"Brother! Aku rindu padamu!" Seorang pria dengan wajah rupawan yang tidak jauh berbeda dari fitur wajah Zedith datang memeluk Zedith dengan erat. Namun, tampak Zedith yang kaku dan tidak membalas pelukan pria tersebut.
"Berhenti berbasa-basi Hameed," Suara Zedith tampak tidak bersahabat hingga aku mengerenyitkan keningku. Apakah mereka bersaudara? Inikah yang diceritakan oleh Zedith mengenai kakak tiri-nya yang berada di Dubai?
"Ayolah, sekali-kali kau bersikap manis kepadaku brother,"
"Aku ingin langsung bertemu Baba dan Ammi, kemudian Jaddi," Hameed tampak tidak memperdulikan perkataan Zedith namun ia langsung menatapku dari atas hingga ke bawah lalu ke atas lagi."Mashallah inikah iparku? Kau sangat cantik sekali!" Aku bingung harus memberikan tangan kananku kepadanya atau hanya sekedar menunduk? Atau mencium pipi kanan dan kirinya atau harus bagaimana?
"Selamat datang di Dubai dan selamat datang di rumah kediaman kami yang sangat Mulia, kau... saudara kembar Sasha bukan?" Tunggu dulu bagaimana dia mengenal Tasha?
"Mari kita hentikan basa-basinya Hameed. Antarkan aku ke tempat Baba, Ammi lalu Jaddi," Hameed yang tadinya tampak ingin menjelaskan kepadaku kenapa ia mengenal Tasha karena ia sudah membuka mulutnya namun mengatupnya Kembali.
"Well, once again welcome to Dubai!"
***"Sebelum kau bertemu Baba dan Ammi, sebaiknya Ibraheem akan mengantarkan kalian menuju kediaman kalian dahulu. Baba sedang berada di Saudi sedangkan Ammi sedang bersama para orang-orang terkenal di Dubai untuk acara hari Wanita yang akan di gelar pekan depan,"Kata Hameed menjelaskan sambal menatap perutku lalu tubuhku (sepertinya dadaku?) kemudian perutku lagi.
"Selamat brother, sepertinya kau berencana melakukan persalinan di Dubai?""Berhenti menatap dada istriku Hameed," Yap, betul dada. Dadaku memang membesar dua kali lipat. Begitupula bokongku. Aku merasa seperti alien, tetapi apakah ini aneh atau seksi bagi Hameed?
"Well, aku tidak menatap hanya saja itu berbentuk jauh lebih menonjol dari yang seharusnya," Aku berteriak kaget, karena Zedith mengangkat kerah pakaian arab yang digunakan Hameed dan seperti siap ingin menerjang Hameed.
"Sekali lagi kau berkata seperti itu ataupun menatap secara tidak pantas kepada tubuh Istriku, hilang mata dan penismu Hameed!!!"
"Zed, please tidak ada kekerasan untuk hari ini okay? Aku sudah cukup Lelah di dalam perjalanan!" Teriakku panik. Zedith menatapku dengan mata sedih kemudian ia menurunkan Hameed dengan kasar, lalu Hameed hanya terkekeh dan menunjukan jari tengah ke arah Zedith kemudian ia berlari menuju arah sebaliknya.
"I'm sorry Honeybunch... aku sangat membenci dia," Aku mengangguk pelan seakan-akan aku paham namun aku tak paham seberapa bencinya Zedith terhadap Hameed.
"Please, bisakah kau mencari yang Namanya Ibraheem dengan segera? Karena aku sudah tidak tahan dan ingin segera merebahkan punggungku," Zedith mengecup keningku kemudian ia seperti memanggil-manggil beberapa petugas yang berdiri menjaga pintu-pintu dengan Bahasa arab yang sangat kencang hampir seperti mengamuk.
"Apakah kau harus berbicara dengan keras kepada orang-orang itu Zed? Telingaku sudah sangat perih mendengarnya,"
"Tenanglah Honeybunch, aku tidak mengamuk... this is the arab way..." Ugh, whatever! Aku tidak peduli! Aku hanya ingin segera merebahkan punggungku lalu mengisi perutku karena aku sudah sangat laparrrr!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIT HAPPENED (#5 THE SHIT SERIES)
RomanceWARNING 21+++ (Due to some mature scene and content underage are not allowed) Trixy Nicholson, 30 tahun divonis usianya hanya bebrapa bulan saja. Dia tak ingin menyianyakan waktunya dan ingin terbebas dari ketidak bahagiaan yang selalu menghampiri d...