Part 12

3.4K 187 2
                                    

*****

"Tn. Abraham. Apa tidak sebaiknya Anda melaporkan kejadian yang menimpa putri sahabat Anda ini? Saya juga menyarankan agar Nn. Rona didampingi oleh Psikiater, sebab saya sangat mencemaskan kondisi kesehatan mentalnya" tutur seorang Dokter perempuan yang baru saja selesai memeriksa keadaan Rona. Vincent tentu berbohong tentang siapa Rona sebenarnya, tidak mungkin dia mengatakan jika Rona adalah gadis asing yang dia sukai sehingga terpaksa Vincent mengarang cerita tentang putri dari sahabatnya itu.

"Saya akan bicarakan dengan orang tuanya terlebih dahulu"

"Baik Tuan, silahkan hubungi saya kapan saja jika Anda membutuhkan bantuan atau informasi tentang Psikiater yang handal untuk mendampingi Nona" terlihat jelas sang Dokter sangat berharap dapat kesempatan lain, untung-untung bisa jadi Dokter kepercayaan seorang Vincent, seorang Menteri Pertahanan, padahal sebenarnya keluarga Vincent tentu telah memiliki Dokter keluarga, hanya saja tidak mungkin dia meminta Dokter keluarga yang jauh lebih dekat dengan keluarga dari istrinya itu untuk memeriksa keadaan Rona.

"Baik terima kasih banyak Dokter"

"Sama-sama. Saya senang membantu Anda. O yah saya akan membantu Nn. Rona untuk mengganti pakai--

"Tidak! Biar saya-- E'ehem,, maksud saya biar nanti pelayan yang menggantikannya" sang Dokter sempat terkejut dengan intonasi suara sang Menteri, juga kalimat 'biar saya' yang terdengar cukup janggal , namun beruntung Vincent cepat menyadari ucapan cerobohnya itu.

"Baiklah. Kalau begitu saya permisi dulu"

"Silahkan Dokter" Vincent mengantarkan sang Dokter sampai ke pintu, "Roy! Tolong antar Dokter ke depan"

"Baik Sir"

Sepeninggal orang-orang itu, Vincent segera menutup pintu kamar, dia kembali fokus pada Rona yang masih terbaring lemah dengan infus di tangannya. Vincent duduk di sampingnya, menatapnya sedih dengan tangan mengepal menahan amarah, amarah pada bajingan yang entah siapa dia tidak tahu, yang jelas Vincent sudah tahu akan dia apakan bajingan itu jika suatu hari dia sudah menemukannya.

"Tunggu sampai aku menemukan siapa pelakunya, akan ku buat dia menggali kuburannya sendiri karena telah berani menyentuhmu" tatapan yang tadinya sedih kini berkilat dipenuhi dendam.

Lama memandangi Rona yang terlihat begitu kotor dan lusuh, Vincent baru menyadari bagaimana caranya dia mengganti pakaian Rona, sedangkan tangan kirinya telah dipasang sling penyangga.

"Bodoh. Apa yang harus aku lakukan?" rutuknya, tapi sesulit apapun dia akan berusaha, karena Vincent tak akan membiarkan orang lain yang menggantikan pakaian Rona.

Setelah berpikir keras akhirnya Vincent menemukan ide, dia meminta Damian mencarikan piyama tanpa lengan, Vincent berpikir jika nanti dia bisa menggunting bagian bahunya lalu menyambungkannya dengan peniti, pikirannya benar-benar berkelana jauh penuh ide kreatif bermunculan. Vincent kembali terlihat seperti Ibu-Ibu yang kali ini akan dibuat sibuk dengan bayi besarnya. Sembari menunggu pesanannya datang, Vincent meminta pelayan menyiapkan air hangat dalam baskom kecil beserta handuk untuk menyeka tubuh Rona.

Setelah mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan dan tinggal menunggu pakaian dari Damian saja, Vincent mulai menggunting dress lusuh yang dikenakan Rona dengan tangan gemetar. Wajah Vincent mulai terasa berdesir menghantarkan rasa panas yang menjalar keseluruh tubuhnya saat dia mulai menggunting dari belahan dada turun ke bawah hingga ujung dress.  Setelah bajunya berhasil disingkirkan tinggallah kini giliran pakaian dalamnya, namun bukannya bergegas menyelesaikan dengan cepat, Vincent malah terduduk lemas saat melihat luka-luka lebam dan gigitan di sekitar area-area sensitifnya Rona. Pria itu menunduk, bahunya mulai bergetar menahan amarah dan penyesalan atas keterlambatannya menemukan Rona.

MeRona (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang