Part 15

3.7K 200 9
                                    

*****

"Sir. Di luar ada Tuan Hendri ingin bertemu"

"Sial" umpat Vinvcent sambil membenamkan wajahnya di pundak telanjang Rona.

*****

"Bagaiman keadaanmu?" tanya Hendri saat mereka telah duduk di ruang tamu.

"Seperti yang Kau lihat, sangat baik"

"Syukurlah" Hendri membenarkan posisi duduknya terlihat akan memulai pembicaraan lebih serius, "Kami haus segera melakukan konferensi pers tentang kondisimu saat ini, dan ini akan jadi berita perampokan biasa yang dilakukan preman-preman jalanan"

"Begitukah?" Vincent tersenyum miring seolah sudah tak heran dengan semua skenario yang selalu Hendri rancang, dan tentunya selalu mengatasnamakan negara atau rakyat.

"Presiden sendiri yang memerintahkannya langsung, beliau tidak ingin jika dibiarkan terlalu lama maka akan membuat opini publik makin liar. Beliau tidak ingin rakyat kehilangan kepercayaan atas lemahnya keamanan di bawah pemerintahan yang beliau pimpin, sekelas Menteri Pertahanan saja bisa dengan begitu mudah mendapatkan serangan dari luar apalagi mereka, rakyat biasa"

"Yah... terkadang mereka lupa, jika ancaman terbesar bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam" ungkap Vincent mengandung makna tersirat seraya tersenyum miris, tiba-tiba saja Hendri terlihat gelisah sehingga beberapa kali membetulkan posisi duduknya yang mulai tak nyaman.

Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawa nampan berisi minuman untuk Hendri, "Bawa kembali minumannya, tamu saya sudah akan pulang" titah Vincent yang membuat sang pelayan merasa bersalah karena mengira telah terlambat menyajikan minuman, "Damian, tolong antar Tuan Hendri ke depan" Hendri terlihat sangat kesal, tangannya mengepal kuat di usir secara halus oleh sang Tuan rumah.

"Segera hubungi orang rumah, Annastasia dan Arabella sangat mencemaskanmu" ucap Hendri sesaat sebelum dia beranjak pergi.

"Begitukah?" gumam Vincent bertanya, yang hanya dapat di dengar oleh dirinya sendiri.

Vincent menatap udara di hadapannya, menerawang jauh seolah tanpa batas. Vincent seperti menyimpan sesuatu dalam benaknya yang tak mungkin dia ungkap pada siapapun, namun beban beratnya itu dapat terlihat dengat jelas dari gurat tegang di wajah juga otot-otot tangannya yang tak kunjung mengendurkan kepalan semenjak kepergian Hendri.

Cukup lama Vincent dalam posisi tertegun, dia baru menyadari sesuatu, dia teringat jika ada seseorang yang mungkin sedari tadi menunggunya kembali, "Rona" gumam Vincent yang langsung berjingkat dari sofa bergegas menuju ruangan khususnya. Ruangan yang biasanya dia pakai untuk melakukan pertemuan penting dan sangat rahasia, rahasia besar menyangkut keamanan negara atau hal-hal yang tak dapat dibayangkan oleh orang-orang awam pada umumnya, rumah peristirahatan yang penuh rahasia, namun saat ini ruangan itu layaknya kamar biasa yang di dalamnya terdapat sekuntum bunga, bunga yang menebarkan warna dan aroma wangi dalam kehidupan Vincent.

"Rona?" Vincent terkejut mendapati ruangan tersebut kosong, dia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut namun bunga yang dia cari tak terlihat, Vincent semakin gelisah dan terus mencari-cari keberadaan Rona dengan cemas.

"Anda baik-baik saja?" tiba-tiba Rona muncul dari balik meja kerja Vincent dekat jendela.

Vincent yang cukup terkejut kini menatap tajam Rona seraya menghela nafas panjang, lalu dia melangkah dengan langkah lebar menghampiri, "Tidak! saya tidak baik-baik saja"

"Hngkkk!" Rona terbelalak saat merasakan tubuhnya melayang, Vincent mengangkatnya menggunakan satu tangan dengan mudahnya lalu mendudukannya di atas meja.

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang