❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜
Jungwon hanya duduk dengan tatapan jenuh saat selesai mandi dan berganti pakaian dengan yang baru. Ya, baru. Benar-benar seluruh barang yang mereka pakai selama di sini tak pernah dipakai lebih dari dua kali. Jangan berpikiran terlalu jauh, semalam mereka tak melakukan apa-apa selain meminum wine dan mengobrol ... lalu, Jay menggendongnya ke kamar meski tidak menuruti perintahnya yang tak ingin seranjang dengan lelaki itu. Mereka tetap tidur dalam satu kamar, dan dengan sedikit pelukan?
"Jung," panggil Jay yang baru saja membuka pintu kamar mandi. Jungwon menoleh pada Jay yang keluar dengan lilitan handuk putih pada pinggangnya. "Kemari, ayo bantu aku memasang pakaian."
Jungwon memutar bola mata malas. "Hei, perkataanmu sudah seperti drama televisi kehidupan rumah tangga. Apa setelah ini kau akan memanggilku 'sayangku, ayo kita sarapan berdua' dan mencium kedua pipiku sebelum berangkat bekerja?" sahutnya sinis.
Jay tak menjawab, ia beralih pada meja rias dan mengambil satu set pakaian formal yang telah ia sisihkan untuknya dan sebuah paper bag merah untuk Jungwon. Ia melempar barang-barang tersebut pada Jungwon dari jarak yang sudah cukup dekat, membuat pemuda itu terkejut dan reflek menangkap pemberian Jay.
"Reflek tubuhmu bagus," puji Jay. "Aku tak akan mencium pipimu, karena kita akan melakukan lebih daripada itu," sambungnya.
"Ayo cepat pasangkan, sayang."
"Berisik," timpal Jungwon seraya membantu Jay mengancingkan kemeja dengan serius.
"Setelah mengurusku, segera ganti pakaianmu dengan yang aku berikan." Perintah Jay bersifat mutlak.
"Apa aku harus memakainya?" tanya Jungwon saat melihat isi tas yang merupakan jas sewarna indigo lembut. Mungkin akan kebesaran pada tubuhnya.
Jay mendekap tubuh Jungwon lebih dekat dengan tangannya yang singgah pada pinggang istrinya. "Tentu saja. Itu senada dengan yang kupakai. Kita harus tampil seperti pasangan yang sedang kasmaran."
"Menjijikkan."
"Ya, aku tahu kalau wajahku ini tampan. Kau tak perlu memandanginya terus-terusan begitu, cepatlah ganti pakaianmu. Kita akan segera pergi." Jay mendorong tubuh Jungwon pada bilik kamar mandi, dengan segala penolakan dari mulut pemuda itu karena merasa jam tidurnya diganggu.
"Ingat, jangan-" Jay hendak memberitahu larangan yang biasa ia katakan ketika mereka berdua akan pergi bersama. Namun, Jungwon sudah kelewat hafal dan paham maksud dari tiap kata yang diucapkan Jay sehingga lebih dulu menyela.
"Jangan macam-macam, apalagi sampai berniat kabur. Jangan jauh-jauh dariku. Radius maksimal satu meter. Jika terlalu dekat dengan perempuan atau laki-laki, aku pastikan akan menghabisimu malam nanti." Jungwon menirunya dengan sangat baik, sampai Jay hanya bisa membalas ejekan istrinya menggunakan deheman canggung.
Sekarang mereka sudah ada di mobil dan sedang dalam perjalanan menuju cabang perusahaan Jay. Jungwon terus-terusan melihat keluar jendela dan memejamkan mata, mengantuk. Sungguh sialan Jay malah mengajaknya keluar di pagi hari, padahal Jungwon ingin tidur sampai sore lalu keluar mencari makanan untuk makan malam.
"Bukannya kau adalah bosnya. Kenapa harus berangkat sepagi ini, Jay?" sungut Jungwon kesal.
"Aku hanya anak yang lahir tanpa keberuntungan."
Jungwon masih memejamkan mata, ia benar-benar akan tertidur selama perjalanan. "Lantas, jika manusia sepertimu yang dibekali harta dan kekuasaan mengatakan lahir tanpa keberuntungan ... berarti aku adalah pembawa takdir buruk serta kutukan."
❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜
Mari kita lupakan tentang tidak menarik perhatian. Nyatanya saat mobil mereka baru berhenti pun sudah menjadi momok bulan-bulanan sebagian orang di sana. Tentu mereka semua tak ketinggalan berita terbaru soal direktur utama yang akan datang berkunjung selama beberapa hari ke depan. Ini bisa dijadikan ajang mencari perhatian dari sang atasan.
Halaman dan koridor dibersihkan, tanaman dipangkas serapih mungkin. Lantai-lantai berkilauan ketika diterpa cahaya matahari. Pintu utama dibuka lebar-lebar dengan penjagaan dua orang anak buah kepercayaan Jay.
Beberapa karyawan yang tengah berlalu-lalang mengentikan langkah. Menatap mobil yang sebenarnya tak terlalu mencolok dari segi warna dan ukuran. Jay sengaja menggunakan mobil biasa aja saat berangkat tadi, niatnya ingin menghindari perhatian karena sedang bersama dengan Jungwon. Namun, dewi keberuntungan tak berpihak pada mereka berdua.
Jay keluar dari mobil, lalu merangkul pinggang Jungwon erat sambil berjalan pasti memasuki gedung kantornya yang menjulang tinggi. Meski tak disebutkan, seharusnya kalian sudah tahu bahwa banyak penjaga yang tersebar di tiap-tiap sudut kantor dan menyamar seperti karyawan umum.
"Selamat datang di cabang perusahaan Yokohama, Tuan," ujar serorang perempuan yang selama ini bertugas menggantikan Jay mengawasi kinerja perusahaan.
Jay balas mengangguk singkat, dia lanjut melangkah setelah sebelumnya berhenti sebentar untuk menanggapi. Semua orang tahu siapa Jay. Bahkan hanya dengan sekali lihat pun mereka akan langsung mengetahui dengan siapa mereka berhadapan. Tapi, yang menjadi pusat permasalahan dan perhatian mereka sekarang adalah hadirnya sosok lain dalam balutan jas senada dengan sang atasan.
"Berjalanlah di sampingku dan jangan pernah berani menundukkan kepalamu," ujar Jay sedikit pelan ketika mereka melewati koridor. Jungwon mendengarnya secara jelas, Jay pasti telah memiliki berbagai skenario untuk membuatnya lebih sengsara.
"Apa yang dilakukan sampah itu?" ujar seorang wanita berbisik pada teman sebelahnya.
"Jaga bicaramu, mungkin saja dia kekasih Tuan Jay." Temannya menanggapi dengan enggan, tersenyum kikuk ketika Jungwon menatap ke arah mereka berdua.
"Orang seperti itu berjalan berdampingan dengan bos besar kita? Apa kau yakin kasta mereka sama?"
"Lalu, kau pikir Tuan Jay mau denganmu?" Dia merasa terusik. "Pasti ada alasan kenapa hari ini Tuan Jay merangkul seorang pria asing ke kantornya," lanjutnya. Ucapan temannya mulai kelewat batas, padahal kalau ditelisik lebih jauh lagi sosok di samping Jay tidaklah seburuk itu. Wajahnya manis, juga lumayan cantik untuk ukuran laki-laki. Tubuhnya juga mungil.
"Apapun alasannya, sangat tidak mungkin jika Tuan Jay serius dengan dia, kan? Perempuan-perempuan cantik sebelumnya juga dibuang setelah bosan."
"Hei-" Jay baru teringin menegur mereka. Walau berbisik, tapi Jay bisa tahu kalau keduanya sedang membacirakan hal-hal buruk soal Jungwon karena tatapan salah satunya benar-benar menganggu.
"Tak apa. Aku bisa mengatasinya nanti," ucap Jungwon dengan nada dingin dan setengah berbisik pada Jay. Tangannya menahan pergelangan tangan sang suami sedikit kasar.
Jay akhirnya batal menegur. "Baiklah, kita lihat apa yang bisa kau lakukan." Ia semakin mempererat rengkuhan pada pinggang Jungwon seraya tersenyum manis. "Aku akan mengenalkanmu pada kehidupanku, kuharap kau cepat terbiasa."
❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜
footnote:
Aku seminggu ini lagi libur, gais. So ... kayanya aku bakal rajin update beberapa hari ke depan, ngurangin stok, soalnya pas puasa aku hiatus dulu 😆
Aku pengen tau dulu, deh, enaknya kalo update itu kapan? Pagi, sore, atau ... malam? 🌝
KAMU SEDANG MEMBACA
Heathcliff & Mortal ; Jaywon
Fanfic(Season 1: Heathcliff & Season 2: Mortal) *** (S1: END) Selain bertugas sebagai agen sindikat penjualan obat-obatan terlarang, Jungwon juga lihai dalam hal mengiris daging setipis mungkin. Tak peduli apakah itu daging ikan, sapi, atau manusia sekal...