Part 24

2.9K 198 2
                                    

*****

Di pesisir pantai deburan ombak cukup keras disertai angin kencang yang meniup rambut kusut Rona, juga bagian bawah dressnya yang berayun-ayun mengiringi langkahnya yang gontai. Pandangannya lurus ke depan, kosong tanpa tujuan, ia tak menyangka jika dirinya merasakan kehilangan yang teramat sangat sama seperti saat dirinya kehilangan sosok sang Ayah, tapi yang lebih mirisnya adalah sang Ayah pergi untuk selamanya sedangkan Vincent hanya meninggalkannya sendiri dan lebih memilih untuk menjauhinya bukan pergi dari dunianya.

BRUKKK! "Hikss,,hikss" Rona terduduk di pantai hingga sebagian tubuh bawahnya basah sambil terisak pilu. Di usapnya perut rata yang telah hadir didalamnya jabang bayi yang entah siapa ayahnya.

Bugh! Bugh! Bugh! "Kenapa Kau harus hadir dalam perut perempuan bodoh sepertiku, kenapa? Hikss,,hikss... Kau tidak lihat, bahkan orang-orang yang aku sayangi saja pergi meninggalkanku sendiri itu berarti permasalahannya ada padaku"

"Apa Kau gila! Kau bisa membunuh bayi yang bahkan belum diberikan nyawa itu Rona!" sentak Delon yang sedari tadi memang terus mengikuti kemanapun Rona pergi sepulang dari rumah peristirahatan Vincent, "Bagaimana jika itu bayiku?! Aku tidak akan membiarkan Kau berbuat semaumu sampai kita dapat memastikan itu bayi siapa" Delon mengangkat tubuh Rona dan membawanya ke daratan yang kering.

Keduanya duduk terdiam menatap laut yang semakin gelap dengan matahari di ujungnya yang mulai tenggelam.

"Sudah sejak lama aku mengharapkan saat-saat seperti ini, duduk berdua denganmu di tempat yang indah, tapi aku tidak menyangka bisa melakukannya dalam situasi seperti ini" Delon terus berbicara seolah tengah berbicara dengan seorang yang bisu.

Rona hanya terdiam menatap ombak sore hari yang bergulung-gulung  seolah menelan mentari di ujung sana yang semakin tenggelam. Alam pun seakan menggambarkan kebodohan yang Rona rasakan, dirinya terlalu mengikuti gemuruh nafsu dan dendamnya sehingga ia tak menyadari bawha hal itu membuatnya semakin tergulung dalam duka yang kian menelan habis semangatnya.

"Saya bersungguh-sungguh, saya ingin memiliki bayi darimu"

"Yah, saya juga"

"A-apa Kau serius?"

"Gadis bodoh mana yang mampu menolak memiliki keturunan dari seorang yang hebat seperti Anda?"

"Saya tidak tahu, karena saya hanya menginginkannya darimu"

Dalam lamunannya Rona masih dapat mendengar dengan jelas keinginan Vincent memiliki keturunan darinya, dan sekarang ia diselimuti kebimbangan atas kehamilannya sendiri. Rona sudah kehilangan Vincent dan sekarang ia harus menghadapi masalah baru yaitu siapa Ayah dari jabang bayi yang baru berbentuk segumpal darah dalam rahimnya itu. Timbul begitu banyak pertanyaan dalam benak Rona, apa yang harus ia katakan jika suatu hari anaknya bertanya siapa ayahnya, akan mirip siapa nanti anaknya itu, jauh dalam lubuk hatinya berkata jika nanti anak itu pasti akan mirip dengan ayahnya, Vincent.

"Rona?! Rona!!" sentak Delon seraya mengguncang bahu Rona, "Astaga" Delon terkejut melihat wajah Rona yang begitu pucat bahkan bibirnya sedikit membiru, "RONA!!" tiba-tiba Rona terkulai pingsan dan langsung direngkuh oleh Delon sambil terus berteriak memanggil namanya cemas. Tanpa membuang-buang waktu, Delon pun bergegas membawa Rona ke rumah sakit terdekat.

*****

Beberapa hari kemudian...

"BODOH! Kau bukan hanya telah mencoreng nama baik kelurga kita tapi Kau telah menggali kuburan masal untuk keluarga kita!"

"Ampun Ayah, maafkan aku" Hendri berlutut di lantai merengek seperti anak kecil, memohon ampun pada sang Ayah yang begitu murka atas perbuatan yang telah dilakukan putranya itu, "Aku akan memastikan mereka tidak akan pernah ditemukan"

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang