Bab 18 : Awal Pertemuan

207 58 13
                                    

Mingyu menatap Jihyo yang kini mengambil posisi tidur di sampingnya sambil menatap dirinya dengan mata yang masih mengantuk.

"Udah jam tiga pagi, kenapa belum tidur?" tanya Jihyo.

"Gue udah coba tidur, tapi bayangan lo sama Jaehyun ciuman di depan mata gue masih terbayang sampai detik ini. Alhasil gue gak bisa tidur."

Tapi tak menjawab seperti itu, Mingyu hanya memasang senyum penuh maknanya dan mengusap pucuk kepala Jihyo, lebih tepatnya rambut hitam milik Jihyo.

"Gak apa-apa, lo tidur lagi aja. Kayaknya masih ngantuk banget," ucap Mingyu sambil menarik tangannya agar tak menganggu gadis di sampingnya ini.

Jihyo tampak mengangguk dan kembali menutup matanya dan dengan cepat memasuki kembali alam mimpinya yang sempat terputus karena terbangun.

Mingyu menutup jendelanya, kasihan Jihyo akan kedinginan dengan angin dini hari. Tadi, Mingyu sengaja membuka jendelanya karena ingin menghirup udara segar.

Setelah menutupnya, Mingyu mulai merebahkan tubuhnya dan mencoba memejamkan matanya.

Dan berhasil.

Sepertinya, Mingyu hanya cemas dengan keberadaan Jihyo saat belum terlihat. Buktinya, sekarang saat Jihyo berada di depan matanya, Mingyu dengan cepat tertidur.

Sinar mentari pagi mengusik Jihyo dari tidurnya. Mingyu sengaja membuka gordennya agar Jihyo bangun.

Jihyo tampak menarik selimutnya untuk menutupi wajahnya. "Sebentar lagi, Ma. Semalam Jihyo kurang tidur," ucapnya tanpa membuka mata.

Sepertinya antara Jihyo dan Mingyu, Mingyu adalah orang yang paling kurang tidur disini.

"Siapa yang bilang aku Mamamu? Aku suamimu," ucap Mingyu iseng dengan kekehan kecil diakhir ucapannya.

Dengan cepat Jihyo membuka matanya dan menyibak selimutnya. "Hah? Kapan nikahnya?" tanyanya.

"Bangun, lo mau nyari jajanan gak? Gue mau beli seblak Bandung nih. Mumpung masih pagi juga, jadi masih enak buat jalan-jalan."

Mendengar seblak, Jihyo merubah posisinya menjadi duduk. "Emangnya ada seblak yang buka jam segini?" tanyanya.

"Gue dobrak warungnya biar buka, simpel." Mingyu tertawa kecil membayangkan ucapan konyolnya.

Jihyo memeluk Mingyu, Ia merasa bersalah dengan kejadian semalam.

"Kamu nunggu aku ya semalam? Maaf, aku malah kelamaan," ucap Jihyo dengan sungguh-sungguh. "Semalam ... aku ketemu Jaehyun-"

"Ssstt ... boleh gue bicara?" potong Mingyu.

"Hmm," dehem Jihyo.

"Waktu sama gue, bisa gue minta lo berhenti bicara tentang Jaehyun? Apapun itu, kecuali tentang Jaehyun semua tentang lo termaafkan."

Jihyo mengerutkan alisnya dan melepaskan pelukannya.

"Memangnya kenapa?"

Mingyu meneguk salivanya, memikirkan jawaban yang tepat. Salahkan mulutnya yang berbicara sembarangan tanpa aba-aba dari otaknya.

"Gue lagi ada masalah sama dia, gue gak bisa dengar nama dia sekarang."

Ya, sangat payah. Alasan yang sangat buruk lainnya dari Mingyu.

Memangnya mereka anak kecil yang saat bertengkar akan memblokir akses apapun dari satu sama lain. Termasuk tidak ingin mendengar nama dari musuhnya.

Bersyukur Jihyo tak ambil pusing dengan alasan Mingyu.

"Selamat ulang tahun, Gyu. Aku harap di umur ini kamu punya lebih banyak kebahagiaan. Kalau gak bahagia, kamu boleh minta kebahagiaan punyaku. Makasih udah super baik sama orang yang baru dikenal ini, makasih udah jadi penjaga aku setiap hari." Jihyo kembali memeluk Mingyu dengan senyum lebarnya.

Kalau Jaehyun adalah pembuat luka, maka Mingyu adalah bentuk manusia dari penawar atau obatnya. Saat Jihyo sedih, Mingyu selalu bisa diandalkan untuk menjadi teman bicaranya.

Dan ... Jihyo sangat penasaran, gadis beruntung macam apa yang dimiliki Mingyu di belakangnya. Siapa kekasih laki-laki ini? Pasti dia sangat bangga dan senang bisa memiliki Mingyu yang hampir sempurna dalam segala aspek percintaan ini.

•••

Jaehyun melihat sekeliling kamar Jihyo, gadis itu tidak ada di dalam kamarnya. Jaehyun menyibak selimutnya dengan wajah bantalnya. Tangannya sudah meraba-raba ponselnya yang ada di saku celana.

Sudah jam setengah tujuh pagi.

Laki-laki itu segera keluar dari kamar Jihyo untuk masuk ke kamarnya. Tapi, dia malah bertemu Jihyo yang baru keluar dari Mingyu karena ingin bersiap-siap.

Jihyo tak menganggap Jaehyun ada dan langsung masuk ke kamarnya, sedangkan Jaehyun tampak berdecak.

Kenapa gadis itu malah tidur di kamar Mingyu?

Tapi, karena nyawanya belum terkeumpul sepenuhnya, Jaehyun memilih untuk kembali ke kamarnya.

Sekitar satu jam kemudian Mingyu dan Jihyo sudah sampai di sebuah cafe yang terletak di pinggir jalan. Salah satu toko yang sudah buka di jam delapan pagi ini.

Mereka duduk menghadap ke Jalan sambil menyesap kopi dan kue redvelvet yang dipesan satu untuk berdua.

Bukan, bukan karena mereka sedang pengiritan atau apa. Jihyo yang meminta Mingyu tidak memesan, karena takut tidak habis. Jihyo sebenarnya belum niat untuk makan makanan manis di pagi hari ini tapi lapar matanya sedang kambuh.

"Gyu, maaf ya aku telat. Ini hadiah buat kamu," ucap Jihyo sambil menyodorkan sebuah kotak hitam dengan pita putih diatasnya.

Mingyu tersenyum dan menyambut ramah kotak kecil itu di tangannya. "Gak apa-apa, lo lagian kenapa kasih hadiah ke gue? Lo ada di samping gue aja, gue udah senang."

Ucapan Mingyu barusan membuat Jihyo ikut tersenyum. "Bisa aja, buaya."

"Tapi, Gyu? Kamu masih ingat gak sih waktu aku tiba-tiba minta kamu jadi pacar pura-pura? Aku pasti aneh banget ya," kata Jihyo sambil mengingat-ngingat kejadian itu.

Saat itu ...

"Eh, tunggu!"

Mingyu berhenti karena panggilan seseorang, dia kembali menaruh helmnya di atas motor dan membiarkan gadis itu berdiri di depannya.

"Iya?"

"Kamu butuh pacar pura-pura, 'kan? Aku boleh daftar?"

Pertanyaan Jihyo membuat Mingyu mengerutkan alisnya dan menatap gadis itu dari atas sampai bawah.

Dia ... tampak asing.

"Lo tau dari mana?"

"Geng kamu mau kumpul dan harus bawa perempuan, 'kan? Kata anak-anak, kamu gak punya pacar. Aku mau jadi pacar kamu."

Mingyu terkekeh geli, apa-apaan ini? Lelucon apa yang dilanturkan gadis dengan rambut kepang dua dan seragam olahraganya ini?

"Sorry, gue gak butuh. Gue punya pacar," elak Mingyu dan kembali mengambil helmnya.

Sejujurnya, Mingyu memang sedang mencari seorang perempuan yang bisa diajak bersandiwara. Tapi ... dari mana gadis ini mengetahuinya? Dan jelas, Mingyu tidak ingin perempuan yang berasal dari antah berantah yang mengambil peran itu.

"Aku tau kamu butuh. Hari ini, hari pertama kita ya?"

Mingyu sekali lagi menoleh dengan tersenyum simpul. "Gak.bu.tuh."

Tapi Jihyo tak putus asa, hingga akhirnya saat mendekati hari kumpul Jaehyun dan teman-temannya. Akhirnya Mingyu menerimanya.

Dan ... berakhir seperti sekarang ini.

-TBC-

Forever OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang