Forever Only

Prolog

"Jae, aku takut. Bisa pelan-pelan gak si jalannya?" tanya Jihyo, tangannya masih memeluk lengan kiri Jaehyun walau harus susah payah menyeimbangkan langkahnya.

Sedangkan Jaehyun mengumpat dalam hati, ingin rasanya ia membuang Jihyo ke jurang sana. Tapi sudah pasti kedua orang tuanya akan memarahinya habis-habisan karena tak becus menjaga gadis manja ini.

"Kalau takut harusnya gak usah ikut, lo cuman nyusahin." Jaehyun tetap pada pendiriannya, berjalan cepat dengan mata yang memindai setiap dahan pohon, mencari pita kuning yang memang untuk kelas mereka.

"Sampah," cibir Jaehyun sekaligus melanjutkan ucapannya.

Mata Jihyo membola, tak sampai sedetik sudah berkaca-kaca. "Kamu bilang aku sampah, Jae?" tanyanya tak percaya.

"Iya, lo sampah, benalu, parasit di hidup gue!" omel Jaehyun sambil melepaskan tangan Jihyo yang berada di lengannya.

Dengan serius dia menghadap Jihyo, memegang kedua bahu gadis itu dengan tatapan tajam.

"Dengar, gue gak suka sama lo. Sampai kapan pun, akan tetap begitu. Gue benci cewek manja gak jelas kayak lo."

Jaehyun mengangkat kedua tangannya. "Tangan gue seharusnya pun gak sudi megang lo, benalu. Lo bisa dapetin ini karena uang dan kekayaan Bokap lo."

"Kalau kamu gak suka sama aku, aku yang akan buat kamu bertekuk lutut untuk aku, Jae." Jihyo bersumpah saat Jaehyun berbalik meninggalkannya di hutan ini.

Perkemahan sialan.

Jihyo pikir berpasangan dengan Jaehyun mencari pita akan membuat mereka makin dekat. Nyatanya, laki-laki itu tanpa ragu berjalan di depan dan tak mengindahkan perkataannya untuk berjalan perlahan.

"Dasar benalu, jadi ekor aja kemanapun gue pergi. Heran," cicit Jaehyun sembari melepas jaket yang dipakainya karena terasa panas.

Energinya selalu terkuras saat berdekatan dengan perempuan bernama Jihyo itu.

-TBC-