Part 25

3.1K 206 9
                                    

*****

Berita kematian Vincent sangat menggemparkan negara Paixxx juga negara-negara lain yang beberapanya  ikut menayangkan berita tersebut. Vincent meninggalkan duka bagi keluarga juga rakyat yang memang mencintainya, terlepas dari skandal yang terjadi padanya tidak serta merta membuat rakyat negara Paixxx membenci Vincent, sebab kebencian mereka hampir semuanya tertuju pada Rona, mereka menganggap jika Rona adalah perempuan pengganggu sehingga ialah yang jadi sasaran yang tepat untuk kebencian mereka dibandingkan Vincent.

Dalam detik-detik terakhir hidupnya Vincent sempat memberikan wasiat pada Damian agar supaya jika dia mati nanti langsung saja di kremasi dan tebarkan abunya di laut supaya orang yang mencintainya dapat menemuinya di laut manapun, sebab di laut manapun deburan ombak juga aromanya tetaplah sama, dan hari ini Vincent sudah di kremasi sesuai dengan wasiatnya.

Hari ini di sebuah pantai Arabella di temani Ibu juga keluarga besar lainnya menebar abu sang Ayah di iringi tangisan yang sudah mulai mengering. Deburan ombak tidak terlalu besar di bawah dermaga kayu menyapu taburan abu itu hingga sirna di dalamnya, tangis Arabella kembali pecah saat melepaskan kepergian sang Ayah yang ia cintai itu, meskipun kenyataan tentang Ayah kandungnya telah terkuak, tidak sedikitpun mengubah perasaan Arabella, baginya Vincent tetaplah ayahnya, Ayah yang tidak sekedar membesarkannya tapi memberinya kasih sayang yang melimpah.

"Selamat jalan Ayah..."

Sementara itu di ujung sana tepatnya di bibir pantai agak jauh dari dermaga, Rona menyaksikan pelepasan abu Vincent dengan air mata yang terus berlinang tanpa suara sambil mengusap-usap perutnya, "Pergilah dengan tenang, aku berjanji akan membesarkannya dengan baik dan mengajaknya ke sini suatu hari nanti. Akan aku perkenalkan kalian berdua sebagai dua orang yang paling aku cintai. Hikss,,hikss,, aku berjanji" meskipun Rona belum yakin siapa Ayah dari bayi dalam kandungannya, dirinya tetap kukuh jika Vincent lah ayahnya.

"Rona. Ayo kita pulang, udaranya tidak baik untuk kesehatan dan kandunganmu" Delon yang sedari tadi berada di belakang Rona melangkahkan kakinya beberapa langkah mendekat.

"Aku belum sempat mengatakan jika aku mencintainya" gumam Rona tak menanggapi ajakan Delon untuk pulang. 

Delon menghela nafas berat, "Mungkin dia sudah mengetahuinya, semoga saja saat ini dia tengah memperhatikanmu"

"Semuanya sia-sia, aku tidak dapat menunjukan padanya secara langsung"

"Tidak ada yang sia-sia dalam cinta. Meskipun saat ini Paman sudah tiada, Kau pernah membuatnya hidup dengan cinta" tutur Delon yang telah mengetahui keseriusan dalam hubungan singkat namun terlarang itu.

Rona menoleh menatap Delon yang berdiri di sampingnya, ia merasa sedikit tenang seolah setuju dengan apa yang di ucapkan Delon dan keberadaan Vincent bersamanya benar adanya. Meskipun hati Rona pedih atas kepergian Vincent namun ia merasa jika pria itu telah mendengar suara hatinya yang selalu mengakui perasaan cintanya dalam setiap helaan nafas meski belum sempat terucap langsung dari bibirnya.

Delon segera melepaskan mantelnya saat melihat rombongan keluarga besar Vincent mulai meninggalkan dermaga, lalu memakaikannya pada Rona dan sedikit menutupi kepalanya, agar tidaka ada yang menyadari keberadaannya di sana. 

"Ayo, kita juga harus pulang" kali ini Rona menurut dan pasrah meskipun langkah kakinya terasa berat. Sesekali ia menoleh menatap lautan yang perlahan semakin jauh dari pandangannya.

Dari kejauhan terlihat Damian memperhatikan dan menatap tajam ke arah Rona, lalu dia bergegas mengikuti keluarga Vincent menuju mobil masing-masing.

*****

Sebelum kembali ke luar negeri hari ini Arabella menemui Hendri di penjara yang masih menunggu putusan hasil persidangan atas kasus pembunuhan sang Ayah.

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang