Part 7

4.1K 212 12
                                    

*****

Tiba-tiba pintu menuju tangga darurat didorong seseorang yang mungkin hendak menggunakan tangga darurat juga, Vincent yang sedari tadi hanya membeku karena tak percaya dengan perbuatannya sendiri pun segera melepaskan cengkraman tangannya, seraya melepaskan bibirnya, namun belum sempat dia melakukan itu, Vincent dibuat terbelalak kaget saat tengkuknya ditahan kuat oleh Rona agar tak melepaskan ciuman yang sedari tadi hanya menempel itu, seolah mendapatkan lampu hijau, Vincent mengurungkan niatnya melepaskan diri dan lanjut melumat bibir Rona begitu rakus seolah sang gadis adalah kekasih yang sangat dia rindukan.

*****

VINCENT POV ON....

"Aku merasakan tubuhku seperti tersengat aliran listrik, aku tidak menyangka pengaruh gadis ini begitu kuat terhadap diriku. Bibirnya, sungguh ini rasa termanis yang pernah aku rasakan, seperti madu tapi memiliki aroma ceri. Perasaan cemas, marah, bingung yang beberapa bulan terakhir ini terus membelengguku seketika sirna, aku benar-benar tak ingin melepaskan bibir lembut ini, ingin sekali aku menyentuh pipinya... BRUKKK!! tubuhku didorong keras olehnya, sehingga punggungku menubruk pilar pembatas tangga di belakangku,
aku terkejut dengan apa yang ia lakukan, aku merasa bingung apa maksudnya, tadi ia menahanku agar tak melepaskan ciuman, tapi sekarang aku malah didorongnya begitu keras.

Dengan nafas terengah-engah kami saling menatap, namun dengan tatapan yang berbeda. Aku masih menatapnya bingung sedangkan ia menatapku dengan pasti, tatapan seperti biasanya, tatapan tajam dipenuhi kebencian namun selalu terlihat menyayat hati seolah ada lubang besar menganga pada titik netra hitamnya yang terus menerus mengajak jiwaku untuk tetap menatapnya, padahal tatapan itu benar-benar tak selayaknya menghiasi wajah secantik ini. Rona begitu cantik meski tanpa senyuman, aku bahkan tak berharap ia tersenyum karena aku tak yakin aku bisa tahan dan mampu menahan diri melihatnya, astaga ada apa denganku?...

"APA YANG ANDA LAKUKAN?!" Rona terengah-engah masih melemparkan tatapan itu.

"Maaf, saya pikir Kau--

"Anda pikir apa? jangan berpikir macam-macam. Saya terpaksa menahan Anda hanya karena saya tak ingin menjadi pemeran utama dalam headline berita skandal Anda. Apa Anda tak berpikir bagaimana jika orang tadi melihat siapa pria yang tengah melecehkan seorang gadis di tangga darurat ini!" ia mengoceh setelah si pengganggu tadi pergi (Ajudan) tak jadi lewat tangga. Rona membantah pemikiranku seolah dapat membaca apa yang ada di kepalaku, benar apa yang ia cemaskan jika aku memang sempat berpikir jika dirinya menginginkan hal yang sama sepertiku, namun anehnya bantahan itu sama sekali tak membuatku kecewa melainkan membuat hatiku menghangat. Darahku berdesir merasakan jika perlakuannya tadi adalah bentuk perhatian, konyol memang karena itu sudah jelas bukan sebuah perhatian hanya saja hatiku tetap menerimanya seperti itu.

"Saya minta maaf" apa itu tadi? kenapa suaraku seperti seorang pengecut.

"Menjijikan" ditepisnya tanganku cukup keras saat hendak menyentuh tangannya. Dengan tangan kirinya, Rona mengelap bibirnya begitu kasar sambil melempar tatapan jijik padaku, lalu ia berlari menuruni tangga meninggalkanku yang hanya bisa tertegun menatap kepergiannya menuruni tangga tanpa bisa berbuat apa-apa hingga sosoknya tak terlihat lagi menghilang di bawah sana.

Aku menghela nafas berat, dadaku terasa sesak seiring degup jantungku yang keras tak menentu. Ada apa dengan gadis itu? kenapa aku selalu merasa kacau, selalu merasakan pacu jantungku berdegup dua kali lipat lebih cepat dari biasanya jika bertemu dengannya, "Manis sekali" gumamku begitu saja saat dengan refleks aku menyecap sisa-sisa rasa bibirnya yang masih menempel dibibirku.

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang