemuda itu terangkat, tangan pucatnya mengelus dada sampai perut Jay dengan gerakan lamban. Ia mendongakkan kepalanya dan mempertemukan bibir mereka lagi. Sentuhannya benar-benar memabukkan. Mereka terjebak dalam ciuman panas berkali-kali, tapi itu semua tak pernah cukup bagi dua insan yang tergelung nafsu membara.

"Aku membencimu, Jay." Jungwon bersuara pelan sembari memeluk erat tubuh suaminya, bagian bawahnya masih bergerak dalam tempo pelan. Mulutnya yang basah mungkin menjadi penyebab ucapannya terdengar berat. "Tapi aku tidak munafik atas segala kenikmatan yang kita buat."

"Aku juga membenci diriku ... karena jatuh cinta padamu." Suara Jay terdengar lebih lemah dan tulus. Fakta bahwa dirinya mampu dibuat tak berdaya oleh Jungwon adalah benar.

Jungwon mendorong tubuh Jay agar terlentang di atas sofa besar itu sedangkan ia sendiri tetap berada di atas tubuh Jay, menindihnya dengan raut wajah berkeringat penuh.

Jungwon telah melempar ponsel Jay ke sisi lain sofa setelah mematikan dayanya karena tidak mau perhatian lelaki itu teralihkan oleh dering telepon.

"Apa yang membuatmu kembali padaku, Jungwon?"

"Apa yang kau bicarakan?" Jungwon meracau. Ia mampu melihat keseluruhan wajah Jay yang juga berkeringat. Bibir Jungwon mendesah nikmat saat remasan tangan Jay pada bokongnya semakin kuat, lelaki itu membantunya mempercepat tempo gerakan. Jay tahu kalau Jungwon mulai kehilangan sebagian besar tenaganya.

"Kau hanya perlu menjawabnya— argh." Jungwon tiba-tiba mengentak pinggulnya ke bawah sehingga Jay kelepasan satu geraman rendah. Mereka berdua mencapai klimaks di saat yang bersamaan. Raut Jungwon terlihat lega sejenak sebelum menatap Jay garang. Ia membiarkan seluruh cairan Jay terbenam di dalam tubuhnya.

"Kau niat bersenggama denganku atau tidak, sialan?" Ia menunjukkan raut sinis.

"Kau mau kita berhenti, sayang?" Jay malah balik bertanya dan itu mengundang gelengan kepala dari Jungwon di atasnya.

"Aku menikmatinya," jawab Jungwon segera untuk meyakinkan. Jay tahu jika itu adalah jawaban teraman yang bisa istrinya berikan. "Maka dari itu, jangan berhenti sekarang."

"Benarkah?" Jay tiba-tiba mendorong Jungwon namun tidak sampai membuat punggung pemuda itu membentur sofa. Ia memposisikan Jungwon bertopang dengan kedua tangan agar punggungnya tak bersentuhan dengan apapun. Jay membantu Jungwon melingkarkan kaki pada pinggulnya sehingga miliknya benar-benar masuk seluruhnya.

"Uh.. Aku tidak bisa dengan posisi ini— tubuhku lemas, Jay ... anhh."

Jungwon memejamkan mata dan membuka sedikit mulutnya untuk mengutarakan protes. Dia tak mampu jika harus menopang berat tubuhnya sendiri, dan Jay tak memberikan opsi lain. Lelaki itu tetap bergerak dengan temponya yang termasuk cepat.

"Nnghh! Jay.. umhh.." Jungwon kepayahan menahan desahan dari mulutnya. Gerakan Jay membuat tubuhnya gemetar disertai nafas yang saling bersahutan. Setidaknya ini bukan lantai, bisa-bisa punggungnya sungguhan patah. Jungwon tak hilang kewarasan, ia sadar sepenuhnya ketika memulai ini semua dengan Jay.

Pada dasarnya manusia memang tidak bisa munafik masalah kenikmatan duniawi. Jungwon menikmatinya, itu fakta. ia menginginkan Jay di dalamnya dan memenuhi dirinya dengan sperma. Bagian terbaiknya adalah saat adegan itu terulang lagi setelah klimaks pertama. Ruangan ini semakin terasa panas.

Percuma mereka memanggil dokter untuk mengobati punggungnya karena ia akan berakhir terbaring lemas di ranjang. Jungwon terengah lelah, tapi ia tahu kalau Jay tak akan membiarkan ini berakhir dengan cepat.

Jungwon spontan melenguh ketika dirinya yang lebih dulu dampai pada puncak. Bagian bawah tubuhnya terasa basah dan geli di saat yang bersamaan. Disusul rasa hangat yang menyebar hingga ke wajahnya karena lagi-lagi Jay mengeluarkannya di dalam.

Hari ini tidak mungkin mereka akan melakukannya sampai semalaman. Besok masih ada hari berat untuk dilewati, malam ini pun belum tentu mereka berdua akan hidup tenang. Jay hanya menuruti kemauan istrinya, bersenggama seperti biasa. Ia baru tahu kalau dirinya bisa segila ini hanya karena beragam rangsangan kecil yang pemuda itu berikan.

"Aku mencintaimu, bagaimana perasaanmu?"

Pertanyaan Jay seharusnya tak perlu dijawab. Ia menarik Jungwon agar menyandarkan diri pada dada bidangnya. Jay bisa mendengar deru nafas tak beraturan dari pemuda yang lebih pendek darinya itu dan debaran jantungnya yang menggebu.

"Apa yang kau rasakan terhadapku?" sambung Jay mengecup telinga dan pangkal kepala Jungwon.

"Apa ini masih tentang hubungan ranjang?" tanya Jungwon pelan.

Jay menggeleng. "Bukan. Ini tentang kita."

"Kau tahu bahwa aku tak bisa menunjukkan diriku dan memperlihatkan kelemahanku padamu, Jay." Jungwon berujar pelan namun memiliki banyak arti. "Karena banyak hal aku memilih memakai topeng saat kembali ke pelukanmu."

"Hari ini aku bisa memberikan tubuhku lalu mendesahkan namamu, tapi mungkin hanya itu yang akan kau dapatkan. Tidak pernah ada cinta, sebab satu-satunya yang aku miliki hanya tubuh ini."

"Apa yang kau bicarakan? Aku rasa, aku sangat menginginkanmu. Aku tidak tahu bagaimana harus menyatakan perasaan ini, tetapi apakah suatu hari nanti kau akan pergi dariku? Aku terus bertanya-tanya, karena aku tidak ingin hal itu terjadi. Apa ini cinta yang sering orang-orang bicarakan?"

"Bukannya selama ini kau memperlakukanku seperti jalang, Jay? Kenapa kau harus repot mengatasnamakan perasaan klasik seperti itu sebagai alasan kelakuan bejatmu?" Jungwon menepuk pipi suaminya pelan. "Aku tegaskan padamu. Aku di sini bukan sebagai barang curian atau apapun yang telah kau beli."

"Jika kau datang bukan sebagai manusia ataupun barang belian, lalu sebagai apa?" Jay kehilangan kontrol diri. Perkataannya terlalu kejam dengan menyebut Jungwon bisa diperjual-belikan, tapi matanya memerah dan siap menangis saat mengucapkannya.

"Apapun yang telah kau rencanakan, jangan pergi."

❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜

footnote:

Minta maaf di atas materai. Dosa ditanggung masing-masing, trims 🙏

Semangat buat yang balik sekolah besok. Heathcliff bakal up normal sesuai jadwal biasanya, ya 🤍

Heathcliff & Mortal ; JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang