Did I Like Him?

16K 685 3
                                        


Sudah 3 hari sejak perasaan ini muncul. Aku belom bisa menghilangkannya. Semakin mencoba menghilangkan, semakin ingat. Salah satu cara agar bisa membuatku menghilangkannya hanya membaca.

"Al, nggak capek apa. Maaf ya, tapi, dari kemaren pas berubah aku liat kau baca mulu. Ada apa sih?"

Tanya Emily yang berhasil membuatku menoleh. Sekarang Kami -Emily,Cony,danaku- tepatnya sedang di Taman. Yaa, mereka kulihat sangat menunggu jawabanku ini.

"Hm.. A-aku nggak tau"

Jawabku singkat. Mereka sedikit kecewa dengan jawabanku ini dan mulai bertanya tanya lagi.

"Ayolah Al, kita ini sahabatmu. If you told us what happened with you. We'll promise, we never tell anyone. Please, just tell us"

Pinta Cony dengan wajahnya yang menunjukkan Puppy Eyes. Si Emily ikutan masang wajah Puppy Eyes lagi. Duh, Emily kok sama kayak Cony yaa. Sama sama mempunyai puppy eyes yang menggemaskan. Well, kali ini aku nggak bisa menolak. Yaa mau nolak gimana lagi.

"Mhm, oke, I'll tell you something. But, jangan kaget ya"

"Aye aye Captain!"

Jawab mereka serempak sambil hormat padaku. Kami pun tertawa sebentar sebelum aku bercerita.

"Ja-jadi. Beberapa hari ini, aku merasakan aneh pada dadaku. Seperti ada yang berterbangan. Just like, butterfly. But, i know it's not butterfly. Yaa, itu yang membuat ku aneh"

"Ohoho, apakah hanya seperti itu? Apa penyebabnya? Kurasa kau sudah tau. Jadi ceritalah"

Jawab Cony setelah mendengar penjelasanku. Sedangkan Emily, dia mengangguk mengiyakan perkataan Cony.

"Eh, mhm, penyebabnya.."

Aku menarik nafasku panjang dan melanjutkan perkataanku. Dan disitu, aku menjelaskan dari awal. Yaa, dari Mama ngajak aku ke Mall dan seterusnya sampai aku pulang bareng Greyson. Aku hanya bisa jujur menjelaskan saat Greyson dan aku jalan bersama.

"Al, kurasa aku tau kenapa kamu mempunyai perasaan seperti itu. Biar kuterawang, apakah kau akhir akhir ini selalu memikirkan Greyson?"
Tanya Emily kemudian, dengan tampang menerawangnya.

"Mhm-ehm" jawabku sambil mengangguk.

"Apakah kau, merasa nyaman dipelukannya yang hangat itu?"
Tanya Cony kali ini. Dia juga ikut ikutan menerawangku.

"Yaa, begitulah"

"Kau, suka berdekatan dengannya nggak?"

"Nggak. Ngapain amat. Orang nyebelin kayak dia, dideketin"

Ujarku dengan jujur. Cony dan Emily sempat kaget mendengar jawabanku yang mungkin terdengar mempunyai dendam yang cukup banyak kepada orang itu.

"Hmm, kalau begitu. Apa kau pernah merasa pipimu memerah karenanya?" tanya Emily.

"Ya, kalo itu.. Hm pernah sih. Disaat pertama bertemu dia sudah membuatku blushing. Untuk pertama kalinya ke seseorang"

"Oh wow. Fakta yang menakjubkan. Oke kita lanjut, apakah kau berdebar saat bersamanya?" tanya Cony.

"Wh-what? A-aku nggak tau"
Jawabku dengan gugup. Aku benar benar tidak tau rasanya berdebar.

"Al, kayaknya sih ya. Rasa butterfly berterbangan didada mu itu, adalah perasaan berdebar. Dan apakah jantungmu juga berdenyut lebih kencang?"

"I-itu berdebar namanya? Kalo jantung mungkin iya. Tapi, nggak tau juga nggak merhatiin"
Aku menjawabnya dengan sedikit bingung.

Aku berdebar, dideket Greyson? Apa benar seperti itu? Kok rasanya aneh ya.

Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang