*****
"Kami menemukan jalan buntu dan mengenai saksi yang tempo hari ternyata dia hanya orang iseng yang mengincar imbalan saja, jadi terpaksa kami harus menghentikan penyelidikan kasus Ayah Anda, karena kami masih memiliki banyak kasus yang mengantri untuk kami tangani. Maaf"
Rona menghentikan langkahnya, ia mematung menatap nanar ponselnya setelah mendapatkan kabar dari kepolisian atas dihentikannya penyelidikan kasus kecelakaan yang menewaskan ayahnya. Entah kesalahan apa yang Rona perbuat sehingga ia terus diselimuti duka dan kecewa yang seolah tak mau berhenti mengikuti.
"Kau baru pulang?!" sambut Soraya yang terlihat begitu sibuk di ruang tengah rumahnya yang sempit.
"Ibu. Semua ini apa?" Rona mengedarkan pandangannya bingung. Di ruangan tengah kecil itu dipenuhi barang-barang yang masih terbungkus kotak-kotak kerdus bersegel, juga paper bag dengan gambar logo dari brand-brand ternama.
"Ini semua milik Ibu. O yah itu paper bag oranye untukmu, Ibu belikan satu untuk hadiah kelulusanmu" ucapnya enteng tak memperdulikan kebingungan pada putrinya.
"Ibu dapat uang sebanyak itu darimana untuk membeli barang-barang ini?"
"Kau tidak perlu tahu. Sudah, ambil saja itu dan pergilah ganti baju, bantu Ibu membereskan ini semua"
"Ibu, Ibu dapat ini semua darimana? Ibu tidak meminjam uang dari lintah darat kan?"
"Kau memang kurang ajar. Kau tidak perlu tahu Ibu dapat uang darimana, apa salahnya Ibu membeli ini semua, Ibu juga ingin bersenang-senang dengan barang-barang ini"
"Tapi ini terlalu banyak, sedangkan kita tak pernah memiliki uang sebanyak itu!" Rona hanya takut, ia begitu takut ibunya berhubungan lagi dengan para lintah darat seperti dulu.
PLAKKK!! satu tamparan panas untuk Rona dari Soraya dengan tatapan nyalang kesal, "Kau memang anak tak berguna selamanya Kau memang tak akan berguna!"
"Apa Ibu lupa bagaimana dulu Ayah hampir mati dikeroyok debkolektor karena tak mampu melunasi hutang Ibu yang sangat banyak" Rona menatap nanar ibunya seraya memegangi pipinya yang memerah.
"TAPI AKHIRNYA DIA MATI KARENAMU RONA! KAU LUPA?!!" Soraya menghempaskan paper bag hingga mengenai wajah putrinya, "Jika bukan karena aku mengandungmu waktu itu, tentu hidupku tidak akan semiskin ini" kalimat yang selalu berhasil menorehkan luka di hati Rona, tanpa rasa bersalah Soraya pergi begitu saja, membanting pintu kamarnya cukup keras hingga membuat Rona tersentak.
"Hikss,,hikss,,hikss..."
Meski samar, Rona masih dapat mendengar dengan jelas isak tangis ibunya yang begitu memilukan didalam kamar, Rona tahu ini semua juga pasti tak mudah bagi ibunya.
*****
Di kediaman mewah keluarga Vincent, tengah berlangsung acara makan malam keluarga yang juga dihadiri oleh Hendri dan keluarganya. Setelah selesai makan malam, dua keluarga itupun terlibat obrolan dari yang ringan sampai yang berat, seputar keseharian bahkan merambat ke politik yang membuat Arabella beberapa kali menguap bosan.
"Lalu, apa Arabella sudah memutuskan akan berkuliah dimana?" tanya istrinya Hendri (Bibinya Arabella) "Aku tidak tahu, biasanya juga Ayah yang menentukan" tutur Arabella yang terlihat tak bersemangat, karena selama ini yang memutuskan ia harus menempuh pendidikan dimana ya selalu ayahnya, Arabella tak pernah dibiarkan memilih.
"E-ehem! Kau baik-baik saja?" Annastasia menegur suaminya yang terlihat tenggelam dalam lamunan.
"Ayah?!" sentak Arabella.
"...."
"AYAHHH!!"
"I-iya?"
"Kau melamun?" Annastasia menatap suaminya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeRona (THE END) ✓
General FictionWARNING!! KHUSUS DEWASA 20++ Merona, menceritakan tentang sebuah skandal hubungan terlarang seorang pria yang baru saja menjabat sebagai Menteri Pertahanan negara Paixxx ( nama negara fiktif) bernama Vincent Smith Abraham dan seorang gadis bernama R...