*****
Pada jam pelajaran sekolah, jam yang seharusnya murid-murid belajar di kelas, Rona malah diseret oleh Soraya menuju ke ruang kepala sekolah dengan sangat kasar dan dipenuhi emosi.
"Lepaskan Bu, sakit!" meskipun Rona terus memohon tidak sedikitpun membuat Soraya luluh, wanita itu telah dikuasai amarah sehingga memperlakukan Rona dengan kasar yang sebenarnya memang selalu memperlakukannya begitu. Sampailah mereka di depan ruangan kepala sekolah yang pintunya langsung dibukakan oleh seorang pria entah siapa, lalu pempersilahkna mereka masuk.
Di dalam ruangan itu ada Arabella dengan perban yang melilit dikepalanya, ditemani sang Ibu di sampingnya yang terus mengusap lembut pundak Arabella dengan penuh kasih. Wanita itu melempar tatapan penuh kebencian pada Rona yang baru saja masuk, sedangkan Arabella bertingkah seolah ketakutan saat semua orang memperhatikannya namun dia menyeringai iblis saat bertatatapan langsung dengan Rona.
"Tenanglah Sayang, ayahmu akan memberinya pelajaran" ucap Annastasia menenangkan.
BRUKKK! "Jangan diam saja, ayo minta maaf!" titah Soraya seraya menarik pergelangan lengan Rona kasar agar ikut berlutut dengannya dihadapan sang Menteri yaitu ayahnya Arabella. Rona dipaksa berlutut dilanati yang dingin, berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan ibunya Arabella yang selalu memperlakukan putrinya penuh kasih dan kelembutan.
"Tenanglah Nyonya" tegur kepala sekolah yang tidak duduk ditempatnya, sang kepala sekolah berdiri saja di samping Vincent membiarkan Vincent menduduki kursinya.
"Tuan, Nyonya. Tolong maafkan putri saya, dia hanya anak-anak. Tolong maafkan putri saya" Soraya memohon pada Annastasia dan Vincent, "Rona! Apa yang Kau tunggu? cepat minta maaf" geramnya pada Rona yang hanya diam bergeming dengan kedua tangan mengepal, kepalanya menunduk menatap lutut yang kian memucat karena lantainya begitu dingin.
"Anda tahu kan konsekuensinya jika terlibat dengan putri dari pemilik yayasan? yayasan yang memberikan beasiswa untuk putri Anda?" ucap kepala sekolah cemas.
"Kau akan kehilangan beasiswa!" sambar Arabella kesal namun ada kepuasan di sana.
"Rona! Ayo minta maaf, hanya tinggal beberapa minggu lagi Kau akan lulus, jangan bodoh Rona" Soraya makin geram. Bagaimana tidak, tidak sampai dua bulan lagi Rona lulus sekolah, tentu akan jadi masalah besar jika tiba-tiba beasiswanya dicabut, secara tidak langsung Rona dikeluarkan karena dia takkan mampu jika harus membayar biaya bulanan yang jumlahnya selangit bagi orang menengah ke bawah, apalagi Rona.
"Maaf, karena saya tidak mau meminta maaf" ucapan Rona sontak membuat semuanya tercengang terutama Vincent, pria itu tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Vincent mencengkram lengan kursi sedangkan rahangnya mengetat, mulutnya mengatup keras yang tersembunyi dibalik kepalan tangan kirinya seraya menatap tajam gadis remaja yang begitu lancang. Rona dengan berani mengucapkan itu seraya menatap ke arah Vincent tajam.
"Rona! Apa Kau sudah gila--
PLAKKK!! "Dasar gadis dungu! Kau benar-benar lancang!" satu tamparan keras dari Annastasia membuat Soraya yang hendak memaki putrinya jadi terdiam namun tak ada pembelaan dari mulutnya untuk sang putri yang ditampar begitu keras di depan kedua matanya.
Semua orang tercengang melihat perbuatan Annastasia kecuali Vincent yang terlihat bergeming ditempatnya, dia masih terpaku menatap Rona yang malah tersenyum miris seraya kembali menatap Vincent dengan pipi yang tampak memerah bekas tamparan Annastasia.
"Bukankah seharusnya Kau yang minta maaf kepadaku Arabella?" ucap Rona beralih menatap Arabella.
"A-apa Kau bilang? Apa Kau gila!" Arabella terkekeh geli mendengar ucapan Rona.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeRona (THE END) ✓
General FictionWARNING!! KHUSUS DEWASA 20++ Merona, menceritakan tentang sebuah skandal hubungan terlarang seorang pria yang baru saja menjabat sebagai Menteri Pertahanan negara Paixxx ( nama negara fiktif) bernama Vincent Smith Abraham dan seorang gadis bernama R...