Part 19

3.1K 215 9
                                    

*****

"Oh Tuhan, kemarilah. Seharusnya aku tidak membiarkanmu pergi" Vincent terlihat lebih mencemaskan keadaan Rona dibandingkan dengan keadaan putrinya sendiri, lagi-lagi Rona dibuat heran dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa sekarang Vincent sangat acuh terhadap keluarganya

*****

"Bagaimana panggungnya, Kau menyukainya?" Vincent melingkarkan tangannya di pinggang Rona yang kini duduk di atas pangkuannya, sepertinya sang Menteri sangat senang saat dirinya berperan jadi sebuah kursi untuk gadis pujaannya itu.

"Hmm... Aku sangat menyukainya, tapi bagaimana bisa aku menggunakannya sedangkan belajar menari saja hanya masuk dalam rencana yang sudah ku kubur" tutur Rona dengan tatapan menerawang, mengingat mimpinya yang sirna karena orang satu-satunya yang selalu mendukungnya telah tiada.

"Jika Kau mau melanjutkan mimpimu kembali, aku akan menyiapkan semuanya lagi"

"Maaf..."

"Maaf untuk apa?" Vincent menatap lembut wajah Rona yang mulai ditekuk.

"Bantuan Anda selama ini disalah gunakan oleh ibuku, aku tidak pernah tahu--"

"Tidak masalah, kita bisa memulai semuanya dari awal, termasuk hubungan kita"

"Hubungan kita?"

"Yah, hubungan kita. Jika Kau berpikir aku hanya main-main dengan hubungan kita Kau salah besar, aku tidak ingin kita hanya sebatas ini" Rona merubah posisi duduknya, ia menatap Vincent lebih serius, "Apa Kau juga menginginkan hal yang sama Rona?" imbuhnya.

"Aku tidak yakin, lalu bagaimana dengan keluargamu?" Rona malah fokus memainkan bulu-bulu kasar wajah Vincent yang terasa lengket itu seperti anak kecil.

Vincent menghela nafas panjang, dia merasa sedang berbicara dengan anak kecil, tapi kenyataannya bukan, buktinya saat ini dia sudah merasakan celananya sesak di bawah bokong sang gadis.

"Jika Kau sungguh-sungguh mencintaiku juga, aku akan meninggalkan semuanya. Aku membutuhkan rumah Rona, rumah untukku berteduh dan tinggal dengan nyaman didalamnya" Rona terdiam, seketika hatinya terasa diremas saat melihat ketulusan hati Vincent yang tergambar jelas dari sorot mata teduh berkaca-kacanya.

Rona tak mampu memberikan jawaban, ia hanya diam seraya membelai wajah Vincent, menyelami netra coklat gelapnya bertanya dalam hati pada dirinya sendiri, apa sebenarnya yang ia inginkan.

"Hmmmm... Rona" suara Vincent berat tertahan, meskipun dia tak mendapatkan jawaban, namun pelukan hangat juga sapuan lembut nafas Rona yang menerpa kulit lehernya membuat Vincent tak bisa berkata-kata, "Maaf, aku memang terlalu serakah"

"Tidak apa, terkadang keserakahan juga diperlukan sesekali"

"Jadi Kau tak keberatan jika aku menginginkanmu seutuhnanya?"

"Aku milikmu sepenuhnya, jika Kau bisa memastikan bahwa Kau juga milikku sepenuhnya" di sapukannya lembut ibu jarinya pada permukaan bibir Vincent.

Sorot mata Vincent berbinar penuh haru meskipun bukan kata cinta yang keluar dari mulut Rona.

"Tunggulah sebentar lagi"

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang