this twenty eight (21+)

3.2K 213 5
                                    

Warn! 21+

❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜

Jungwon masih sulit percaya bahwa dia memilih bertahan kembali, bahkan setelah mereka berdua menghabiskan satu ciuman panas, ia masih memikirkan apa sebenarnya alasan yang membuatnya pulang.

"Terakhir kali ciumanmu sangat payah, sekarang cukup membuatku kewalahan. Darimana kau mempelajarinya?" Jungwon tertawa mengejek. Sebenarnya ciuman Jay dulu tidak begitu payah. Ia hanya berusaha mencari bahan perbincangan dengan suaminya sendiri.

"Katakan sekali lagi." Jay tambah mendekatkan wajah mereka, nafas panas menerpa pipi Jungwon ketika Jay bernafas. "Aku akan menciummu sampai pingsan. Memangnya siapa yang selalu menepuk pundakku ketika kehabisan nafas?"

Jungwon melayangkan kecupan manis pada sudut bibir Jay, memegang rahang lelaki itu dengan jari lentiknya sebelum tersenyum tipis. "Katakan jika kau mencintaiku, maka aku akan tetap hidup untukmu."

Bruk!

"Kau berhutang banyak penjelasan pada suamimu, Jungwon." Jay memperingati, lalu menciumi wajah sampai leher pemuda di bawah pelukan tubuhnya. Sang empu hanya tertawa kecil sambil memegangi pundak dominan.

Jay menekan tubuh Jungwon pada sofa, tapi pemuda itu meringis dan mencengkeram erat bisep suaminya. Wajahnya berkerut menahan sakit ketika Jay sengaja menambah tekanan pada tubuhnya ke sofa. Detik berikutnya Jay membuat Jungwon terduduk dan membuka kaus kebesaran yang dipakai pemuda itu dalam sekali tarikan. Ia berdiri dan berhenti tepat di belakang punggung istrinya. Helaan nafas panjang terdengar sebelum Jay kembali ke tempat sebelumnya serta memeluk tubuh ringkih Jungwon dalam dekapan hangat.

"Apa sangat menyakitkan? Kenapa kau diam saja? Apa artinya aku bagimu, Jungwon?"

Jungwon memilih diam. Jay mengambil ponsel di atas meja lalu menelfon Nicholas agar memanggil seorang dokter untuk mengobati luka basah istrinya. Raut wajahnya terlihat datar, tapi siapapun yang mendengar cara Jay bicara lewat sambungan telepon pasti bisa menyimpulkan jika lelaki itu sedang khawatir.

"Siapa yang melakukannya?" tanya Jay membelai rambut Jungwon. "Jika kau meminta, aku akan membawa kepalanya untukmu. Katakan saja." Ia menggenggam jemari tangan Jungwon dan menumpukan kedua tangan mereka yang saling bergenggaman di atas paha pemuda itu.

"Ini hanya luka kecil, kau tak perlu mencari siapapun. Cukup diam di sini dan yakinkan aku kalau kita berdua pantas hidup lebih lama." Ia menyandarkan kepala dan mencari posisi nyaman bertumpu pada tubuh Jay. Suaminya itu bisa mencium rambutnya dari jarak sedekat ini.

Jay sungguh teringin bertanya lebih jauh soal kepergian Jungwon dua minggu belakangan. Ke mana saja istrinya pergi? Apa yang dilakukan Jungwon saat menghilang? Siapa yang membawa pemuda itu dari restoran? Bagaimana bisa Jungwon kembali dengan berbagai luka di punggungnya?

"Kau tahu? Aku mabuk setiap hari karena memikirkanmu." Jay merangkul pinggang ramping Jungwon dari samping, namun tetap berhati-hati karena tidak ingin tambah melukai punggung pemuda itu. Dia berbisik sensual.

"Dasar alkoholik."

"Dasar pecandu."

Mereka saling menghina perangai buruk masing-masing lalu tertawa bersama seperti hal yang dikatakan adalah hal biasa dan bukan sesuatu yang patut diambil perasaan. Ada banyak sekali alasan mengapa takdir seolah mempertahankan garis mereka berlabuh di satu kesempatan. Kenapa Tuhan harus repot-repot menyatukan sisi gelap manusia jika tidak memiliki maksud tertentu?

Perbincangan singkat antara pasangan itu terhenti tatkala pintu diketuk tiga kali dari luar dan disusul suara laki-laki yang mengaku sebagai dokter baru suruhan Nicholas. Jay meneriakinya agar masuk saja ke dalam, lalu dokter itu mulai menjejakkan kaki menuju Jay dan Jungwon di sofa. Sebelumnya Jay sudah mengatur agar sofa itu menjadi seukuran tempat tidur yang nyaman.

Heathcliff & Mortal ; JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang