Part 13

3.5K 210 8
                                    


*****

Vincent yang tadinya sudah bersiap menghadapi amukan Rona, malah dibuat tak siap dengan reaksi gadis didepannya itu. Rona malah mengucapkan terima kasih dengan suara lembutnya membuat Vincent langsung salah tingkah.

*****

Meskipun sedikit salah tingkah, Vincent memberanikan diri mendekat lalu duduk di tepian ranjang menghadap Rona yang kini terpaku melihat ke arahnya yang masih bertelanjang dada dengan perban melilit bagian tubuhnya yang terluka.
"Ini hanya luka kecil, tidak ada yang serius" lagi-lagi Vincent mengatakan sesuatu yang menjawab langsung pertanyaan dalam kepala Rona, pria itu seolah memiliki indera keenam.

Rona berkerut kening, bagaimana bisa Vincent menggantikannya baju dengan hanya satu tangan. Akibat sifat keras kepala dan nekatnya Vincent memaksakan diri membopong Rona saat pingsan, alhasil jahitan pada bahunya pasca operasi pun robek dan mau tak mau dia harus menggunakan sling demi kebaikannya. Entah bagaimana semalm Vincent menjelma menjadi seorang kesatria meskipun kesulitan dia tetap melakukannya sendiri mengganti pakaian Rona, kekuatan terbesarnya adalah dia tidak ingin orang lain menyentuh Rona.

"Apa itu sakit?" Rona mengulurkan tangannya, mencoba menyentuh luka terhalang perban tersebut.

Kedua mata Vincent yang sedari tadi menatap lembut Rona kini bergerak mengikuti uluran tangan rapuh yang mendekat ke arah dadanya, "Lebih menyakitkan ketika melihatmu datang dengan luka-luka ini" Vincent mengulurkan tangannya, menyentuh pergelangan tangan Rona yang sebagian masih terikat tali sepatu Baletnya, lalu beralih ke sudut bibir dengan luka lebam membengkaknya, kemudian menjalar turun ke area leher yang juga lebam akibat cekikikan.

Refleks Rona sedikit mengangkat dagunya seolah memberi jalan untuk Vincent menyentuhnya, "Maaf..." ucap Rona lirih seraya menangkup punggung tangan Vincent yang masih meraba lembut lehernya. 

"Sssttt... Saya tidak pernah menginginkan lagi kata-kata seperti itu keluar dari mulutmu. Saya yang minta maaf, andai saja saya lebih cepat menemukanmu, semua ini tak harus terjadi" sesalnya dengan suara gemetar tertahan. Vincent mencondongkan tubuhnya mencoba mengambil mangkuk di atas nakas samping tempat tidur Rona, sehingga jarak antara keduanya benar-benar sangat dekat, membuat Rona mau tak mau dapat menghirup aroma mint menyegarkan menguar dari leher pria itu, "Kau harus sarapan dulu. Dokter bilang, Kau kekurangan asupan makanan" Vincent mulai menyendok bubur lalu berusaha menyuapi Rona padahal jelas-jelas dia agak kesulitan melakukannya hanya dengan satu tangan.

"Kenapa Anda begitu baik pada saya?" Rona tak mengerti, bagaimana bisa sifat Vincent begitu jauh berbeda dengan putrinya Arabella.

"Entahlah. Mungkin Kau benar, jika saya telah jatuh hati padamu" Rona terdiam, bubur yang sudah berada dalam mulutnya tak segera ia telan,
"Saya tahu ini salah, tapi--

"Tidak" potong Rona yang membuat Vincent tercenung, "Tidak ada yang salah tentang sebuah perasaan, tidak ada satupun manusia yang bisa mengatur harus bagaimana perasaannya, "Rona berucap serius, lalu memegangi tangan Vincent yang masih menggantung memegangi sendok, lalu menuntunnya kembali ke mulutnya sendiri agar Vincent melanjutkan menyuapinya. Rona melahap bubur yang terasa hambar tersebut dengan rakus sambil terus menatap Vincent intens, menerawang jauh mengingat kilasan-kilasan mengerikan video kecelakaan ayahnya. Mendapatkan Respon positif juga tatapan dari Rona, senyum bahagia pun mengembang menghiasi wajah Vincent yang selalu dingin, dengan penuh semangat dia terus menyuapi Rona seolah dirinya telah menemukan hobi baru. 

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang