Part 9

3.7K 202 5
                                    

*****

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah Rona, Vincent tak henti-hentinya mengulum senyum, layaknya gadis remaja yang baru saja dapat pengakuan cinta. Vincent terlihat sangat kontras dengan wibawa yang selama ini menempel pada dirinya, sehingga para ajudan yang setia menemaninya kemanapun, merasakan sedikit ketenangan karena atmosfer yang tercipta akibat mood sang atasan yang tengah berbunga-bunga.

"Aku tak mengira itu akan sangat berarti baginya" gumam Vincent bangga, membayangkan bunga pemberiannya yang masih tersimpan rapih di kamar Rona.

"Anda mengatakan sesuat-- hngkkk!" pertanyaan Roy dipotong sebuah sikutan keras di lengannya oleh ajudan Vincent yang duduk disamping Roy.

"Diam. Mengemudi saja dengan benar" desisnya dengan wajah datar tanpa ekspresi, sang ajudan tak ingin merusak suasana hati atasannya, meskipun setiap saat kehidupan Vincent jadi pusat perhatian orang banyak, namun pada kenyataannya para ajudannya lah yang mengerti betul tentang Vincent yang terlalu sering mempertontonkan kepalsuan suasana hatinya didepan umum, karena itu sudah jadi bagian kewajibannya untuk tetap terlihat baik-baik saja bagaimanapun keadaannya.

Sesampainya di rumah, Vincent mendapati mobil Hendri telah terparkir rapih di halaman, Vincent menghembuskan nafas berat lalu bergegas masuk seraya melepaskan jasnya yang langsung diterima oleh pelayanannya dengan sopan lalu membawanya ke belakang.

"Arabella tidak pulang bersamamu?" tanya Annastasia yang tengah duduk bersama Hendri di ruang tamu.

"Tidak. Aku tadi ada tugas diluar" yang dikatakan Vincent memang benar adanya, hanya saja dia tak mengatakan tugas apa.

"Mandilah dulu. Kita makan malam bersama mumpung ada kakak di sini"

"Kalian makan saja tanpa aku, aku sudah makan diluar" sahutnya, seraya mendaratkan kecupan di kening istrinya. Annastasia cepat-cepat mendorong dada suaminya menjauh, wanita itu terlihat tak begitu nyaman mungkin karena ada kakaknya di sana.

"Arabella pulang dengan siapa? bukankah dia tak membawa mobil tadi?" tanya Hendri cemas.

"Aku sudah memintanya naik Taxi tadi"

"APA?!!" sentak Hendri yang sangat mencemaskan keponakannya, "E-ehem, maksudku apa tidak berbahaya dia naik kendaraan umum sendirian?" 

"Tidak. Lagipula dia sudah dewasa, sesekali dia harus belajar mandiri" ucap Vincent santai, kemudian berlalu menuju kamar. Annastasia dan Hendri dibuat terheran-heran, bukan lagi tentang membiarkan Arabella naik kendaraan umum tapi karena pria itu terlihat aneh dengan bersiul-siul riang sungguh tak biasa, sisi lain Vincent yang baru kali ini Annastasia dan Hendri lihat.

"Apa Kau tak merasa aneh dengan sikapnya akhir-akhir ini? Apa mungkin-- Anastasia  tak melanjutkan kata-katanya, wanita itu tiba-tiba terlihat sangat gusar.

"Jangan berpikir macam-macam, mungkin saja dia melihat hal-hal lucu saat tugas, itu hal biasa dan sering terjadi" ucap Hendri menenangkan adik perempuannya itu.

*****

"Jangan menangis sendirian putriku, Kau layak bahagia"

"Ayah?..."

"Kau layak bahagia. Tersenyumlah"

"Ayah. Jangan pergi! Ayah, tunggu aku. Ayahhh..."

"AYAHHH!!!" Rona tersentak bangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal, bulir-bulir keringat membasahi keningnya yang berkerut, ia baru saja tersadar jika dirinya lagi-lagi bermimpi bertemu sang Ayah, "Ayah selalu memintaku tersenyum dan berbahagia, tapi Ayah malah meninggalkanku sendirian" gumamnya tersenyum miris tanpa menyebutkan sang Ibu yang juga meninggalkannya.

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang