23

2.3K 183 17
                                    

Sudah lama sekali aku tidak berjalan ke pusat perbelanjaan di Chicago. Sudah lama pula aku tidak mengapresiasi penampilan serta tubuhku sendiri. Hari ini rasanya aku ingin melakukan semua hal tersebut.

Memang, malam ini Seth Owen akan mengajakku dan editorku untuk makan malam. Aku tahu Seth pasti akan membujukku untuk menyetujui film yang diangkat dari novelku. Padahal, selama bertahun-tahun aku telah menolak tawarannya.

Aku tidak menyukai dimana Sutradara akan mengubah seluruh perspektif tulisanku. Apalagi rumah produksi yang pasti ingin memuaskan permintaan para investor mereka. Ah, sungguh aku ingin sekali menolak hal ini, namun aku tidak enak jika aku menolak Seth Owen untuk kesekian kalinya.

Saat ini aku berada di salah satu toko yang menyediakan pakaian pesta. Sudah lama sekali aku tak kemari. Dulu, ukuranku tidaklah sebesar ini, namun kali ini sepertinya akan sulit bagiku untuk mencari ukuran tiga belas atau empat belas.

Salah satu pelayan toko mendekatiku kemudian menanyakanku apa yang kuinginkan serta ukuran apa yang biasa kupakai. Maka kusebutkan ukuranku kemudian kening pelayan tersebut berkerut. Ah, rasanya ingin pergi saja dari toko ini sebelum dipermalukan mengenai ukuran pakaian. Namun, tak berselang lama pelayan tersebut memintaku untuk menunggu saja dulu di tempat awal kemudian ia kembali lagi membawakanku beberapa buah gaun cantik yang sesuai dengan ukuranku.

"Kuharap ini akan sangat cocok denganmu Miss,"Kuambil salah satu gaun yang berwarna merah marun, kemudian kulihat detail pakaian serta lekukannya. Sangat cantik, sungguh sangat cantik.

Sudah lama sekali aku tidak memakai pakaian secantik ini atau berdandan semenarik ini.

Kuputuskan untuk mencoba gaun tersebut di ruang ganti kemudian ponselku berbunyi. Tampak tulisan Zedith muncul di layar ponsel. Sangat jarang sekali ia menghubungiku melalui Facetime kepadaku. Kutekan tombol hijau kemudian kulihat wajah tampannya tersenyum ke arahku.
"Kau mencoba gaun hari ini?" Tanyanya. Kemudian aku mengangguk dengan menggigiti bibir bawahku. Aku malu dia tanya seperti itu. Kurasa wajahku memerah.

"Apa yang akan kau coba?" Tanyanya lagi, kemudian kuangkat gaun yang kubawa dari pelayan toko tersebut lalu kugantungkan di tempat menggantung pakaian, agar Zedith melihat pakaian yang kupilih secara utuh.

"Coba pakailah, aku ingin melihatnya," 

"Kau ingin aku striptease di Facetime?" Tanyaku. Zedith hanya terkekeh dengan menampakkan wajah tampannya.

"Yeah,try me... honeybunch..." 

"Baiklah..." Aku tidak pernah melakukan striptease di depan kamera sebelumnya. Aku selalu canggung mengenai masalah ini. Apalagi setelah memiliki tubuh yang bisa dikatakan tidak ideal.

Kuletakkan ponselku dengan menghadap ke arahku, kemudian kuatur letaknya agar berdiri dengan tegak. Kemudian aku dapat melihat tatapan Zedith yang dapat menembus hingga ke kulit terdalamku.

Setelah itu secara perlahan kulepaskan ikatan rambutku, kemudian kulepaskan kacamata yang kupakai. Aku sengaja mengibas-ngibaskan rambutku seperti layaknya model atau peraga yang berada di iklan shampoo. Aku dapat melihat senyuman Zedith yang sedikit miring, hingga membuatku sangat malu. Setelah itu, kubuka kancing kemejaku satu persatu dan sengaja menggigiti bibir bawahku agar aku dapat menggodanya kembali. Saat aku melakukan hal ini, aku dapat mendengar dengan jelas bahwa Zedith mengumpat dengan sangat pelan.

Aku merasa mendapatkan sebuah kemenangan.

Saat seluruh kemejaku terlepas, kubuka kaitan celana jeans yang kupakai dan menurunkan resleting celanaku. Dengan gerakan pelan yang sama kuturunkan celana yang kupakai hingga terlepas seluruhnya dan seutuhnya. 

"Honeybunch... you killed me..."Aku terkikik mendengar perkataannya barusan.

"Jika aku berada disitu, pakaian dalammu akan kurobek seketika,"

"Untungnya kau tidak ada disini... sudah kesekian kalinya aku membuang pakaian dalam yang kusayangi lalu membelinya lagi," Zedith terkekeh atas perkataanku kemudian aku mengambil gaun yang akan kucoba dan kukenakan. Lalu aku melihat mata Zedith masih menatapku dengan tatapan tajam yang sama, yang dapat membuat seluruh kulitku memanas dan tubuhku bergetar hebat. 

"Kenakanlah... aku ingin melihat betapa luar biasanya Istriku," Ah, walaupun ia suami yang kubayar namun tetap saja rasanya aku ingin terbang dan melayang. Bahkan, aku tak yakin kini aku masih berpijak di lantai yang sama.

Kupakai gaun cantik ini secara perlahan dan merasakan bahan satin yang sangat lembut menyentuh kulitku. Kemudian aku berusaha menaikkan risleting pakaianku sendiri lalu berbalik arah lagi ke arah ponselku. Aku dapat melihat kedua sudut bibir Zedith merekah dengan sangat lebar. Menampakkan, gigi sempurna miliknya serta senyum menawan yang ia miliki.

Perutku serasa seperti memiliki kupu-kupu berterbangan di dalamnya. Ah, sungguh sudah lama sekali aku tak merasakan hal seperti ini. 

"Ambil gaun itu. Pakailah malam ini. Tunjukkan kepada seluruh orang yang berada di restoran bahwa kau penulis terkenal yang menulis kisah romantis panas paling laris di abad ini. Tunjukkan pula bahwa kau sudah ada yang memiliki," Rasanya pipiku memanas begitupula dengan sekujur tubuhku.

"Sampai jumpa di makan malam nanti. Untuk sekali seumur hidupku, aku akan memakai tuxedo," 

Facetime yang menyambung ke ponsel Zedith dimatikan, kemudian aku berteriak dengan senang karena aku akan melihat seorang Zedith Grochelle (atau Nicholson? Ah, aku lupa ia sudah menjadi Nicholson!) akan memakai Tuxedo seksi untuk pertama kalinya.

Untuk pertama kalinya juga aku sama sekali tidak mengingat bahwa waktu Tomato-ku tiba akan sangat dekat sekali. Aku terlalu bahagia menjalani sisa-sisa waktu yang kumiliki, hingga melupakan bahwa aku masih memiliki penyakit yang kuderita yang entahlah dapat selamat karenanya atau lebih cepat meninggalkan dunia.

Sisi kanan sebelah kepalaku terasa seperti terbelah dua, sekelilingku berputar dan berputar. Napasku terasa tercekat, dadaku bergetar hebat, bahkan aku tak dapat mengeluarkan sepatah katapun dari mulutku.

Kurasa aku telah terjatuh, dengan suara yang sangat kencang. Namun, aku sudah tidak merasakan sakit lagi. apakah Tomato-ku datang lebih cepat dari yang kuduga?

Inikah kematian?

Tidak merasakan sakit?

Ah, kenapa mudah sekali?

Kukira mati itu sulit.

Ternyata semudah ini?

Bahkan, aku tidak mendengar apapun yang datang. 

Semuanya gelap. 

Semuanya mudah. 

Semuanya tenang.

SHIT HAPPENED (#5 THE SHIT SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang