Warning! this chapter might contain a lot of mature scenes, please be a responsible reader. NOt recommended for reader under 21+ ( Already warned you my lovely readers!) oh! and this chapter is the longest that I've ever made. Enjoy!
Entah kenapa tubuhku terasa sakit namun hatiku bahagia? Baru kali ini aku merasa sakit tetapi bahagia. Apakah aku sudah mati? Maksudku, bukankah biasanya orang yang mengalami kematian merasa sakit namun bahagia seperti ini? ah, apakah ini sudah lima bulan? Atau kurang dari itu? Sebastian tidak memperingatiku bahwa bisa jadi aku mati hari ini. Screw you Sebastian! Kukira dia dokter handal yang dapat menanganiku selain Rowan, kakak lelakiku.
Waaiiittt!
Kenapa aku merasakan nafas seseorang di tengkukku? Dan, oh! Bukankah ini berat tubuh seseorang yang sedang melingkari tubuhku? kenapa ini terasa seperti... malam pertama saat aku dan mantan suamiku lakukan beberapa tahun silam?
OH SHIT!
Kubuka mataku lalu menoleh ke samping dan terdapat struktur wajah mengagumkan yang membuat salivaku dapat terjatuh saat ini juga. Otomatis kutarik kain selimut yang kupakai ke mulutku untuk menutupi morning breath yang pasti tidak akan menyenangkan bagi yang mencium aromanya dan aku yakin sekali dibalik selimut ini kami telanjang.
Zedith, dengan bulu mata yang panjang hingga menyapu bawah matanya tertidur dengan sangat tenang dan lelap, kemudian lengannya melingkari tubuhku dan mendekapku seakan-akan aku akan pergi dari sisinya.
Wajahnya begitu dekat denganku hingga aku sendiri tidak sanggup melepaskan pandanganku darinya.
Semalam kami tidak minum dan mabuk-mabukan tentu saja. Zedith hampir menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diriku untuk meminum alkohol, karena kesehatan adalah tujuan utamaku. Tetapi, memang rasa ini membuatku kewalahan karena sudah tiga tahun lamanya aku tidak melakukan hal ini, apalagi semalam... woof! Bisa dikatakan begitu fantastis.
"Morning, honeybunch... good view?" Oh, shit! Zedith mengetahui aku yang tidak bisa melepaskan pandanganku darinya? Otomatis aku menutup wajahku dan aku dapat merasakan getaran tertawa Zedith yang kini melepas kain selimut yang menutupi seluruh wajahku.
"Jangan kau tutupi, I love your face apalagi di pagi hari,"
"I'm stink, Zed..." Zedith mengerenyitkan keningnya kemudian ia mendaratkan bibirnya ke bibirku seperti tidak perduli dengan bau mulut atau apalah itu.
Anehnya, Zedith juga seperti tidak memiliki morning breath itu sendiri. What? Is he freaking an android robot or what? Bagaimana bisa dia mempunyai aroma yang begitu menyenangkan di pagi hari?
Kemudian Zedith tersenyum kepadaku dan sekali lagi mengecup bibirku lalu ia bangun dari tempat tidur dan harus kuakui, yeah... pemandanganku sangatlah luar biasa.
That ass. Shit!aku tidak pernah mengagumi bokong pria hingga seperti ini. Bahkan, aku tidak pernah memandangi bokong mantan suamiku seperti memandangi milik Zedith saat ini.
I mean, he's ass full of muscle, and damn... he must be working out a lot.
"Aku akan membuatkanmu pancake gandum dan Orange Juice..." Katanya. Ia memakai boxermiliknya kemudian berjalan begitu saja keluar dari kamarku.
Okay, woah! Harus kuakui aku sendiri sedikit terkejut dengan perubahan yang tiba-tiba ini.
Zedith Nicholson. Yap, dia menjadi Nicholson demi perjanjian kami berjalan dengan lancar, lebih gilanya lagi aku yang mengusulkannya.
Let's rewind to four days ago and last night, shall we?
Sekitar empat hari yang lalu aku menemui Lucinda dan Zedith di kantor Professional Lover. Kemudian kami membincangkan mengenai apa yang akan kulakukan bersama Zedith dan apa skenarionya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIT HAPPENED (#5 THE SHIT SERIES)
RomanceWARNING 21+++ (Due to some mature scene and content underage are not allowed) Trixy Nicholson, 30 tahun divonis usianya hanya bebrapa bulan saja. Dia tak ingin menyianyakan waktunya dan ingin terbebas dari ketidak bahagiaan yang selalu menghampiri d...