this twenty six

1.2K 206 10
                                    

Disc! violent scene!

❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜

"Kau sudah menyerah, Hide?" Suara salah satu sepupunya terdengar mengejek, dia sombong karena bisa membuat Jungwon tak berdaya. "Apa perlu aku memanggil suamimu ke sini, Park Jungwon? Marganya ternyata sangat cocok untuk orang sepertimu."

Tubuh Jungwon terkulai lemas, ia dibawa ke sebuah ruangan dan diikat menggunakan rantai yang menempel ke dinding. Rasa nyeri mendera tubuh, Jungwon terbatuk, darah keluar dari mulut bersamaan dengan air liur. Mengalir menuju leher yang sudah dihiasi luka lebam keunguan.

"Harusnya kalian berdua dihukum masing-masing setatus cambukan," sahut pamannya. "Aku berbaik hati hanya melakukan dua puluh padamu, tapi jika dalam satu bulan kau belum menceraikannya ... kau tahu sendiri apa yang akan terjadi."

Jungwon terdiam seraya menundukkan kepala, napasnya berubah menjadi tersengal. Dadanya sesak, setiap kali ia berusaha untuk bicara maka rasanya seperti ditusuk pisau runcing lebih dalam. Ia tak bisa menceraikan Jay semudah itu, kenapa mereka harus terus mengancam dengan hal yang sama? Memangnya apa yang mereka khawatirkan soal hubungannya?

Sepupunya mendesis kesal. "Kau masih tetap bungkam, eoh? Apa perlu aku buat suamimu merasakan ini semua?" Ia tertawa.

Sorot matanya jelas menggambarkan kemarahan dan keputusasaan terhadap dirinya sendiri yang begitu lemah. Rahang Jungwon mengeras. Jungwon menggeram dan berusaha melepaskan diri, rantai di tubuhnya mengeluarkan suara pertanda kalau tubuhnya sedang memberontak. "Dasar bajingan!"

Sepupu tertuanya dan sang paman terkekeh kecil, lalu salah satunya mendekat dan mengayunkan sekali lagi tebasan pada tubuh Jungwon. Kemudian, semuanya kembali berakhir dalam kegelapan seperti biasa.

***

"Taki sering mengatakan padaku kalau Jungwon bukan orang sembarangan. Aku tahu kalau istriku punya banyak koneksi, tapi kenapa Taki seolah ingin mengatakan hal lain?"

Tak jelas darimana datangnya pertanyaan tersebut, yang pasti Jay menemui Nicholas hanya karena ingin membahas tentang istrinya. Segala hal yang bisa ia pertanyakan akan selalu dilayangkan pada Nicholas agar mau berbagi hal sekecil apapun soal Jungwon. Entah seberapa banyak kebenaran yang belum terungkap, karena Jay merasa belum mengetahui apapun soal latar belakang istrinya sendiri.

"Aku tidak berhak menceritakannya." Nicholas berujar santai sambil mengupas buah apel. "Tanyakan saja langsung pada istrimu, dia akan segera kembali," sambungnya.

"Darimana kau tahu?"

"Jungwon melakukan segala cara agar bisa lepas dari klannya sendiri. Dia tidak mungkin meninggalkan orang yang sudah memberinya kebebasan."

"Klan apa? Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan." Jay ikut duduk pada sofa sewarna violet pada ruangan itu. "Tolong ceritakan dengan singkat dan jelas."

"Sejak kapan kau menurunkan ego untuk memohon padaku?" Nicholas terkekeh puas. "Perubahan signifikan yang berasal dari dalam hati nurani. Kau sudah jatuh, dan Jungwon akan semakin menjerumuskanmu dalam jurang penderitaan."

"Nichol."

"Jangan terlalu percaya, Jay. Jangan pernah menaruh kepercayaan pada seorang darah kotor seperti istrimu." Nicholas berupaya memberikan tamparan kenyataan. Entah pihak siapa yang sebenarnya ia tempati, terkadang Nicholas lebih suka membuat pasangan ini bimbang.

Jay menunduk dan memegangi keningnya menggunakan topangan satu tangan. "Aku selalu meyakinkan diri kalau pernikahan ini akan berakhir sesuai kesepakatan, tapi kenapa rasanya aku seperti melakukan satu kesalahan besar jika menyakitinya?"

"Maka, itu berarti kegelapan hidupnya akan menjadi bagian hidupmu juga." Nicholas melirik Jay saat bicara, lalu kembali fokus menotong buah-buahan. "Pernikahan kalian meski sebatas kontrak, seharusnya ditentang kuat. Ada banyak pihak yang merasa posisinya diancam karena ikatan ini. Perceraian saja tak cukup sebagai pemutus rantainya," sambung Nicholas tanpa menoleh.

Jay mendengarkan dengan seksama tanpa melewatkan satupun perkataan pengawal kepercayaannya tersebut. Kemudian saat melihat Jay yang serius, akhirnya Nicholas berbaik hati membuka mulut soal sedikit saja masa lalu Jungwon. Hanya beberapa hal, dan sepatutnya Jay harus tahu.

"Jungwon adalah garis keturunan yang cukup berpengaruh dalam salah satu klan di Jepang. Marganya bukan Yang, atau Park. Sayangnya dia hanya darah buangan. Jungwon hidup dalam nama Hideyoshi setelah Ayahnya menepati janji untuk membunuh seluruh keluarga Ibunya, sedangkan sang ibu sendiri memilih untuk merobek perutnya secara terhormat."

"Dari kecil Jungwon sudah berteman baik dengan kematian. Ada ribuan alasan untuknya mengakhiri semua sandiwara ini, tapi entah kenapa dia malah tetap bersanding denganmu." Ia memberikan potongan apelnya pada Jay.

"Jujur sebenarnya aku sudah beberapa kali ini menawarkan bantuan padanya agar melarikan diri darimu." Pernyataan Nicholas barusan tentu membuat Jay kesal.

"Tapi, Jay.. sekuat apapun aku membicarakan hal buruk tentang Hideyoshi, bukan berarti dia sosok yang tak punya perasaan. Ada begitu banyak hal baik tentangnya." Nicholas harus adil dalam membicarakan kepribadian seseorang. Ia tak bisa terus-terusan menyebut sisi negatifnya.

"Jungwon hanya anak kecil yang kehilangan arah hidup. Kita tak berhak menghakiminya, ada begitu banyak penderitaan dan rasa sakit saat dia bernapas. Kau yang sejak lahir sudah diberi banyak kemudahan mana bisa mengerti perasaannya." Tamparan telak yang tak terhitung jumlahnya. Bertujuan agar Jay sadar jika sekat perbedaan antara dirinya dan Jungwon begitu menjulang.

"Berhati-hatilah dalam bertindak. Jungwon bisa saja tertawa di atas mayatmu jika dia ingin."

Nicholas memang selalu bisa mengakhiri perbincangan dengan sangat berkesan.

❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜

footnote:

Jangan anggap sepele tiap pemeran yang ada dalam cerita ini, ya. Vote dan komen kencengin kalo mau up tiap hari~

Sebenernya aku punya banyak draft cerita jaywon baru, tapi ternyata ide-ide itu malah kepake buat ikut lomba nulis di lapak satunya. Nanti deh 😭🙏

Heathcliff & Mortal ; JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang