Chapter ini dipenuhi adegan dewasa yang dijabarkan rinci. Harap membaca sesuai dengan rate usia!
❛ ━━・❪ 𝐦 𝐨 𝐫 𝐭 𝐚 𝐥 ❫ ・━━ ❜
"Seharusnya Haru tidak perlu menguasai keahlian seperti itu. Dia mahir menembak, aku tahu dari sorot matanya kalau dia memendam potensi besar. Sebaiknya kita hentikan sebelum terlambat."
Jungwon duduk tenang di tepian kolam. Suaminya masih setia berenang dari sudut satu ke sudut yang lain sambil sesekali melihat ke arah dirinya.
"Apa yang kau khawatirkan?" Akhirnya dia mendekat ke arah Jungwon. Tangannya terulur supaya jemari mereka saling menggenggam.
"Aku takut ... aku tidak mau Haru menyandang gelar kotorku, Jay. Akan sangat berbahaya jika ada musuhku yang tahu dia pandai menembak di usianya yang baru delapan tahun." Tatapan mata Jay di bawahnya terlihat khawatir.
"Lantas, kau ingin kita melakukan apa lagi? Kita sudah berusaha semaksimal mungkin menjauhkan Haru dari hal-hal semacam itu." Jay yang telah bertelanjang dada membantu istrinya melepas kimono mandi yang merupakan satu-satunya penghalang bagi dirinya mengakses seluruh tubuh Jungwon.
"Sial, kepalaku sakit." Jungwon pelan-pelan menurunkan kakinya ke kolam saat kimono itu berhasil terlepas, tapi Jay menariknya kasar.
"Jangan terlalu dipikirkan. Aku akan mencari jalan keluarnya." Jay memegangi Jungwon agar tidak tenggelam saat bergerak.
"Tetap saja aku khawatir. Bagaimanapun, aku Ibunya. Ikatan batin kami berdua sangat kuat." Tangan pucatnya melingkar apik pada leher Jay sementara pinggangnya direngkuh begitu erat.
"Aku Ayahnya. Aku tahu sifat anakku seperti apa. Dia tidak akan terjerumus dalam dunia yang salah karena kita membesarkannya dengan baik." Jay makin mengeratkan pelukan mereka. Hidungnya setia bersemayam pada lekukan leher istrinya sambil sesekali mengecupnya singkat.
"Kau sudah memastikan Harua tertidur?" bisik Jungwon saat Jay menuntun tubuhnya ke bagian kolam yang lebih dalam.
"Ya."
Jay melumat bibir Jungwon dengan kasar, membiarkan istrinya melenguh karena bibirnya terasa perih saat tak sengaja terkena air. Satu tangan Jay juga menuntun kedua kaki Jungwon agar bertumpu pada pinggangnya supaya pemuda mungil itu tidak tergelincir licinnya lantai kolam.
Wajah Jungwon merah padam saat Jay berusaha mencari jalur ke dalam tubuhnya. Jemari panjang lelaki itu mengeksplorasi, keluar-masuk dengan pola menggunting. Ini bukan kali pertama mereka melakukannya di kolam renang, tapi ini adalah pertama kalinya Jay menuntun tubuhnya ke bagian kolam yang jauh lebih dalam.
"Dengarkan aku. Jangan lepaskan kakimu dari pinggangku atau aku akan benar-benar menghabisimu sampai pingsan."
Jungwon meneguk ludah gugup dan mengangguk ragu. Detik berikutnya ia menggigit bibirnya kuat-kuat karena Jay mulai masuk ke dalam dengan perlahan. Tangannya meremas pundak Jay. Lelaki itu menahan pinggangnya dan malah menghentak kuat sampai seluruh miliknya sekarang berada di dalam tubuh istrinya. Jungwon menengadahkan kepalanya sambil meringis pelan, nafasnya sempat terenggut beberapa detik karena terkejut. Jay menciumi lehernya dan mulai bergerak tanpa aba-aba.
"Ahh.. hnhh.. Jay!"
Jungwon ingin menangis, dia belum membiasakan diri akan milik Jay di dalam, tapi lelaki itu sudah bergerak. Entah perasaannya atau apa, milik suaminya terasa lebih sesak di bawah sana dibanding saat terakhir kali mereka melakukannya.
"Kau melukaiku."
Jay menatap matanya sebentar dan melepas pegangan tangannya pada pinggang Jungwon, pemuda itu terjatuh ke bawah selama beberapa saat sebelum Jay mengangkat tubuhnya kembali ke permukaan kolam. "Ulangi perkataanmu."
Jungwon terbatuk-batuk, air keluar dari mulutnya tercampur dengan ludah. Ia menggeleng cepat, terlampau takut bila Jay sudah mengancamnya sampai menangis seperti ini. Pasti dia telah berbuat satu kesalahan yang membuat suaminya itu marah.
"Aku melukaimu?"
"Jay ... kumohon, aku tidak bisa– AAHH!"
Jungwon kebingungan bagaimana cara melampiaskan rasa sesak yang aneh di bawah sana, ia tak bisa meremat rambut Jay karena basah, juga tak puas mencengkram pundak Jay karena licin. Sepertinya suaminya itu memang sengaja membuatnya seperti orang linglung.
"Ah-hah.. Ungh.. Jay ahhh, pelan.."
Ia memeluk leher Jay erat supaya tak hilang kesadaran, mendesah kencang saat Jay membawa tubuhnya ke puncak rasa sakit itu seorang diri. Secara tidak sengaja ia malah melukai punggung Jay dengan cakaran, membuat lelaki itu tersentak pelan saat menatap kembali wajah istrinya yang memerah karena menahan sakit.
"Aku akan mengejar pelepasanku. Ini akan sedikit lebih sakit."
Jungwon masih terdiam. "Sakit.." Ia mengadu dengan nada parau.
"Gigit pundakku." Jay berbisik lalu mengeratkan pegangan pada tubuh istrinya karena tahu pemuda itu sudah hampir kehilangan seluruh tenaganya.
Jungwon menurut, dia menggigit pundak Jay saat lelaki itu bermain cepat dan kuat menyentak ke dalam. Tubuhnya terasa sakit karena Jay mencengkram pinggang sampai bokongnya tanpa jeda.
"Ja-jangan di sana ... a-ah!"
Jungwon mengencang di sekitar milik Jay yang masih berada di titik terdalam perutnya, bahaya. Ia merasakan kenikmatan dan rasa sakit menggebu diiringi sensasi aneh karena perutnya terasa benar-benar penuh oleh air kolam dan sperma Jay sehingga dia ingin muntah.
"Aku mual.."
"Bagus, itu berarti benihku masuk sangat dalam."
Jungwon menaruh kepalanya di pundak Jay, bersandar penuh karena tubuhnya tak bisa digerakkan. Jay membawa tubuh istrinya kembali ke pinggir kolam, tapi tak sampai naik ke atas.
"Ingin melakukannya sekali lagi?"
"Aku hampir mati, Jay. Kau gila?"
Jay mengecup hidung Jungwon sebelum membalik tubuh putih itu, ia menarik Jungwon pada pelukan belakang sampai miliknya masuk sedalam yang bisa diraihnya. Jungwon refleks menjadikan tembok pinggir sebagai topangan berdiri, ia melipat kedua tangannya di tempatnya tadi duduk dan mengikuti arahan tangan Jay yang menyuruhnya membungkuk sedikit.
"Padahal kita sering melakukannya, tapi kenapa kali ini kau menangis?"
"Hole-ku rasanya sesak dan sakit. Perutku juga mual karena air kolam dan spermamu, sialan!"
Jay tertawa kecil, kemudian mengentak miliknya dalam-dalam sampai Jungwon terlupa akan protesnya barusan. Dia menambah satu jarinya saat miliknya bergerak maju-mundur. Jungwon meremat lengan Jay supaya mengeluarkan jarinya, tapi Jay menahan punggungnya supaya tetap membungkuk.
Aksi Jay membuat Jungwon merasakan sakit yang berkali-kali lipat lebih hebat daripada sebelumnya. Dia memohon agar Jay berhenti, tapi Jay tentu saja lebih memilih menyelesaikan urusannya di belakang sini. Dia memegangi pinggul Jungwon supaya tidak menghindar sembari terus masuk dengan keras dan cepat.
"Argh." Jay mengeluarkan jarinya dan merapatkan tubuh mereka. Jungwon akhirnya bisa berdiri tegak dan meremas lengan Jay sambil mendongak sekaligus meringis nyeri.
Jungwon hampir terjatuh menabrak tangga besi kalau saja Jay tak sigap menahan tubuhnya yang terlampau lemah. Lelaki itu menggendongnya keluar dari kolam lalu dengan sigap memakaikan kimono mandi ke tubuh pemuda itu, Jay juga memakai handuk yang telah disiapkan Jungwon untuknya.
"Udaranya dingin di luar. Mari kita lanjutkan ronde berikutnya di kamar."
"Kau benar-benar ingin membunuhku rupanya."
❛ ━━・❪ 𝐦 𝐨 𝐫 𝐭 𝐚 𝐥 ❫ ・━━ ❜
Panas dingin waktu revisi ini.. makanya di-update tengah malem 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Heathcliff & Mortal ; Jaywon
Fanfiction(Season 1: Heathcliff & Season 2: Mortal) *** (S1: END) Selain bertugas sebagai agen sindikat penjualan obat-obatan terlarang, Jungwon juga lihai dalam hal mengiris daging setipis mungkin. Tak peduli apakah itu daging ikan, sapi, atau manusia sekal...