Mereka bilang, setelah kehilangan itu adalah masa-masa yang sulit. Karena, mengikhlaskan tak semudah mengucapkan kata itu.
Mingyu sering kali masih merasa kalau Jihyo harus di jemput sepulang sekolah, sehingga kakinya melangkah begitu saja menuju ke kelas Jihyo.
Ini tepat hari ke sepuluh setelah mereka memutuskan berpisah dan kembali ke kehidupannya masing-masing.
Hingga pesan tak terduga masuk ke ponselnya.
Jihyo
|Gyu, kamu ikut ke Jogja?
Hm, iya kayaknya|
Lo?||Aku boleh juga
|Sampai ketemu minggu depanMingyu mengerutkan alisnya, kenapa Jihyo tiba-tiba random mengirimkannya pesan seperti ini? Sudah lama mereka tidak saling bertukar pesan. Sepertinya, terakhir saat lima hari yang lalu, itu pun Jihyo bertanya tentang cardigannya yang masih ada di laci miliknya.
Sementara Jihyo sudah mematikan lampu kamarnya. Dia memang mengirim pesan pada Mingyu hanya sebatas penasaran, tidak ada maksud lebih.
Tepat setelah lima menit, tiba-tiba ponselnya berdering. Ada telepon masuk. Jihyo yang baru saja memasuki alam mimpi terkejut dan segera membuka matanya dengan tangan yang meraba-raba nakas.
Tanpa melihat siapa peneleponnya, Jihyo menggeser tombol hijau itu ke atas.
"Hehe, halo."
Mata Jihyo menyipit mendengar suara Jaehyun yang terdengar mengambang.
"Gue kangen sama lo, Jihyo. Lagi apa?"
Huh, sudah pasti laki-laki ini mabuk.
"Jae, kamu mabuk-mabukan?" tanya Jihyo yang jawabannya sudah jelas iya.
"Hmm, tapi gue langsung pulang kok. Ini mau pulang. Gue udah gak main cewek, soalnya gue kepikiran lo terus."
Gadis itu memutar matanya, pening rasanya dibangunkan saat baru saja memasuki alam mimpi. "Kamu pulang sama siapa, Jae?"
"Sama ..." Jaehyun bersandar di mobil orang lain. Memijit keningnya agar lebih sadar. "Sendiri," lanjutnya.
"Kamu gila? Bicara kamu aja melantur, jangan macam-macam naik kendaraan sendiri." Gadis itu setengah berteriak.
"Lo mau jemput gue emangnya? Gue ..."
"Kak Jae!"
Jihyo tampak memasang kupingnya baik-baik. Suara perempuan.
"Apa sih lo! Sana pergi!"
"Aku free, mau gak?"
Kesadaran Jihyo sudah kembali sepenuhnya, apa-apaan? Ini seperti menawarkan barang. Padahal sudah jelas ini konsepnya mau kemana, Jihyo gak sebodoh itu.
"Tutup mulut lo, gak minat gue sama-"
Jihyo melempar ponselnya ke sembarang tempat. Dia bisa dengan jelas mendengar suara decapan-decapan kasar yang sudah bisa dipastikan ...
Tut..
Gadis itu mematikan ponselnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan menarik dan menghembuskan nafasnya.
Laki-laki itu menyeramkan.
Plak!
Jaehyun menampar perempuan dengan mini-dress berwarna merah itu dengan kasar. "GILA LO ANJING! JALANG LO? GUE GAK NAFSU SAMA LO TAI! GUE LAGI TELEPONAN SAMA TUNANGAN GUE BANGSAT!"
Segala macam kata umpatan keluar dari mulut Jaehyun, menyikut perempuan itu yang tetap ingin menggelendoti tangannya dan pergi dari sana dengan sempoyongan.
Matanya menatap ponselnya yang sudah dimatikan.
"ANJING!" umpat Jaehyun, meninju kemudinya dan mengusap wajahnya kasar.
•••
Mata Jihyo benar-benar terbuka lebar, melihat Jaehyun yang duduk di sisi ranjang dengan tangan yang mengelus pipinya. Gadis itu terkejut dan segera beralih ke posisi duduk walau nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.
"Kenapa disini?" tanya Jihyo heran, tidak, lebih seperti mewawancara.
"Maaf, yang semalam-"
"Oh, gak apa-apa." Jihyo segera memotong ucapan Jaehyun, tak ingin mendengar kelanjutan apa yang mereka lakukan setelahnya. Lagipula, sudah bisa ditebak.
Lantas, apa hubungannya dengan keberadaan Jaehyun di jam yang ternyata masih setengah enam pagi ini. Tak mungkin kan kalau Jaehyun kesini tadi malam? Jihyo juga tidak bisa mencium bau alkohol dari tubuh laki-laki itu, artinya sudah pasti tidak dari semalam.
"Kamu disini dari kapan? Terus, kenapa?" tanya Jihyo masih penasaran.
Jaehyun tampak berpikir. "Dari jam lima tadi, gue gak bisa tidur makanya kesini."
Demi Tuhan, ini adalah kerandoman Jaehyun yang sebelumnya tak pernah Jihyo tahu kalau dia bisa pergi ke rumahnya pagi-pagi dengan alasan yang terdengar aneh ini.
"Jalan yuk," ajak Jaehyun.
"Kemana? Pagi-pagi buta gini?" tanya Jihyo.
"Zoo?"
Jihyo hanya menyipitkan matanya curiga. "Kenapa tiba-tiba?"
"Menurut lo?" Jaehyun malah melempar balik pertanyaannya. "Sana cepat mandi, gue tunggu di lantai bawah ya. Gue tadi belum izin masuk sama Mama Papa."
Hal itu sontak membuat Jihyo tambah terkejut sekaligus heran. "Terus, kamu masuk lewat mana?"
"Minta Mbak bukain pintu." Jaehyun tampak santai menjawab pertanyaan Jihyo. Gadis itu masih mengerutkan alisnya, meminta penjelasan yang detail dari Jaehyun.
"Kamu kenapa?" tanyanya dengan lembut.
"Gue merasa harus ketemu lo karena kejadian semalam," ujar Jaehyun sambil berdiri bersiap untuk pergi dari kamar Jihyo.
"Memangnya kenapa? Bukannya kamu selalu seenaknya?" tanya Jihyo, setengah menyindir kelakuan Jaehyun selama ini.
"Gue udah nerima lo, sekarang gue cuman milik lo."
"Bohong," cibir Jihyo.
Jaehyun menatapnya kesal dan kembali duduk diatas ranjangnya, bahkan lebih duduk mendekat, merapihkan rambut Jihyo yang tampak tidak tertata karena baru bangun tidur.
"Jae, berhenti sama sifat aneh kamu yang tiba-tiba. Kamu punya rencana apa kali ini, hah?" tanya Jihyo, tak sudi lagi mendapat perlakuan aneh Jaehyun.
Tidak mungkin orang berubah secepat ini.
Pasti Jaehyun ingin mempermainkannya.
"Gue udah suka sama lo, bahkan sebelum lo suka sama gue. Lo telat," ucap Jaehyun.
"Berhenti berucap omong kosong, Jae. Aku selama ini mati-matian sendiri kejar ka-"
Cup!
Jaehyun mengecup bibirnya dalam sedetik sudah melepaskannya tapi dengan wajah yang masih berjarakk beberapa CM. Membuat Jihyo kagum kalau makhluk tampan ini benar-benar nyata dan diciptakan.
"Apapun itu, gue terima rasa lo," ucap Jaehyun.
"Aku udah gak suka sama kamu, kamu terlambat." Jihyo serius mengucapkannya, dia yakin kalau rasanya sudah berbeda pada Jaehyun.
Cup!
Untuk yang kedua kalinya pagi ini berhasil membuat Jihyo bungkam. Terutama ucapan Jaehyun setelahnya menyudahi kecupan singkat itu.
"Gak masalah, gue bisa bawa lo lagi untuk suka sama gue."
-TBC-

KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only
FanfictionJaehyun bilang dia tak akan pernah mengakui Jihyo sebagai tunangannya karena mereka dipaksa bertunangan beralasan bisnis kedua orang tuanya masing-masing. Sementara Jihyo mati-matian mencintai Jaehyun. Entah dengan alasan apa. "Kalau kamu gak suka s...