Part 26

3.2K 213 7
                                    

*****

"PATRICIA! PATRICIA! BUKA PINTUNYA" Tok! Tok! Tok!
Tok! Tok! "Pat--"

"Ada apa denganmu? Kau mengetuk pintu rumahku seperti seorang depkolektor" Patricia memasang wajah kesal saat membukakan pintu untuk Delon.

"Rona, di mana dia?" Delon menerobos masuk tanpa permisi.

"HEY! Ada apa denganmu?" Patricia kebingungan dengan tingah laku Delon yang aneh.

"Rona tidak ada di rumahnya, apa dia bersamamu?" tanya Delon panik.

"Tidak ada. Dia sudah lama tidak datang ke sini, sekalipun datang Kau sendiri yang selalu mengantarkannya. Ada apa Delon? Kau membuatku takut" 

"Rona menghilang--"

"APA?! Jangan bercanda! Bagaimana bisa dia bilang, lalu bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? dia sedang hamil Delon! Kau sudah berjanji akan menjaganya makannya aku mengijinkannya tinggal sendiri di sana! Kau memang benar-benar tidak bisa dipercaya" 

"AKU JUGA SUDAH BERUSAHA!--"

"Ibu... HUAAAA! PAMAN JAHAT... KAU JAHAT SEPERTI AYAHHH!! JANGAN MEMBENTAK IBUKU, HUWAAA" 

"Dimitri? tidak, tidak Sayang, Kau salah paham. Kemarilah, maaf kami jadi membangunkanmu" Patricia memeluk putranya yang terbangun akibat keributan yang terjadi hingga membuat bocah lima tahun itu menangis ketakutan.

"Paman jahat,, hikss,,hikss,, jangan membentak Ibu. Hikss,,hikss"

"Maaf, maafkan aku" ucap Delon merasa bersalah, "Aku tidak tahu ada putramu di sini" imbuhnya.

"Sudah dua hari dia di sini. Ayahnya mengantarkannya kemari. Istri baru Alex merasa terganggu karena Dimitri sering sekali menangis" Dimitri mulai  tenang dalam dekapan sang Ibu. Perlahan bocah kecil itu berani menatap Delon tapi kemudian bersembunyi kembali dalam dekapan ibunya, "Tidak apa-apa Sayang, dia teman Ibu dan Bibi Rona"

Delon terduduk lemas mendengar nama Rona kembali, dia teringat bagaimana nasib Rona saat ini, "Ini semua salahku, andai semalam aku mengajaknya saja saat aku pergi ke rumah sakit"

"Rumah sakit?"

"Yah, ibuku masuk rumah sakit. Aku sangat panik jadi pergi begitu saja tanpa berpikir untuk mengajaknya ikut"

"Apa kita perlu lapor polisi?"

"Aku juga berpikir demikian tapi apa akan baik-baik saja?" Delon masih mencemaskan posisi Rona, kalau sampai hilangnya Rona tercium para pemburu berita, sudah dapat dipastikan akan banyak orang yang malah memanfaatkan insiden hilangnya Rona.

"Aku tidak yakin tapi kita tidak punya pilihan lain"

*****

Gelap, itulah yang Rona rasakan saat ini, ia juga merasakan sakit dan lemas di sekujur tubuhnya hingga ia kesulitan bergerak, "Akhhh" rinthnya saat merasakan perih pada pergelangan tangannya yang rasanya seperti terikat. Yah, Rona hanya dapat merasakan sebab kedua matanya di tutup menggunakan kain.

"Apa lagi ini Tuhan? tidakkah cukup semua penderitaan yang sudah aku alami? tidakkah Kau iba pada bayi yang hadir dalam peritku atas kehendakmu ini Tuhan. Hikss,,hikss" Rona mulai merasa putus asa karena saat ini ia merasakan tengah berada dalam sebuah peti kayu menurut perkiraannya. Terasa sesak bahkan beberapa kali kepala juga siku tanganyya terantuk dindingnya yang terasa sempit.

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang