Bab 2 : Dia Milik Gue

305 73 19
                                    

Mingyu dan Jihyo memutuskan keluar dari kamar itu sekotar empat puluh menit setelahnya. Jihyo membenarkan pakaiannya sambil berjalan ke arah sofa tempat mereka berkumpul itu sementara Mingyu merapihkan rambutnya yang berantakan.

Mereka memang merencanakan itu, agar terlihat alami.

"Betah ya?" sindir Jaehyun, lebih tepatnya menyindir Jihyo.

Mereka kembali ke posisi duduknya. Jihyo masih memeluk lengan Mingyu dan bersandar di bahu laki-laki itu.

Jungkook dan Lisa belum kembali, begitupun dengan Yugyeom yang sedang pergi dengan pacarnya ke suatu tempat untuk membeli makanan yang diinginkan pacarnya.

Jaehyun sendirian, sudah tak ada lagi perempuan yang menemaninya tadi.

"Sakit, Gyu." Jihyo berucap seperti itu tiba-tiba.

Ini semua berkat ajaran film-film dan novel yang dibacanya. Katanya ... setelah melakukan itu akan sakit?

Tapi dia tak berdiskusi dengan Mingyu, sehingga menimbulkan membekunya Mingyu yang bingung harus membalas apa.

"Maaf, tadi cepet banget ya?"

Bisa dibayangkan posisi Jaehyun seperti apa? Dia hanya melihat dua orang itu bicara omong kosong di depannya.

Tepat saat itu ponsel Mingyu berdering, Jihyo bisa melihat si penelpon saat Mingyu hendak mengangkatnya. Tulisannya 'mine.'

Wah, jadi Mingyu punya pacar juga? Tapi, kenapa dia malah memilih mencari pacar pura-pura daripada dengan pacarnya yang benar?

Jihyo melepaskan tangannya pada Mingyu, laki-laki itu menoleh kearahnya dan Jihyo segera mengangguk. Membiarkan Mingyu keluar untuk mengangkat teleponnya terlebih dahulu.

"Lo udah gila, ya? Mau jadi penguntit gue sampai sini?" tanya Jaehyun.

"Kenapa? Kamu cemburu aku ciuman sama Mingyu?" tanya Jihyo balik.

Jihyo salah kaprah, Jaehyun benar-benar tidak perduli dengan ciumannya dengan Mingyu. Laki-laki ini marah karena Jihyo bahkan sudah bisa menginjak base-camp milik gengnya sekarang.

"Aku sama Mingyu udah pacaran sebelum kita tunangan!" tegas Jihyo. "Kamu salah sangka kalau aku suka sama kamu."

"Bohong!" teriak Jaehyun.

Jaehyun memaksa Jihyo untuk berdiri dan mencengkram tangannya.

"Lo itu cuman ekor gue, lo parasit hidup gue yang selalu ikutin gue kemanapun gue pergi. Sekarang bahkan lo injek tempat satu-satunya dimana gue bisa tenang tanpa kehadiran lo! Enyah lo dari kehidupan gue! Pergi yang jauh!" Suara Jaehyun makin meninggi.

Laki-laki itu seolah tanpa takut mereka akan ketahuan dengan teman-temannya yang lain.

Mata Jaehyun dengan jelas melihat mata berkaca-kaca Jihyo, tapi itu malah semakin membuat Jaehyun ingin meledak.

"Payah, lo cuman bisa nangis. Sampah lo Jihyo! Gue harap lo mati besok biar gue gak perlu repot-repot ketemu cewek manja kayak lo. Gak berguna," ucap Jaehyun, menghempaskan tangan Jihyo dan menyambar jaketnya diatas sofa, kemudian segera meninggalkan tempat ini.

Muak rasanya.

Dikehidupannya penuh dengan gadis bernama Jihyo.

Jihyo beringsut di sofa berwarna hitam itu, sakit sekali. Hatinya seolah diremas seseorang di dalam sana. Air matanya dengan tiba-tiba menetes.

Jaehyun sepertinya sangat besar membeci dirinya.

Tapi apa yang salah?

Jihyo menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Mingyu melihat Jaehyun yang pergi begitu saja dengan motornya, tapi dia tetap melanjutkan panggilan teleponnya.

Saat dia kembali, dari belakang bahkan Mingyu sudah sadar kalau gadis itu menangis. Bahunya bergetar dan tampak mengecil seperti habis dikucilkan.

Semuanya menjadi jelas.

Mingyu paham sekarang. Dia duduk di samping Jihyo. Menoleh saat Jihyo menyadari keberadaannya.

"Lo suka sama Jaehyun?" tanyanya.

Mata Jihyo memerah, dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya. Mingyu memeluk Jihyo.

Laki-laki itu bisa merasakan kalau Jihyo mengangguk.

"Jaehyun sialan, dia buat aku jatuh cinta tapi dia gak pernah pengen itu."

Jihyo memukul dadanya. "Kenapa cuman aku yang jatuh cinta, Gyu?"

Mingyu diam, membiarkan Jihyo menggila dengan pikirannya sendiri. Cukup lama dia membiarkan Jihyo mengumpati Jaehyun sampai akhirnya saat Jihyo sidah tenang Mingyu memutuskan mengajak Jihyo pulang.

"Ayo pulang," ucap Mingyu melepaskan pelukannya pada Jihyo.

Mata gadis itu sudah sembab.

Bersyukur teman-temannya belum ada yang datang.

Mingyu segera menghapus jejak air mata dipipi Jihyo. Mungkin gadis ini sudah dibentak-bentak oleh Jaehyun. Mingyu sendiri tahu betapa mudah tersulut emosi temannya satu itu.

Selama di perjalanan pulang, Mingyu sesekali menggenggam tangan Jihyo yang memeluk pinggangnya.

Mereka sampai di rumah kediaman keluarga Jihyo.

Mingyu segera membantu Jihyo melepas helm miliknya.

"Lo bisa cerita sama gue tentang Jaehyun. Dia emang pemarah dan sering meledak. Gue harap lo bisa nyerah soal dia." Mingyu membuka kaca helmnya. "Makasih udah bantu gue hari ini. Semoga lo masih mau kerja sama ama gue ya, Jihyo. Salam kenal," ucap Mingyu.

Setelah mengucapkan itu, Mingyu menjalankan motornya. Sementara Jihyo masih melongo mencerna ucapan Mingyu.

Kenapa dia harus menyerah soal Jaehyun?

Apa memang setidak bisa digapai itu?

•••

Jaehyun menyalakan shower dengan air hangat.

Kepalanya pusing memikirkan kejadian tadi.

"Gue harap lo mati."

"Gue harap lo mati."

"Gue harap lo mati."

"ARGHHH! SIALAN LO PARASIT!" teriak Jaehyun.

Beberapa menit kemudian Jaehyun keluar dari kamar mandi, memakai kaos putih dengan celana hitam dan merebahkan dirinya diatas kasur.

Notifikasi yang dia buka pertama kali adalah notifikasi dari Mingyu.

Kim Mingyu

|Lo apain cewek gue?

Jaehyun tersenyum getir. Cewek Mingyu? Jihyo tunangan Jaehyun. Yang benar saja.

Dia cengeng|
Gue benci cewek manja kayak dia|

|Gue gak ampunin lo kalau sampai dia nangis lagi
|Nangisin perkataan cowok brengsek kayak lo

Bulol?|
Sementang udah gak main di belakang?|

|Dia perempuan gue
|Dia milik gue
|Dan lo gak pantes buat cewek temen lo nangis

"Brengsek!"

Jaehyun meremas ponselnya, mengusap wajahnya dengan kasar, dan melempar ponselnya.

"Anjing."

-TBC-

Met menikmati double up😻💛

Forever OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang