Part 18

3.2K 211 12
                                    


*****

Sebelum masuk ke dalam gedung yang di tuju, Damian lebih dulu merawat luka cakar pada lengan Rona, pria itu dengan telaten membersihkan lukanya lalu mengolesinya dengan salep. Selama Damian melakukan pekerjaannya, Rona hanya terdiam menatapnya dengan tatapan kosong, pikirannya melayang jauh meninggalkan raganya. Banyak yang Rona pikiran, jalannya membalaskan dendam pada Arabella terasa begitu lancar namun ia sama sekali tidak merasa senang, seperti ada yang mengganjal di hati kecilnya.

"Selesai" ucap Damian yang membuat Rona tersadar dari lamunannya.

"Terima kasih"

Setelah merapikan kotak P3K yang memang selalu tersedia di dalam mobil, Damian mengajak Rona melanjutkan perjalanannya masuk ke sebuah gedung teater yang cukup megah memiliki lima lantai tak jauh dari tempat mereka memarkirkan mobil.

Sesampainya di dalam, dengan ragu-ragu Rona melangkahkan kakinya masuk menuju sebuah ruangan yang tertutup tirai merah raksasa tinggi menjulang di hadapannya.

"Silahkan" ucap Damian mempersilahkan Rona masuk setelah membukakan tirai tersebut.

Rona dibuat tercengang, matanya terbelalak melihat ruangan teater tersebut. Saat ini Rona tengah berdiri di atas panggung pertunjukan, dikelilingi ratusan kursi penonton yang berjajar di tribun bawah juga atas, "I-ini?" Rona tak mampu melanjutkan kalimatnya, lidahnya kelu karena terlalu mengagumi kemegahan ruangan tersebut. Rona langsung membayangkan lampu sorot raksasa menyorotinya saat ia menari, sungguh membahagiakan.

"Tuan sudah lama menyiapkan tempat ini semenjak hari kelulusan Anda di SMA" suara Damian menyadarkan Rona dari keterpukauannya.

"Ini semua..." gumamnya pelan, lagi-lagi Rona dibuat tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Tuan berharap Anda melanjutkan apa yang menjadi cita-cita Anda, namun kami cukup kesulitan menemukan keberadaan Anda saat itu" kali ini Damian cukup banyak bicara.

Rona lanjut berkeliling, mengagumi setiap sudut panggung yang selama ini hanya ada dalam khayalannya.

"Berapa lama Kau bekerja bersama Paman Vincent?" Rona memanggil Vincent dengan sebutan Paman selayaknya usia mereka yang terpaut sangat jauh, tentu tidak jika di depan orangnya langsung.

"Cukup lama, untuk tahu orang-orang yang tulus atau tidak yang berada di sekeliling beliau" Rona hampir tersdeak ludahnya sendiri saat mendengar penuturan Damian.

"Jadi Kau sudah dapat menebak saya orang seperti apa?" tanya Rona miris, belum apa-apa kedoknya sudah ketahuan, mungkin sandiwaranya akan tamat saat ini juga, pikir Rona.

"Tidak masalah selama ketidak tulusanmu dapat membuat Tuan bahagia, jika perlu teruslah berpura-pura dan jangan sampai ketahuan, jangan sampai Kau melukai perasaanya"

"Jadi Kau akan diam saja?"

"Yah, selama yang Kau lakukan tidak membahayakan keselamatannya, maka saya akan diam"

Rona hanya tersenyum miris, seketika ia merasa iri pada Vincent, betapa beruntungnya pria itu, memiliki jabatan tinggi, keluarga bahagia juga pengikut yang begitu setia. Sedangkan dirinya, alih-alih membalaskan dendam, Rona malah merasa seperti badut penghibur

*****

B

LAMMM!!! Arabella membanting pintu mobil cukup keras, ia berjalan cepat menahan amarah masuk ke dalam rumahnya sepulang dari pertemuan tak terduganya dengan Rona. 

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang