Part 10

4K 194 1
                                    

*****

Hari-hari berlalu begitu lambat bagi Vincent, dia benar-benar dibuat gelisah, uring-uringan sepanjang hari, sehingga kehilangan fokus sudah jadi rutinitasnya akibat tak kunjung mendapatkan kabar drai Rona. Hampir setiap hari Vincent datang ke rumah gadis itu, namun Rona seperti menghilang ditelan bumi, bahkan menurut informasi dari hotel tempatnya bekerja, Rona sudah mengundurkan diri cukup lama.

Para ajudan juga dan teman Detektif yang dia perintahkan untuk mencari keberadaan Rona pun tak membuahkan hasil, Vincent dibuat kebingungan bagaimana bisa gadis itu bisa bersembunyi dengan begitu baik seperti seekor tikus kecil, padahal Vincent merasa pertemuan terakhirnya dengan Rona baik-baik saja, bahkan berpotensi akan ada kelanjutan cerita yang lebih akrab antara mereka berdua, mengingat gadis itu bahkan menangis mencurahkan rasa sakit hatinya sampai ketiduran dalam pelukan Vincent. Vincent pikir Rona akan mau bertemu lagi dengannya sebagai seorang teman atau Ayah dari teman sekelasnya, pun tidak masalah baginya yang penting bagi Vincent dia dapat melihat wajah cantik Rona, dapat melihat tatapan tajamnya, dapat melihat rona di pipinya yang cantik, dapat menghirup aroma manis cerinya, tapi ternyata Vincent salah, Rona malah pergi semakin menjauh bahkan menghilang seolah menghilang dari muka bumi.

*****

Di suatu tempat yang cukup jauh dari perkotaan, tepatnya di sebuah hotel kecil di pinggir pantai, Rona melakukan rutinitas yang sudah hampir dua minggu ia lakukan di sana, rupanya Rona telah pindah kerja di tempat yang lebih terpencil dan kini ia tinggal di sebuah kontrakan kecil tak jauh dari posisi Hotel tempatnya bekerja bersama Patricia.

Rona memilih menjauh dari kota yang juga ditinggali keluarga besar Arabella, Rona tak mau terlibat terlalu jauh dengan orang-orang yang memiliki pengaruh besar itu terutama Vincent yang sudah pasti berpotensi menimbulkan kegaduhan publik jika sampai ada orang yang mengabadikan mereka melalui jepretan kamera lalu mengunggahnya ke sosial media, bukan hanya karir Vincent yang akan hancur tetapi hidup Rona akan paling hancur pastinya, meskipun bukan itu semua yang paling Rona takutkan, melainkan ia tak ingin membuat mendiang ayahnya kecewa.

"Rona. Tolong belikan aku pembalut sebentar diluar" pinta Patricia yang menyembulkan kepalanya dari balik bilik toilet hotel khusus karyawan.

"Baiklah" 

"Pakai dulu uangmu, nanti aku ganti. Ok?!"

"Ia! Aku segera kembali" 

"Okay!! Terima kasih!!"

Rona bergegas, berlari menuju toserba yang terletak tak jauh dari hotel. Tak ingin membuat temannya itu menunggu lama, Rona segera menyambar satu bungkus besar pembalut yang paling dekat saja dari jangkauannya, lalu segera melakukan pembayaran dengan cepat.

"Rona?!" 

Rona langsung menoleh saat mendengar suara tak asing itu dan mendapati teman sekolahnya yaitu Delon berdiri persis di belakangnya dengan keranjang belanjaan berisi macam-macam cemilan. Delon nampak begitu berbinar bertemu dengan Rona di tempat yang tak terduga-duga setelah sekian lama tak pernah saling bertemu.

"Satukan saja dengan tagihan saya!" sahut Delon saat sang kasir menyebutkan nominal untuk belanjaan Rona, Rona tak menolak dan membiarkan Delon membayar belanjaannya karena bukan waktu yang tepat untuk banyak bicara di sana sebab antrian makin lama makin panjang dan ia berpikir akan megganti uang Delon diluar saja nanti.

"Terima kasih" ucap Rona seraya menyodorkan sejumlah uang seharga belanjaannya.

"Kau ada-ada saja, untuk apa aku repot-repot membayarkan jika sekarang Kau langsung menggantinya" kekehnya, "Ganti dengan makan siang saja bagaimana?"

"Maaf, aku tidak bisa, ini masih jam kerjaku" jelasnya seraya melihat jam di tangannya.

"Hmmm... Kau masih saja irit bicara yh. Baiklah, kalau begitu makan malam?" tawarnya penuh harap.

"Maaf, tapi bisakah aku menggantinya saja" Rona nampak tak nyaman berlama-lama dengan Delon apalagi menerima tawaran temannya itu. Tanpa menunggu jawaban Delon, Rona memasukan paksa uang gantinya ke dalam paper bag belanjaan Delon lalu bergegas pergi.

Delon mengeratkan rahangnya kuat seraya meremas paper bag di tangannya, "KEMATIAN AYAHMU!, Kau pasti ingin tahu bagaimana kronologi kematiannya kan?!" ujar Delon yang membuat Rona sontak menghentikan langkahnya, lalu menoleh menatap Delon tajam, "Temui aku di hotel itu nanti malam maka Kau akan menemukan jawaban misteri kematian ayahmu, siapa pelaku tabrak lari itu!" lanjutnya serius seraya menunjuk hotel yang tanpa Delon ketahui hotel itu kebetulan hotel tempat Rona bekerja.

"A-apa Kau bilang?!" Rona menatap Delon dengan mata berkaca-kaca, juga sekujur tubuhnya tiba-tiba terasa lemas, ia tak percaya dengan apa yang ia dengar baru saja, namun tak dipungkiri jika Rona langsung berharap dan berdoa jika yang dikatakan Delon itu benar tentang pelaku tersebut, dia tidak sedang bergurau.

"Bye! Sampai jumpa nanti malam!" lanjutnya lalu pergi begitu saja.

"Delon tunggu!!" Rona mencoba menghentikan namun percuma, Delon sudah masuk ke dalam mobilnya dan pergi.

Sementara itu di dalam mobil Delon tersenyum penuh kemenangan sambil memandangi Rona melalui kaca spion.

*****

"Sir. Sebaiknya kami mengantar Anda?" Damian sang ajudan dan Roy mencemaskan Vincent yang memutuskan untuk pergi sendirian menemui Rona di luar kota. Vincent begitu antusias sehingga dia ingin menyetir sendiri dan menemui gadis yang hampir satu bulan tak pernah dia lihat itu. 

"Saya tidak ingin kalian mengganggu waktu kami" ucapnya penuh percaya diri dan tekat yang kuat, membuat Roy dan Damian saling bertukar pandang ragu, ragu jika Rona memiliki waktu untuk Vincent, sebab mereka tahu betul jika gadis itu begitu menghindari Vincent.

"Tapi Sir--

Vincent langsung memotong ucapan Roy dengan merebut kunci mobilnya, lalu tanpa membuang-buang waktu lagi, pria yang terlihat begitu berseri-seri itu melesat pergi dengan kecepatan tinggi mengemudikan mobilnya, salah jika Vincent merasa bisa pergi sendiri karena Damian tidak akan membiarkan itu terjadi dia tetap mengikuti atasannya dari kejauhan. 

Dalam perjalanan yang terasa sangat jauh bagi Vincent, tak sedikitpun membuatnya bosan bersenandung dan bersiul karena bahagia, terkadang dia bahkan mengetuk-ngetuk jarinya pada kemudi seiring dengan senandung lagu yang ia dengungkan, terdengar merdu meskipun tak sedikitpun kata-kata yang jelas keluar dari mulutnya.

Perjalannan hanya tinggal beberapa kilo meter lagi menuju alamat hotel yang Vincent dapat dari Detektif Richard. Hamparan laut sore hari itu menyambut kedatangannya dengan hembusan angin berbau garam khas aroma pantai juga warna berkilauan jingga berasal dari matahari yang hanya tinggal setengah di ujung laut sana.

Pemandangan indah itu layaknya tatapan milik Rona, menyiratkan kepedihan tapi begitu indah dan menarik untuk dinikmati seperti senja yang sebenarnya menggambarkan akhir dari sebuah hari. Vincent terlalu menikmati pemandangan tersebut sehingga dia sedikit kehilangan konsentrasi saat akan melewati tikungan tajam, dengan cepat Vincent menginjak rem dalam-dalam namun naasnya rem blong.

"SHIT!!" pekiknya kuat, BRAKKK!!! suara tubrukan mobil terdengar cukup nyaring dan memekakan saat mobil menubruk tiang pembatas sisi jalan arah pantai. Vincent menumpukan kepalanya di atas kedua lengan yang bertumpu pada kemudi, pria itu mencoba menenangkan diri sambil mengatur nafasnya.

Tak lama kemudian terdengar suara deru motor yang melaju cepat mendekat dari arah berlawanan, Vincent sontak mengangkat kepala melihat ke arah motor tersebut namun seketika matanya terbelalak melihat pria yang dibonceng di belakang pengemudi motor mengacungkan sepucuk pistol, lalu... DOR! DOR! DOR!

"ARRRGHHH!!!" Vincent mengerang sambil memegangi bahunya yang terkena tembakan, pria yang memiliki fisik cukup tangguh itu masih bisa menahan kesadarannya meskipun darah terus merembes keluar mengubah warna kemeja putihnya. Vincent baru merasakan kesakitan luar biasa saat menyadari jika luka tembaknya tak hanya satu melainkan tiga. Lama-kelamaan Vincent tak mampu lagi bertahan, sekuat apapun fisik juga tekatnya segera menemui Rona, akhirnya dia tumbang juga akibat terlalu banyaknya darah yang terus keluar.

"Ada yang datang! Cepat!"

TBC
*****
🍀


MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang