17

2.1K 209 34
                                    

Tasha, tidak pernah hanya mengenal Pria sebagai teman saja. Jika tidak teman tidurnya maka pacarnya atau dia simpanan pria lain. Itulah Tasha Nicholson, kembaranku.

Maka ketika ia menyebut nama Zedith dengan nada manis nan menggoda yang sangat kukenal, aku langsung mendapatkan firasat buruk dan tanpa berpikir panjang lari menuju kamar tidurku.

Tidak, ini sudah bukan kamar tidur pribadiku. Ini sudah menjadi sarang aku dan Zedith ketika bercinta.

Tempatku berbagi cerita kepadanya ketika sedikit sekali kisah yang kudengar darinya termasuk ia mengenal Tasha, dan kudengar ia memanggilnya Sasha?

Astaga, sudah berapa lama mereka saling mengenal? Zedith, berarti mengenal keluargaku? Atau tidak?

Dammit, Trixy tentu saja seluruh orang di Chicago mengenal keluargamu.

"Honeybunch? Bisakah kau buka pintunya?" Apakah aku bersikap berlebihan? I mean, aku masih tidak tahu apa hubungan mereka dan hanya dugaanku saja bahwa mereka pernah tidur bersama. Ah, aku tidak suka perasaan bercampur seperti ini.

Jika memang mereka pernah bersama, atau hanya sekedar menjadi teman tidur saja maka kau tidak boleh cemburu Trixy Nicholson! Zedith adalah suami yang kau bayar, ingat itu!

"Honeybunch aku—" Kubuka pintunya lalu kutangkup wajah Zedith dan kukecup bibirnya. Sepertinya Zedith terkejut akan perlakuanku lalu kurasakan ketegangan di tubuhnya menjadi rileks kembali.

"Apakah sebegitu rindu-nya kau hingga mengejarku kemari?"

"Aku kira kau—"

"Apa? Aku hanya sakit perut maka tiba-tiba perlu ke kamar mandi," Kini kelegaan seperti membanjiri wajah Zedith, aku tidak tahu apa yang terjadi diantara mereka berdua dan aku akan masa bodoh akan hal tersebut.

"Oh, kau sakit perut? Bukankah di bawah ada kamar mandi?"

"Yeah, tapi lebih nyaman di kamar mandi, kamar kita bukan?" Zedith hanya secara perlahan mengangguk kemudian ia mengecup keningku.

"Mengenai Sasha, aku—"

"Bisakah kau tidak perlu membahas Tasha? serta namanya Tasha... bukan Sasha baby..." Kukecup pipi-nya lalu berjalan menuju tangga dan turun ke bawah serta siap menghadapi Tasha, kembaranku.

***

Entah kenapa aku menjadi sangat kekanak-kanakan?

You know, aku menggenggam tangan Zedith, lalu melakukan public display affectionkepada suami bayaranku padahal aku bukanlah tipe wanita yang seperti itu. Kurasa Zedith juga menyadarinya karena ia tampak canggung namun ia seperti mengikuti saja kemauanku. 

"So,sudah berapa lama kalian saling mengenal?" Tanya Tasha tiba-tiba. 

Damn, aku sangat tidak menyukainya menginjak lagi rumah ini.

"Sangat lama," Jawabku dengan cepat.

"Oh, ya? Sejak kapan?"Shit, this woman. Dia seperti menantangku dengan pertanyaan seperti itu.

"Sejak—"

"Sejak kami remaja," Jawab Zedith secara tiba-tiba, kemudian aku menoleh ke arahnya dan ia tersenyum ke arahku dengan sangat lembut dan tampan. Aku tidak tahu darimana ide cerita ini ada di kepalanya. Namun, aku harus mengikuti cara ia bercerita mungkin?

"Remaja?" Tanya Tasha yang terdengar sedikit bingung di telingaku.

Jujur, aku juga kebingungan Tasha!

"Hem, yeah... aku mengenal kembaranmu sejak kami masih remaja kemudian—"

"Tic Toc tidak mudah bergaul Grochie. Aku sedikit ragu dengan bualan kalian,"

Hah? Dia meremehkanku? Baiklah!

Aku akan mengarang kisah mengenai kami berdua. Seperti aku mengarang kisah di dalam novel yang kubuat. Kira-kira siapa yang kuambil menjadi tokoh? Apa alurnya? Apa plotnya? Dan apa konfliknya? Siapa? Siapa?

AH!

Bisakah aku berpura-pura bahwa Zedith adalah Zombie yang dulu kukenal?

"Dia cinta pertamaku dan ciuman pertamaku saat aku masih berada di rehabilitasi para eating disorder,"Jawabku dengan sangat cepat dan singkat.

"Hah? Lelaki remaja bayanganmu yang sering kau sebut sebagai Zombie?" Aku mengangguk dengan cepat atas pertanyaan Tasha.

"Tidak mungkin! Bukankah dia overdosis? Atau menggelandang di suatu tempat? You know, he is a junkie Trix!"

"No, he's alive and he's here..."Jawabku dengan kepercayaan diri yang tinggi. Entah kenapa aku dapat merasakan tangan Zedith yang menggenggam tanganku menjadi menegang secara tiba-tiba.

"Benarkah kau si Zombie, Grochie?" Tanya Tasha padanya dan aku berharap Zedith playing the part di dalam skenario yang kubuat. Kuharap begitu. Maafkan aku membuat dia menjadi seorang pecandu. Maafkan aku Zedith.

"Y-y-y-yeah... aku Zombie..." Jawabnya dengan nada terbata-bata dan matanya seperti tidak ingin menatapku lalu kelegaan membanjiriku.

"See? I'm not lying to you Tissue!"

"Oh, Tic Toc apakah kau akan terus bersikap kekanak-kanakan dengan memanggilku Tissue?" 

"I am!"

"This is why Slate left you," Perkataannya membuat sebuah luka yang begitu dalam di dalam hatiku. Membuat denyutan di kepalaku lebih terasa dibandingkan sebelumnya hingga tanpa sadar aku menampar wajahnya.

"Bisakah kau mengatur mulutmu dulu sebelum berbicara Tasha? ah, aku lupa kau saja sulit mengatur libidomu hingga tidur dengan suami dari kembaranmu right? Disini? di rumah ini? dengan memuji Slate hingga seluruh pelayan mendengar suara desahan memalukanmu 'yes Slate! Yes! fuck me hard Slate!'"

Aku sudah muak dengannya dan omong kosongnya maka aku ingin sekali mengatakan hal ini kepadanya.

"You know what Tasha? I don't guve a fuck about you anymore twin sister! You can be a whore as much as you want my twin sister Tasha..."

Raut wajah Zedith seperti terkejut mendengar apa yang barusan kukatakan dan ia seperti ingin meminta penjelasan lebih lanjut dariku namun aku tidak berkata apa-apa lagi.

Tasha berdiri dari duduknya kemudian ketiga anak Rowan diminta Delilah untuk meninggalkan ruang makan, lalu wajah Rowan tampak terluka.

"Rowan kau diam saja mengetahui hal ini padahal kau memergoki mereka berkali-kali dan kau tidak peduli tetapi mengenai pernikahanku yang enggan ku kabarkan kepada kalian semua, kalian bertindak seakan-akan peduli padaku. Sungguh, sebuah ironi..." Kataku ke arah Rowan kemudian ketika Rowan akan berbicara aku menahannya dan menarik tangan Zedith agar mengikutiku.

"Aku tidak ingin mendengar lagi alasan omong kosong yang berujung akan menyakitiku dan membuatku membenci saudara sedarahku sendiri dengan lebih dalam, maka lebih baik kalian diam. Aku ingin menenangkan diri di kendang milik Lolita. Have a great breakfast all!" 

Aku menarik tangan Zedith kemudian ia mengikutiku dan aku akan menceritakan segalanya kepada Zedith mengapa pernikahanku hancur dan mengapa kami kakak beradik Nicholson tidak pernah akur.

SEE YOU ON THE NEXT CHAPTER!

SHIT HAPPENED (#5 THE SHIT SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang