*****
"Kau pasti lapar. Aku akan meminta pelayan menyiapkan makanan untukmu"
"Huh?"
*****
Rona berkerut kening menatap tajam Vincent yang tersenyum padanya, kemudian ia tersentak kaget dengan segera Rona duduk tanpa melepaskan tatapannya dari Vincent.
"Pelan-pelan, nanti tanganmu sakit" Vincent berkata lembut merajuk pada jarum infus yang terpasang di punggung tangannya Rona, "Tunggu sebentar saja. Aku akan mengambilkan makanan--"
Grep, Rone memeluk Vincent dari belakang yang menunggunya saat hendak beranjak dari tempat tidur, "Bahkan saat sudah mati pun Kau masih saja memikirkan masalah perutku, hikss,,hikss... Aku malu pada diriku sendiri. Aku terlalu jahat padamu, maafkan aku"
Rona menenggelamkan wajahnya di punggung lebar Vincent, menumpahkan air mata penyesalannya, bahagianya, juga cinta yang belum sempat tersampaikan di sana hingga Vincent dapat merasakan punggungnya basah dan hangat oleh air mata.
"Biarkan seperti ini saja, hikss,, hikss. Ini terasa begitu nyata, entah ini mimpi atau benar-benar kehidupan setelah kematian. Jika ini mimpi aku mohon biarkan aku tetap tertidur, aku tidak ingin terbangun dari mimpi yang terlalu indah ini tapi jika ini kehidupan setelah kematian betapa bermurah hatinya Tuhan terhadapku yang bahkan sering lupa untuk bersyukur, aku terlalu fokus pada apa yang dia ambil dariku sehingga melupakan apa yang telah dia berikan padaku.
Vincent memejamkan matanya mendengarkan dan mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut gadisnya itu, ungkapan penuh kebahagiaan itu cukup menyayat hatinya. Dia biarkan Rona terus memeluknya menumpahkan tangisannya menumpahkan isi hatinya, dia nikmati setiap detik waktu bersamanya merasakan hembusan nafasnya, merasakan pelukan hangatnya bahkan air mata Rona yang menetes di punggungnya terasa menusuk sampai ke ulu hatinya.
Tangisan Rona pun semakin lama semakin samar terdengar, gemuruh nafasnya pun menjadi lebih teratur dan tenang. Vincent kemudian menggenggam punggung tangan Rona yang masih melingkar di pinggangnya mengusapnya penuh kelembutan lalu mengurai pelukan yang begitu erat itu mencoba membuat jarak di antara keduanya agar dia dapat melihat wajah yang sangat amat dia rindukan itu.
Vincent menuntun tangan Rona ke arah dadanya menempelkan telapak tangannya tepat di bagian jantungnya membiarkan Rona merasakan betapa jelas ada kehidupan di sana bahkan detak jantung Vincent terasa sangat jelas berdegup di dalam sana.
"Kau dapat merasakannya bukan?" Rona masih terisak, hidungnya terlihat sangat merah, ia tampak seperti anak kecil yang baru saja berhenti menangis sehingga hanya terisak-isak dengan wajah bingungnya.
"Jika Kau dapat merasakan debarannya, merasakan hangatnya tubuhku berarti Kau tidak sedang bermimpi atau tidak sedang berada dalam kehidupan setelah kematian. Kau dan aku berada di tempat yang sama di dunia nyata. Kau dan aku masih hidup aku benar-benar masih hidup Rona sadarlah, aku sudah berjanji akan selalu berada di sisimu, bersamamu jadi aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian"
Mendengar penuturan Vincent, Rona malah terbelalak, matanya membulat sempurna, "Ti-tidak mungkin..."
Vincent tersenyum gemas karena Rona masih saja tak percaya jika dirinya masih hidup, pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Rona, diciumnya bibir yang terlihat pucat itu dan dengan lembut Vincent melumatnya menggigit bahkan menghisapnya namun Rona masih membeku dengan pupil mata yang makin terbuka lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeRona (THE END) ✓
General FictionWARNING!! KHUSUS DEWASA 20++ Merona, menceritakan tentang sebuah skandal hubungan terlarang seorang pria yang baru saja menjabat sebagai Menteri Pertahanan negara Paixxx ( nama negara fiktif) bernama Vincent Smith Abraham dan seorang gadis bernama R...