"Yah, hujan." Jihyo menunjuk keadaan di luar apartemen Mingyu.
Padahal, Jihyo sudah rapih dengan jaket dan tas sekolah miliknya yang sudah tersampir dibahunya. Dia memang berniat pulang karena sudah sore.
Dari pulang sekolah, Jihyo sudah disini.
Mingyu ikut melihat keadaan di luar.
"Berarti pulangnya nanti aja, nanti lo sakit." Mingyu kembali menaruh kunci motornya dan menaruh jaket yang tadi ingin dipakainya.
Jihyo mengangguk dan duduk di kasur Mingyu sambil melepas tas miliknya. Sementara Mingyu duduk di sofa yang menghadap ke televisi, alias membelakangi Jihyo.
"Waktu di Bali, lo berhubungan sama Jaehyun?"
Mata Jihyo melotot.
"Be- berhubungan apa?" gugup Jihyo.
"Ya gitu, gak mungkin kan gue jelasin lebih detail."
Mingyu mengganti saluran televisinya, menoleh pada Jihyo yang duduk dengan kikuk diatas kasur miliknya.
"Gak apa-apa, buat anak sekarang wajar kok," ujar Mingyu sambil terkekeh pelan. "Waktu gue jemput lo di bandara, soalnya gue masih bisa lihat bekasnya di leher bagian belakang lo."
Jihyo masih diam menatap Mingyu dengan kaku.
"Gue nanya, buat mastiin itu gak bekas di pukul, 'kan?" tanya Mingyu lagi. Jihyo menggeleng dan Mingyu tersenyum. Benar dugaannya.
"Emangnya ada bekasnya?" tanya Jihyo heran.
"Ada," balas Mingyu.
Ingatan Jihyo kembali saat Mingyu menjemputnya di Bandara.
"Gyu!"
Jihyo berhambur ke pelukan laki-laki dengan jaket hitam itu. Mingyu membalas memeluknya, tapi matanya malah salah fokus dengan sesuatu di tengkuk Jihyo karena rambutnya tersibak ke samping.
Mingyu terkejut, tapi tangannya dengan cepat merapihkan rambut Jihyo. Membuatnya tidak terlihat.
"Jaehyun munafik juga, mencak-mencak ke lo tapi gituan juga. Lo gak benci dia?" tanya Mingyu.
"Mau, tapi aku gak tau caranya," balasnya.
Sudah cukup, ia tidak boleh menaruh hati dengan perempuan ini. Mereka hanya sebatas pura-pura. Cukup sampai disana saja.
Jihyo pindah duduk ke sofa. "Nonton film yuk, Gyu," ajaknya sambil memencet tombol-tombol remot itu. Mingyu hanya mengangguk setuju.
Di pertengahan filmnya, Jihyo bersandar pada dada bidang Mingyu. Menutup matanya rapat-rapat takut dengan jumpscare film horror yang mereka tonton.
Mingyu tersenyum simpul dan merangkul bahu Jihyo menggunakan tangan kirinya, sesekali mengusapnya agar lebih tenang.
Perempuan ini memang selalu seperti ini, ya? Bagi Mingyu, Jihyo sangat manis untuk ukuran perempuan yang pernah dia temui.
Heran, bagaimana Jaehyun bisa memunggungi Jihyo.
"Gyu, kamu tahu gak? Kata orang, kalau nonton film horror, hantu di sekitar bakal mendekat. Memangnya benar, ya?" tanya Jihyo random.
"Kenapa lo tanya gue? 'Kan gue gak bisa lihat juga." Mingyu terkekeh.
"Tapi aku lapar, mau makan." Jihyo mengadu. Mingyu menggapai ponsel dengan tangan kanannya, memesan makanan dari aplikasi online.
"Kayaknya susah nyari driver-nya hujan begini, semoga ada yang ambil." Mingyu menatap ponselnya, dengan harapan ada yang mengambil pesanannya.
"AAAAA SIAL!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only
Fiksi PenggemarJaehyun bilang dia tak akan pernah mengakui Jihyo sebagai tunangannya karena mereka dipaksa bertunangan beralasan bisnis kedua orang tuanya masing-masing. Sementara Jihyo mati-matian mencintai Jaehyun. Entah dengan alasan apa. "Kalau kamu gak suka s...