15

2.1K 199 19
                                    

"Aku akan menghubungi Tasha dan menghubungi Jack," Kata Rowan tiba-tiba hingga aku harus menggeleng dengan cepat karena pernyataannya ini.

"DON'T YOU DARE ROWAN! Kau tahu betapa aku tidak suka dengan kehadiran Tasha di rumah ini! Jack? Di Inggris masih sangat pagi jika kau menghubunginya," Kataku dengan kesal.

Saat ini kami berempat berada di kamar tidur Rowan yang dulu. Kamar ini adalah kamar miliknya yang letaknya berada di samping ruang kerjaku. Delilah hanya memintaku untuk tenang dan kini Zedith melihat kami dengan tatapan bingung.

"Tic Toc, masalahmu dengan Tasha adalah masa lalu. Dia adalah saudara kembarmu dan—"

"Itu masalah krusial yang tidak boleh dilakukan oleh saudara kembar atau kandung Rowan. She hurts me so fucking bad. Tetapi, kalian hanya terdiam dan tidak melakukan apa-apa. Membiarkannya berbuat seperti itu hingga dia tidak merasa bersalah," Zedith mendekat ke arahku, kemudian ia seperti ingin menanyakan sesuatu namun aku memintanya agar menggegam tanganku saja dan ia melakukannya hingga memberiku ketenangan.

"Fine, tanpa Tasha! Tetapi Jack harus tahu mengenai pernikahan dadakan kalian ini! kau adik kecilku Tic Toc. Aku sangat membenci melihatmu terluka dan menikahi pria tidak jelas yang sekarang menggenggam tanganmu!" Bukannya aku melepaskan tangan Zedith melainkan kini aku menariknya lebih dekat lagi hingga Zedith memelukku dari belakang. Aku menyukai kehangatan dan kenyamanannya.

"I love her, Rowan," Kata Zedith tiba-tiba. Jantungku yang mudah lemah terhadap pria seperti Zedith berdetak dua kali lipat lebih kencang.

"I love her. Aku tahu Trixy sejak kami remaja. Aku tahu dia dari masa-masa muda kami. Tetapi aku tidak tahu bahwa ia sudah menikah maka aku berangkat ke New York dan melatih kemampuan bartender-ku disana, kemudian kami bertemu lagi ketika ia sudah bercerai, yaitu dengan dikenalkan oleh Kakak angkatku lalu aku memutuskan untuk menikahinya dan berada di sisinya sepanjang usiaku dan usianya," Jawaban Zedith sungguh membuatku tercengang.

Darimana ia dapat membuat kisah yang begitu sempurna mengenai awal pertemuan kami? Padahal, kami hanya mengenal melalui Professional Lovers. Tanpa PL kami takkan bertemu. Tanpa, PL aku takkan memiliki Zedith.

Aku hanya menoleh ke atas agar dapat melihat pahatan sempurna dari wajahnya kemudian Zedith menatapku dengan tatapan yang lembut hingga tanpa sadar, kini wajahku memanas dan merona. Ya, kurasa aku sangatlah merona.

"Itu terdengar sangat... sangat romantis Zedith," Aku menoleh ke arah Delilah yang kini tersenyum sangat lebar. 

"Kau termakan perkataannya babe?" Kini Rowan mendekat ke arah Istrinya kemudian Delilah mengangguk.

"Bukan, termakan Rowan. Itu kisah sungguhan! inilah kenapa kau terlalu overprotektif terhadap Trixy, namun kau tidak bisa membantunya dikala kau sibuk dengan urusan rumah sakit!" Jika aku menyukai wanita, aku akan mencium Delilah saat ini juga! Terkadang aku lebih mencintai kakak iparku dibandingkan kakak kandungku sendiri.

Rowan tampak seperti kesal dengan Delilah lalu ia melihat ke arahku. 

"Besok, aku akan bicara lagi dengan kalian besok. Tentu saja dengan menelepon Jack atau video call dengannya," Aku hanya mengangguk kemudian melepaskan pelukan Zedith dan menarik Zedith keluar dari kamar tidur Rowan.

***

Sebetulnya, malam ini aku ingin menyelesaikan draft ceritaku yang baru. Namun, pikiranku melayang lagi ke kejadian pahit yang kurasakan. Mendengar nama Tasha disebut saja membuatku mendidih. Adakah kisah saudara kembar di luar sana yang mempunyai kisah sepahit kami? Kami berbagi rahim di dalam perut Ibu namun sepertinya hati kami tidak pernah bersatu.

Betapa kecewanya aku pada Tasha, betapa sakitnya hati ini di khianati sahabat yang sudah berbagi tempat di dalam rahim Ibu. Selama ini aku hanya menganggap perlakuan Tasha sebagai hal biasa yang sering ia lakukan namun semenjak kejadian tersebut, aku sungguh tidak bisa memakluminya lagi.

"Honeybunch?" Aku menoleh ke arah pintu lalu tampak Zedith yang masuk ke dalam ruang kerjaku kemudian menutup pintu di belakangnya.

"Apakah kau sudah selesai? I miss you my pretty girl," Ah, masa bodoh dengan draft baru. Aku bisa melakukannya besok atau besoknya lagi. Hari ini yang sangat kuinginkan adalah Zedith. Aku ingin kehangatannya dan aku ingin sentuhannya. 

Kututup macbook milikku kemudian aku berlari mendekat ke arahnya seakan-akan kami baru bertemu lagi setelah Zedith di tugaskan perang oleh pemerintah Amerika Serikat dan aku sebagai Istrinya sangat rindu akan sentuhannya.

Aku benar-benar melompat ke tubuhnya kemudian Zedith dengan mudahnya menangkap tubuhku yang besar dan mengangkatnya. Bibir kami bertemu dan kami berciuman dengan cara yang intens serta panas.

Aku menemukan lidahnya begitupula dengannya. Tanpa suara dan tanpa kata kami merasakan kenikmatan masing-masing dengan cara kami. panas menjalari tubuhku serta keinginan untuk merasakan milik Zedith mala mini begitu memuncak.

"Baby, can you eat my pussy for now?"Mata Zedith melebar seperti ada keterkejutan di dalamnya.

"Honeybunch, kau memanggilku baby?"Aku mengangguk kemudian mengecup bibirnya lagi.

"Bisakah kau ulangi lagi Trix?" Aku terkekeh kemudian mengecup lehernya hingga Zedith mengerang.

"Can you eat my pussy for tonight baby?"Zedith menekankan lagi bibirnya di bibirku hingga napasku terbawa olehnya.

"Aku akan memakanmu honeybunch. Siap-siap saja. Aku akan memakannya dengan lama sekali hingga kau tak kuasa menahan bibirmu untuk meneriakkan namaku dan Rowan akan menyesali bahwa ia telah menginap di rumah ini," Aku menyukai ide itu maka aku terkikik.

"Yes, eat me like I'm your midnight dinner,"

"No,Trix.You are my breakfast, lunch, dinner and snacks honeybunch. You always be my main menu, honey..."

Damn, tidakkah aku sungguh beruntung memiliki suami bayaran yang sempurna untuk mengisi hari-hariku menjelang Tomato-ku yang akan datang?

SHIT HAPPENED (#5 THE SHIT SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang